Chapter 6a - The Accident (1)

Start from the beginning
                                    

Aku mendesah panjang. Mungkin saran Victor itu akan mudah jika dijalankan oleh dua orang yang tidak memiliki pride dan ego yang tinggi seperti aku dan Naya. It's not gonna work for us. Aku dan Naya? Seems difficult. It's like trying to make sense from a non-sense thing. 

Us? Yes, it seems so non-sense.

###

Kejutan! 

Ketika aku sampai di rumah, aku melihat Naya masih terdiam di ruang keluarga. Matanya menatap layar televisi namun aku tau bahwa pikirannya sedang tidak fokus pada pembbaca berita yang membacakan warta mengenai pembukaan harga saham hari ini. Dari penampilannya, Naya tampaknya sudah siap berangkat ke kantor. Tapi dia sepertinya masih enggan beranjak dari sofa. 

Untuk beberapa saat aku hanya terdiam di ambang pintu dan menatap istriku itu. Naya belum menyadari kejadiranku. Dia masih tetap menatap layar televisi. Setelah sekian lama terdiam, akhirnya aku memutuskan masuk ke kamarku tanpa menyapa Naya. 

"Lex!"panggilan Naya terdengar ketika dia mendengat derap langkahku. 

Aku tak menjawab panggilannya. Aku juga tak berhenti melangkahkan kakiku ke kamarku. Bisa kudengar langkah kaki Naya yang setengah berlari di belakangku.  

"Semalem nginep dimana?"tanya Naya yang berdiri di sebelahku ketika aku sibuk menyiapkan pakaianku untuk bekerja. Kudnegar nafasnya yang memburu karena berlari mengejarku. Tapi aku masih enggan menjawab pertanyaannya. 

"Kemeja dan celana kamu udah aku siapin di atas ranjang,"lanjut Naya lagi. Dia menyiapakan bajuku? She must be so damn guilty.  

Tapi aku masih enggan mengeluarkan kata-kata. Aku segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Selama di kamar mandi tidak banyak hal yang mampu mengubah pikiranku. Nyatanya air dingin yang mengguyur kepalaku masih saja tidak bisa membuat emosiku reda. Biar saja wanita itu merasakan bagaimana rasanya bersalah! 

Damn you woman! 

Dan ketika aku keluar dari kamar mandi, tidak kutemukan sosok Naya di kamar. Sepertinya dia sudah berangkat ke kantor terlebih dahulu. Tapi, aku menemukan secarik kertas di atas kemejaku yang terlipat rapi di atas tempat tidur. 

maaf, Lex.

Aku mendesah panjang melihat tulisan tangan Naya. Entah apa yang membuatku begitu marah pada Naya. Seharusnya kalau hanya masalah sepele seperti kemarin kan aku tidak akan semarah ini. Bahkan aku sendiri pun bingung dengan diriku.  

Kata-kata yang terlontar dari bibir Naya kemarin membuatku tercabik di dalam. Seperti ada ribuan paku yang menancap di sekujur tubuhku. Serendah itukah dia menatapku? Bahkan mungkin dalam otaknya aku tidak dianggap ada. Lalu untuk apa usahaku selama ini? Selama ini aku selalu memastikan keadaannya diam-diam. Menyuruh anak buahku yang mengawasinya. Aku tau saat dia benar-benar hancur ketika Papanya meninggal. Bahkan aku tau setiap perjuangannya untuk membuat perusahaan papanya tetap bertahan. Dan aku bersedia membantunya karena tak tahan dengan segala pemberitaan media yang menganggap bahwa kelangsungan Farian Pulp and Paper terancam. Aku tak sampai hati membayangkan jika Naya harus kehilangan satu-satunya peninggalan papanya. 

Dan apa yang ku dapat sekarang? 

It hurts, Nay

Memikirkannya saja membuat darahku kembali mendidih. Lebih baik memang aku tidak kembali ke rumah dulu selama beberapa hari. Mungkin aku perlu menghubungi Victor nanti untuk memintanya menyediakan apartemennya untukku menumpang selama beberapa hari

###

Naya's POV

Darn!! 

TGS 1st - Silly MarriageWhere stories live. Discover now