Part 5 : Merasa Nyaman

1K 120 8
                                    

Kamu alasanku bangun tidur langsung lihat ponsel.

-Kanina-

===

Aku memandang ponselku dengan bingung. Mukaku masih kusut, belum mandi, belum cuci muka, belum sikat gigi, tapi udah lihat ponsel duluan.

Kamu alasanku bangun tidur langsung lihat ponsel. Hehe.

Telpon tidak ya? Telpon tidak ya?

Aku menimang-nimang permintaan Rizki kemarin malam.

Iya, permintaan untuk menjadi alarm untuknya. Alarm penyebab baper.

Dan akhirnya, aku memberanikan diri untuk menelponnya. Kasihan juga kalau dia kesiangan lagi dan tidak masuk sekolah.

Dering pertama, kedua, ketiga, tidak ada jawaban. Hingga akhirnya dering ke enam, panggilan pun diangkat.

"Halo?" ucap Rizki dengan suara serak khas bangun tidur.

Astaga, boleh aku mengaku?

Bolehlah ya!

Suaranya Rizki itu serak-serak gimana gitu. Jadi pengen segera dihalalin, terus setiap bangun tidur denger suaranya dia. HAHA. Bercanda.

"Heh, Kecoa Gosong! Lo lama banget sih angkat telponnya?" ucapku berpura-pura galak. Aslinya mah lemah lembut, tapi kalau hadapin Rizki itu bawaannya ngotot mulu.

Mungkin kalian berpendapat kalau aku suka sama Rizki. Namun, nyatanya itu semua salah. Aku nggak suka, tapi ... kayak seneng aja gitu kalau deket sama dia.

Aku hanya merasa ... nyaman. Udah, itu doang.

"Oh, Istriku ternyata yang telpon. Maaf ya, tadi ponselnya aku silent, aku bangun, Sayang. Makasih ya udah dibangunin. Muaaahhh," ucapnya membuatku berdecih tapi suka.

"Apa-apaan sih lo, ini semua karena gue sebagai temen yang baik, gue nggak mau lo telat lagi terus nggak masuk."

"Ciye perhatian ... takut kangen? Sepi ya kemaren kelas tanpa gue?"

"Apaan, yang ada gue bersyukur karena kehidupan gue kemarin itu aman dan damai," jawabku ketus.

Di seberang sana, Rizki terdiam cukup lama. Kenapa? Apa aku salah bicara?

"Jangan gitu, nanti kalau lo udah nggak ada yang isengin lagi kangen loh," ucapnya bercanda.

"Eh, gue salah ngomong ya?" tanyaku merasa tidak enak pada Rizki.

"Haha, enggak kok. Gue tadi diem lagi minum."

"Oh, kirain kenapa."

Aw, perutku terasa mulas. Sepertinya ini waktuku untuk rutinitas pagi.

"Ki, gue tutup dulu ya. Mau mandi terus siap-siap ke sekolah."

"Iya, gue juga mau mandi mumpung temen satu kos belum bangun."

Dan obrolanku dengan Rizki pun berhenti di situ.

Memang obrolanku dengan Rizki tidak lama, tidak ada satu jam. Namun, rasanya seperti ada sesuatu yang baru dan menyenangkan.

Aku senang menjadi alarm untuk Rizki, karena aku merasa ada yang menungguku dan aku juga merasa dibutuhkan bagi seseorang.

Panda Boy (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang