Dancing in The Dark - Republish Chapter 15. Lost

5.3K 791 41
                                    

Sudah hampir seharian mereka menyusuri hutan untuk mencapai wilayah Eftir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah hampir seharian mereka menyusuri hutan untuk mencapai wilayah Eftir.

"Kau lelah?" Tanya Zen pada Elsa.

Elsa menggeleng. "Tidak, Tuan," jawab Elsa. "Tapi mungkin kuda kita mulai lelah," lanjutnya.

Zen terkekeh. "Ya, mereka berjalan melambat. Ayo kita cari sungai untuk beristirahat," ajak Zen.

Mereka memutuskan untuk mengikuti jalan setapak memecah hutan ini untuk mencari tempat beristirahat. "Ah, aku tahu daerah ini," celetuk Zen. "Kau lihat jurang tepat di samping jalan ini, Elsa? Itu adalah batas kerajaan kita dan Kerajaan Holem . Aku membacanya dari buku pemberian Anne,"ceritanya. "Lalu, jurang ini juga cukup unik karena tidak terlalu curam," lanjutnya sambil menunjuk ke dasar jurang yang sedikit masih bisa terlihat oleh mata.

"Tetap saja ini bisa membunuh siapapun yang terjatuh kesana, Tuan," Elsa bergidik ngeri.

Zen tertawa mendengarnya. "Ya, kau benar. Hanya orang beruntung yang bisa selamat,"tawanya.

Tiba tiba dari sisi hutan yang mereka lewati terdengar sebuah kegaduhan. Zen, sontak saja membalikkan kudanya, waspada dengan apa yang ada dibelakangnya.

"Elsa, pergi ke belakangku!" Perintahnya. Elsa menurut.

Betapa terkejutnya mereka melihat beberapa pria berkuda dengan penutup wajah mengepung mereka secara tiba tiba. Mereka berjaga baik di depan maupun di belakang Zen dan Elsa. Mereka terkepung!

"Siapa kalian?!" Teriak Zen.

Satu dari mereka, yang tak lain adalah pemimpin mereka, berteriak memerintahkan mereka untuk mulai menyerang.

"Tuan!" Elsa memekik panik. "Kita harus bagaimana?!"

Zen mengeluarkan pedang yang ia sembunyikan di balik jubahnya. Ia tidak peduli jika ia belum bisa menggunakannya. Yang ia bisa lakukan hanya berusaha sekuat mungkin melindungi Elsa yang kini berlindung di belakangnya.

"Elsa, aku akan membuka jalur, entah di depan kita, atau di belakang kita, kau harus kabur dari sini."

"Tapi Tuan bagaimana-!"

"Jangan pikirkan aku! Selamatkan dirimu dulu!" Dengan ketakutan, Elsa akhirnya mengangguk.

Zen memacu kudanya hingga berlari kencang menerobos kepungan lawan. Rencana Zen tidak berjalan mulus. Mereka tidak takut dengan serangan Zen. Mereka seolah tahu, Zen tidak mahir menggunakan senjata. Zen tidak menyerah. Ia membabi buta mengayunkan pedangnya, sekali dua kali, menggores tubuh sang lawan. Tapi bagi mereka, goresan lemah itu tidak ada rasanya.

"Elsa!" dengan susah payah, Zen akhirnya berhasil membuka jalur. Dengan cepat Elsa memacu kudanya melewati jalur.

"Tuan mereka mengejar kita!" Teriak Elsa takut.

Zen tidak menjawab. Perasaannya jauh lebih takut dari Elsa. Bukan takut pada mereka, tapi ia takut, dirinya yang lemah akan mencelakai Elsa yang seharusnya ia lindungi.

SWEET LOVE STORY : DANCING IN THE DARK Where stories live. Discover now