🐯



Nakyung berlari ke depan pertigaan, bodoh karena ia sempat berharap pemuda itu akan mengejarnya.

Hyunjin sialan.

Setelah dirasa jauh, Nakyung berhenti, lalu berjongkok dan menenggelamkan wajahnya diantara lutut. Dadanya naik turun seiring isakan tangisnya.

Ini adalah pertama kalinya pemuda itu membentak Nakyung, jadi ia sangat terkejut dan..., kecewa.

"Nakyung..."

Nakyung terkesiap, merasakan sentuhan di bahunya, tapi, itu bukan suara yang ia tunggu. Itu, bukan suara Hyunjin.

Nakyung menegakan kepalanya, iris hitamnya mendapati siluet gadis bermata panda tengah berlutut didepannya. Lalu ia menghambur ke pelukan gadis itu.

"Siapa yang bikin lu kayak gini, Na?" Seoyeon, gadis itu bertanya setenang mungkin seraya mengusap bahu Nakyung.

Dibelakang Seoyeon, ada Jisung yang tengah 'mengheningkan cipta'. Jisung tidak tahu harus melakukan apa saat perempuan menangis, karena ia tak pernah membuat Seoyeon menangis dan gadis itu pun bukan tipikal yang mudah menangis.

"Gua harus ngapain ya?" gumamnya. "Oh, oh, kasih tau si dower!"

"Hyunjin..." balas Nakyung pada Seoyeon, sontak Jisung berhenti mengotak-atik ponselnya. "Hyunjin bentak gua, Yeon."

Jisung membulatkan matanya, tak percaya. "Gila si dower otaknya dijual kali."

Seoyeon menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Sekali lagi, ia berusaha tenang.

"Kita pulang yuk?"

Jisung menatap kedua gadis itu, bingung. Masalahnya hari ini Jisung bawa motor bukan mobil, rasanya tak mungkin mereka bonceng tiga.

"Gua sama Nakyung balik naik grab aja, lu duluan gapapa." Seoyeon memecah kebingungan pacarnya.

"Yaudah, tapi gua nunggu sampe grabnya dateng, baru gua pergi." jawab Jisung.

Seoyeon mengangguk setuju, lalu beralih pada ponselnya,  memesan taksi online.

Hati Nakyung meringis. Harusnya itu yang Hyunjin lakukan semalam, bukan meninggalkannya di pinggir jalan sendirian. Mungkin Nakyung tak akan menangis semalam.

🐯🐯




BUGH

Bola pukulan Hyunjin meleset ke sisi kanan lapangan. Untuk keenam kalinya ia melakukan kesalahan hari ini.

Jihoon memijat pelipisnya, mulai geram.

"Fokus, Hwang Hyunjin! Lu kenapa sih?!" teriak Jihoon yang kini tengah berperan sebagai pitcher.

Sore ini Tiger 9 mulai latihan intensif untuk menghadapi final turnamen 2 minggu lagi, mereka tidak punya waktu banyak, ditambah rencana mereka yang gagal.

Jeno menepuk bahu Jihoon, kamudian berbisik. "Jangan digas dulu bang, mungkin dia lagi ada masalah di rumah."

Jeno malaikat pelindung angkatan 11.

Hyunjin melempar batnya ke tanah, lalu melenggang pergi meninggalkan lapangan tanpa sepatah kata.

"Sial banget itu bocah," umpat Jihoon.

"Kenapa si dia? Tumben banget tampang berantakan gitu, biasa juga ada gaada masalah cerah-cerah aja." heran Changbin.

"Mungkin gara-gara Nakyung kenalan sama Felix kemarin?" tebak Raesung yang disetujui oleh sebagian besar dari para cogan itu.

"Si upil itu biar tau rasa mainin hati cewek mulu sih," Woojin terkekeh, padahal ia tak ada bedanya, bahkan ia yang selalu menyuruh semua anggota untuk mencontoh Hyunjin.

"Mirror kambing!" Lucas menoyor Woojin.

Jisung bungkam, ia belum bicara pada Hyunjin tentang Nakyung menangis di pinggir jalan kemarin, jadi ia rasa lebih baik menutupinya dulu dari rekan-rekannya yang lain.

"Gua susul dia dulu ya," pamit Jisung.

"Iya mending lu bujuk dah homoan lu itu gih." balas Sunwoo sambil tertawa meledek diikuti anggota yang lain.

Heejin yang tengah mengumpulkan bola ditemani Jaemin itu melempar bola ke Jisung. "Jangan Jis, biarin dia sendiri, biar otaknya yang seupil itu mikir, biar sadar sama perasaannya."

Tepuk tangan meriah menyambut penuturan Heejin, perempuan satu-satunya di tim mereka yang biasa galak itu berujar dengan bijak.

Jaemin melepas semua bola-bola di tangannya lalu merangkul bahu si gadis. "Ejin jangan gitu nanti Nana tambah sayang."

"Heh bolanya berantakan lagi, belegug sia!"


🐯🐯🐯

















Ok, drama dimulai.

✔ Tiger 9 | Hyunjin X NakyungNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ