PERHENTIAN TITIK AKHIR [3]

297 53 108
                                    

Sudah dua hari salah satu ruang VIP di Rumah sakit tersebut dilanda kesunyian. Seorang pria berparas tampan duduk disamping ranjang tengah menggenggam tangan sang terkasih yang tergolek lemah. Sesekali terdengar helaan nafas berat dari bibir yang mulai memucat itu, matanya yang bengkak dan menghitam memandangi wajah tirus di hadapannya. Hatinya terasa sakit mengingat betapa cerianya sosok itu dimasa lalu, mata yang selalu memancarkan kebahagiaan itu kini terpejam seakan enggan untuk terbuka lagi. Tidak ada lagi suara tawa yang menggelitik telinganya dan ucapan cinta yang menenangkan hatinya.

"Ten, bangunlah. Aku minta maaf, aku merindukanmu"
++++

Malam ini kota Seoul diguyur hujan deras, angin bertiup kencang menyapu apapun yang menghalangi jalannya. Taeyong menatap keluar jendela dan melihat pohon-pohon bergoyang, dia mengeratkan cardigan hitamnya menghalau dingin yang kini mulai dirasakan. Kakinya melangkah mendekati ranjang dimana Ten masih terlelap. Setelah tepat berada disamping ranjang, tangannya terulur mengusap rambut hitam yang mulai kusam itu, dikecupnya kening Ten dengan lama,  menyalurkan rasa rindunya.
Tiba-tiba dirasakannya tubuh Ten sedikit bergetar, dengan segera Taeyong melepas kecupannya, matanya membulat ketika melihat tubuh kekasihnya terlonjak dan mata yang sudah terpejam selama lebih dari dua hari tersebut kini terbuka. Menatap kosong langit-langit kamar kemudian bergulir ke berbagai arah sampai kemudian mata bulat tersebut menangkap siluet seseorang disamping kirinya. Kening berkerut dan matanya sedikit memicing.

"Ten? Sayang? Astaga.. Ten.. Kau.. Kau. akhirnya"

Taeyong masih berusaha sadar dari rasa terkejutnya. Tapi Ten masih menatap tajam dirinya.

"Sayang? Apa yang kau rasakan? Apa kau haus? Atau kau ingin makan sesuatu? Atau kau merasakan sakit disuatu tempat? Oh astaga Ten aku senang akhirnya kau sadar"

Taeyong tidak tahu perasaan apa yang kebih mendominasinya saat ini, antara lega dan bahagia. Taeyong tidak bisa memilihnya, tanpa sadar dia memeluk tubuh Ten dengan sedikit kencang, membuat Ten terbatuk.

"Ya ampun, maafkan aku Ten. Maafkan aku. Sebentar, aku akan panggilkan dokter"

Belum sempat Taeyong memencet tombol diatas ranjang, tangannya lebih dulu ditahan oleh Ten.

"Siapa?"

Kedua alis Taeyong menyatu mendengar pertanyaan Ten.

"Kau.. Kau siapa?"
++++

Ini sudah lebih dari dua jam sejak Ten kembali membuka matanya. Kini pemuda kurus itu hanya terdiam dengan tatapan kosong, kepalanya terasa berdenyut berusaha mengingat semua memori yang menghilang. Kepalanya menoleh ketika pintu terbuka, ekor matanya mengikuti setiap gerakan Taeyong yang baru saja masuk.
Ten sedikit meringis ketika kepalanya bersenyut lebih kencang saat mencoba mengingat sosok dihadapannya.

"Kau baik-baik saja Ten?"

"Ya, aku baik-baik saja"

Taeyong dengan lembut meraih kedua tangan Ten dan mengecupnya.

"Aku senang akhirnya kau kembali terbangun. Aku begitu merindukanmu dan aku hampir mati melihatmu terbaring lemah"

"Maafkan aku, kau pasti lelah mengurusku"

"Tidak Ten, jangan meminta maaf. Akulah sebab kau seperti sekarang"

"Aku bahkan tak ingat kenapa aku terbaring seperti ini"

"Secara perlahan Ten, mari kita kembalikan ingatanmu secara perlahan"

"Aku harap semuanya bisa kembali. Tapi kepala ku sakit ketika berusaha mengingat semuanya"

"Jangan khawatir Ten, semua akan baik-baik saja. Sekarang ayo minum obatmu dan kembali beristirahat agar tubuhmu pulih dengan cepat"

"meskipun aku tak mengingatnya, kau pasti tunangan yang baik"

[2nd] Just TAEYONG x TENWhere stories live. Discover now