TITIK AKHIR [2]

298 60 75
                                    

Tiga hari setelah pemakaman sang Ibu, Ten memutuskan untuk kembali ke Korea. Dia tak sanggup jika harus tinggal lebih lama di Thailand. Dirumahnya terlalu banyak kenangan bersama sang Ibu, Ten hanya akan terus menangis jika terus berada disana. Setelah memberitahu Doyoung bahwa dia akan kembali ke Korea, Ten mematikan ponselnya dan memandang langit melalui jendela pesawat, berharap keadaannya akan membaik nanti.

Dua hari lalu Doyoung menerima pesan bahwa Ten akan kembali, namun hingga saat ini dia belum menerima kabar apapun lagi. Kekhawatirannya bertambah ketika sudah lebih dari lima belas menit dia menekan bell apartment Ten namun sang pemilik belum membukakan pintunya juga. Dengan langkah tergesa Doyoung meghampiri receptionist dan bertanya apa hari ini mereka melihat Ten keluar dan mereka menggeleng dan mengatakan sejak kembali kesini Ten belum keluar dari gedung apartment. Doyoung kemudian menghubungi pihak keamanan apartment dan memohon agar bisa membuka apartment Ten dengan kunci master mereka, setelah menjelaskan keadaanya akhirnya Doyoung berhasil membuka pintu apartment Ten. Dan dia menjerit begitu melihat keadaan ruang tengah apartment tersebut, gorden tidak terbuka, lampu-lampu padam, TV yang menyala menanyangkan berita tentang saham Negara, bau alcohol yang menyengat dan juga belasan botol beer serta soju yang berserakan, namun tidak ada Ten disana. Jadi Doyoung berkeliling apartment sambil meneriakan nama Ten, lagi-lagi Doyoung menejerit saat menemukan Ten tengah meringkuk dibawah guyuran air dikamar mandi dalam keadaan setengah sadar, dengan segera Doyoung meraih handuk yang ada dan menuntun Ten keluar dari kamar mandi.

Doyoung menatap Ten dengan perasaan sedih dan prihatin yang kini tengah memasukan bubur buatannya dengan susah payah, pada suapan kelima Ten memuntahkan makanannya. Dengan bantuan dari Doyoung kini Ten sudah berbaring dibalik selimbutnya. Doyoung keluar dari kamarnya setelah menyuruh Ten tidur. Setelah sepuluh menit Doyoung keluar, Ten masih membuka matanya, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong, pikirannya kini masih memutar semua kenangan yang membahagiakan yang entah kapan bisa dia rasakan kembali. Doyoung kembali dan mengatakan bahwa dia sudah menghubungi kantor Taeyong, menitipkan pesan agar Taeyong bisa datang kesini jadi dia akan menemani Ten sampai Taeyong datang dan Ten harus tidur. Ten yang mendengarnya hanya bisa mengangguk lemah dan mengatakan terimakasih, dalam hati dia berharap bahwa Taeyong benar-benar akan datang.

Dua jam berlalu Ten memejamkan matanya tanpa tertidur, Doyoung masih berada di kamarnya, duduk di sofa disudut ruangan sambil membaca buku dan Taeyong belum datang. Ten mulai menyerah, dari kemarin dia terus berharap Taeyong akan datang namun itu semua tidak terjadi, jadi dia mulai menggigit mulut bagian dalamnya guna menahan tangisan yang akan segera keluar. Dengan suara pelan Ten meminta Doyoung untuk membelikannya pasta di restoran langganan mereka dengan dalih semoga nafsu makannya kembali jika makan itu. Tepat ketika doyoung berlalu air matanya turun dengan deras, menangis tanpa suara.

Setengah jam kemudian dia mendengar suara pintu apartmentnya terbuka, takut Doyoung melihatnya menangis dengan kasar dia menghapus air matanya menggunakan selimbut dan memejamkan kedua matanya seolah tertidur. Ketika Doyoung masuk ke kamar dia mencoba merilekskan pernafasannya. Dia tersentak ketika merasakan sebuah tangan mengelus kepalanya dan sepasang bibir mengecup lama keningnya, kedua matanya terbuka lebar, menatap tajam visual seseorang didepannya, keningnya berkerut memikirkan apa ini nyata atau hanya halusinasinya saja.

"Ten, sayang ini aku. Maafkan aku."

Mendengar suara yang selalu dirindukannya itu seketika tangisnya pecah, begitu tubuhnya berada dalam dekapan Taeyong, dia menjerit sekeras-kerasnya, menumpahkan kesedihannya, kemarahannya, kehilangannya dan kerinduaannya. Hatinya menghangat karena Taeyongnya kembali, mendekapnya erat dan mengatakan aku disini berulangkali.

Sudah satu minggu ini Taeyong berada di Seoul menemani Ten, dia mengambil cuti dan sepenuhnya memberikan perhatian kepada Ten. Keadaan Ten belum sepenuhnya membaik, setiap hari Taeyong harus mamaksa Ten agar menelan makananya, setiap malam dia memeluk Ten yang menangis. Taeyong benar-benar merasa bersalah karena sering mengabaikannya.

[2nd] Just TAEYONG x TENWhere stories live. Discover now