6. BINTANG DAN MALAM

99 4 0
                                    

Dua bulan yang lalu

Gue tidak tahu lagi hal yang lebih sulit dari ini, menghadapi cewek PMS yang lagi galau. Beneran, ini lebih rumit daripada segala operasi yang pernah gue lakukan selama ini. Hampir setiap usaha gue lakukan, tapi hasilnya? Nihil. Mau tidak mau gue harus pasrah sama kemauan dia. Gue memang sengaja mengambil cuti hari ini. Karena selama beberapa bulan ini memang waktu gue habis untuk fokus urusan rumah sakit dan klinik baru yang gue dan beberapa teman dokter gue bangun. Kirana Tyasayundari, my beloved sister yang secara random kini belanja dari satu toko ke toko yang lain di mall ini. Dia secara paksa menarik gue buat keluar menemani dia yang lagi uring-uringan karena cowoknya yang sedang sibuk. Kadar kemarahannya menjadi berlipat ganda karena moodnya yang sedang tidak stabil karena PMS. Shit! Ingatkan gue untuk setidaknya bawa satu teman kalau-kalau gue harus terjebak lagi dengan situasi semacam ini. Bukan.. bukan gue nggak suka mengantar dia belanja. Memang secara rutin gue menyempatkan diri untuk mengantarkan mama atau Kirana untuk menghabiskan waktu luang, sekedar belanja atau nonton. Tapi dalam situasi yang seperti ini? Sumpah! Gue capek banget. Gue baru menyelesaikan operasi gue jam sebelas malam kemarin. Niat gue buat istirahat sirna karena ada pasien kecelakaan yang membuat kami harus bergegas memberikan pertolongan pertama. And yeah,, gue baru sampai rumah jam 2, gue memang memaksakan buat menyetir pulang karena kamar istirahat di rumah sakit sudah penuh. Gue sudah menenteng tiga tas belanja ditangan kiri dan lima lagi di tangan kanan, dan kalian tahu adek gue masih dengan antusiasnya bekunjung ke toko-toko lain. "Dek, udahan gimana sih?" gue mencoba berkompromi, sudah sekitar lima jam kami berputar putar mengelilingi mall. Kirana mencembikkan bibirnya, dia berjalan lesu menghampiriku. Ada dua tas belanja yang berada ditangannya yang dia angsurkan kepada gue.

"Kirana masih belum puas abang,,, kita kesana aja gimana?" matanya berkedip beberapa kali, menampilkan kesan imut yang biasanya membuat gue luluh. Tapi bukan sekarang, " abang capek banget dek, kita nonton atau ke spa aja gimana? Abang sudah nggak kuat jalan."

Dia mengerucutkan bibirnya, " yaudah deh, kita ke spa oma aja ya bang. Coba abang buat reservasinya deh." Seketika muka gue cerah, thanks God, akhirnya gue bisa duduk. Walaupun agak bosen tapi ini lebih mending dari pada harus keliling mall sekali lagi.

"OK, ayok"

Oma memang mempunyai klinik kecantikan 'Nature Beauty' namanya ,yang dalam waktu dekat akan gue urus juga. Karena satu dua hal Oma memang harus pensiun, kesehatannya akhir- akhir ini memang sedikit menurun. Ada sih banyak saudara gue yang lain tapi mereka sudah memegang klinik yang ada di Bandung dan Jogja, jadi untuk klinik pusat ini mau tidak mau harus gue yang pegang. Ini hari Minggu, gue agak sangsi kalau Nature Beauty bakal sepi. Harap- harap cemas banget klinik bakal avaliable, kalau nggak mampus dah!

Tuh kan! Kami baru sampai di parkiran dan kalian tahu, banyak banget kendaraan yang parkir. Ya kali ada orang numpang parkir ditempat ini sampai luber-luber. Gue beneran khawatir mood Kirana bakal down lagi. Astaga Tuhan, mau tidur tenang saja susah banget ya.

"Kok kayaknya rame banget ya bang?" Kirana mengamati mobil dan motor di depannya. Dia mengambil tasnya dan bersiap keluar, " Abang udah buat reservasinya kan?"

Mampus! Gue lupa! Gue mencoba nyengir nggak berdosa.

"Abang lupa ya? Ihh...... ini terus gimana. Nggak jadi dong aku spa nya." dia mulai merajuk lagi. Aduh pengen gue jedukin kepala gue. Pusing banget rasanya.

"Maap, abang lupa. Ya udah kita lihat dulu ke dalam nanti kalo rame kita pulang nggak apa-apa kan?" takut- takut gue tanya dia. Dia berulang kali menghembuskan nafas kerasnya. Lalu menangguk penuh pengertian. Benar saja , di dalam sudah ada banyak antrean. Kirana dengan cepat langsung datang ke meja Cs.

Oh God gue nggak nyangka kalo duduk bisa seenak ini.

Gue coba bersantai duduk di kursi tunggu, membuka ponsel kalau-kalau ada panggilan darurat. Sebagai dokter memang nggak bisa libur dengan tenang. Bukan maksud gue untuk sombong atau mengeluh tapi memang sudah tanggung jawab. Baru sebentar gue buka ponsel sudah ada teriakan dari arah meja Cs yang tadi di datangi Kirana. Oh GOD!

Dia melemparkan bolpoin yang sekarang menggelinding ke arah Gue . Gue setengah berlari menghampiri mereka. Sayup- sayup gue mendengar mereka masih berdebat.

Aduh dek, harus banget kamu bermasalah sama orang lain?

"Kenapa sih dek?" gue tersenyum nggak enak karena kelakuan adek gue. Kami menjadi pusat perhatian secara klinik memang baru ramai kan. Gue memperhatikan Cs yang melayani Kirana. Dia tampak was-was, wajahnya berkilat cemas. Matanya menyalang ke kiri dan kanan, dia bahkan tidak memperhatikan gue lebih dari tiga detik. Dan entah kenapa gue menjadi penasaran.

***
Untung saja kesalahpahaman segera bisa diselesaikan. Gue paham prosedur dari klinik kecantikan oma kalau dalam keadaan full booked kita tidak bisa treatment kecuali kalau sudah melakukan pemesanan 2 jam sebelumnya. Tapi memang dasar Kirana sedang uring-uringan jadinya malah panjang masalahnya. Gue sempet khawatir sama mbak Cs tadi karena gue lihat dia dimarahi managernya. Gue tidak bisa menyalahkan dia karena tidak mengenali kami, tapi kelihatannya manager itu sengaja cari muka atau mungkin cari perhatian. Maaf aja nih, gini-gini gue kan jomblo berkualitas.

"Bang, buruan keluar dan jangan lupa bawain belanjaannya , aku capek!" See! Pesuruh baru.
"Sekarang baru kerasa ya capeknya. Tadi aja masih ada tenaga buat marah-marah." yang dinasehati malah manyun. Ini nih kalo sudah salah Kirana bisanya hanya cemberut mengerucutkan bibirnya. Pengen gue cubit aja saking gemesnya. Sebenernya ,Kirana itu anak yang baik . Cuma kadang kalau manjanya kumat suka moody dan akhirnya kalau tidak ada yang bisa menyeimbangi dia jadi sedikit keterlaluan.
"Ya maaf. Sekarang aku baru ngerasa salah bang. Apalagi pas lihat mbak Cs nya tadi dimarahi. Aku beneran nggak enak. Dia kan nggak salah ya,"
"Makanya itu... Lain kali kamu harus lebih hati -hati kalau ngomong. Kasian orang lainnya. Ngerti?"
"Iya abangku yang ganteng. Besuk aku balik deh minta maaf sama mbaknya..." dia mencubit pipiku.
"Sakit ,Ki!" Kalau aja gue nggak bawa belanjaan dia udah gue acak-acak poninya," yaudah sana masuk, istirahat. Daripada nyusahin orang mulu"
"Heeeeh iya iya...." dia sudah berlari sambil melompat persis kayak anak SD padahal umurnya udah 25 tahun.

***
Serah jabatan dari Oma ke gue masih seminggu lagi, kadang gue menyesal karena tanggung jawab gue makin banyak. Terus terang gue  nggak terlalu paham masalah bisnis, sedangkan klinik 'Nature Beauty' nanti bukan hanya berputar pada masalah kesehatan tapi juga masalah bisnis. Tapi mau gimana lagi, karena Kirana lebih suka jadi designer daripada ngurusin klinik. Gue jadi harus kerja double.

Gue sedang menikmati macha latte di cafe mall dekat klinik. Tadi gue baru saja melakukan kunjungan singkat. Hal yang paling buat gue nggak habis pikir, manager kemarin yang sempet marah sama Cs itu dengan nggak sopannya terus saja menempel ke gue. Bayangkan! Awalnya sih gue nikmatin aja ya, secara body nya nggak usah ditanya lagi 36 24 36. Asoy bener! Tapi lama-lama gue makin risih. Gini-gini gue kan punya adek sama mama yang sangat gue cintai. Rasanya kalau pikiran gue jorok mulu kasian sama mereka yang gue cintai. Berasa melecehkan mereka juga.

Sambil menunggu pesanan makanan gue yang belum datang, gue membuka ponsel yang dari tadi gue abaikan. Lalu sekelebat bayangan mengusik gue. Rambut sebahu yang asing,  namun mata yang familiar. Sorot matanya teduh dan sedikit keibuan. Ada magnet kuat yang menariku untuk terus menatap aktifitas mereka. Sesekali perempuan itu tertawa sambil menyisipkan rambut ke belakang telinganya. Dia tersenyum sambil menyuapi anak itu. Gue bisa lihat kasih sayang yang sangat kentara terlihat dari perlakuannya yang lembut. Jujur gue jarang banget  memperhatikan aktifitas seseorang. Tapi kali ini beda. Dia begitu familiar dan asing secara bersamaan. Gue seperti mengenal dia di suatu tempat.

Man! Dia Cs yang kemarin. Dia bersama  seorang anak perempuan yang rambutnya di kuncir dua, terlihat menggemaskan. Tunggu, jangan bilang dia sudah menikah dan punya anak. Ck! Itu kan sayang banget. Sifat keibuannya sungguh spesial. Eh tapi ada wanita lain yang bergabung dengan mereka dan dari interaksinya dengan anak perempuan itu seperti ibu dengan anaknya. Ini sedikit membingungkan, mungkin besuk gue akan periksa di kantor.

Klt, 09 08 2018

NATURE BEAUTYWhere stories live. Discover now