Perjalanan awal

69 0 0
                                    

Syukurlah tiba dirumah. Lumayan memakan waktu hampir 2 jam. Pulang larut. Aku ke dapur lalu mencari makanan. Tiba – tiba abangku datang.

"Kapan proyek bisa dimulai ?", tanyaku.

"Waktu luangmu?",balasnya

"Jadwalkan Jumat sore dan hari Sabtu dari pagi",jawabku.

"Kau akan dapat asisten", ujarnya.

"Lho? kok bisa ? kan Cuma co-producer",sergahku

"Harus sempurna",paksanya.

"Wah, ribet banget bang ?",tanyanku

"Gak juga, mixing paling ribet , aku hampir menyerah jika terus-terusan melakukannya, belum ada generasi yang pas dan sepertimu",jelasnya.

"Ya latih",ujarku

"Tidak ada waktu, itu akan melonggarkan proyek ini. Pengerjaan hanya dalam 6 bulan",ujarnya.

"Baiklah. Siapa penulisnya? Perlu aku tetap mendampingi?",tanyaku

"Tidak, tugasmu hanya merapikan, biasanya kau lebih teliti persoalan begini",jelasnya.

Firasatku berkata lain dengan apa yang dilidahnya sampaikan.

Hari Jumat sore sepulang dari kampus, aku pergi ke studionya. Syukur tidak ke studio lama. Rasa sakit disana masih membekas. Komunikasi yang terputus sekian lama merupakan hal baik. Aku tidak ingin mengulang kembali.

Aku diperkenalkan ke penulis, lalu memulai aransemen. Aku memakai gitar? Tidak, aku memilihnya kembali. Beberapa gitar tidak sesuai harapanku. Setelah itu, mulai mendengarkan beberapa lagu.

Ada 12 lagu yang dibutuhkan, dikerjakan sudah 40 lagu. Ini menguras energi banyak. Mereka siap terbit. Ada beberapa lagu yang harus aku eliminasi, lalu memilih utama, perencanaan yang masih bisa dipakai sebagai EP album sebagai additional album.

Semua lagu dikembangkan kembali, malah aku menambahkan 3 lagu. Engineering music merupakan hal melelahkan. Aku tidur distudio. Ya, seperti kembali lagi.

Paginya aku bangun diruang kerja abangku. Beberapa foto aku kenal seperti jejak lama, dan aku menemukannya. Aku pergi dari situ. Masih jam 5 pagi tapi memang tidak segar meski harus bangun pagi.

Aku memulai lagi pengerjaan aransemen ini. Aku butuh kopi, karena sudah mulai buntu. Akhirnya aku keluar dari studio itu sendiri. Petugas disitu langsung mengenaliku dan memberi hormat padaku. Tak jauh dari situ ada kedai. Ah, benar lapar.

Aku pesan kopi beserta sarapan yang aku tebak mungkin kenyang nanti. Tiba – tiba aku merindukan suasana itu. Suasana itu menghantuiku.

Setelah itu aku memikirkan selama sisa hariku distudio. Siangnya aku memutuskan pergi ke tempat yang pernah ada rasa. Kenangan takkan terlupakan, aku hanya rindu orang yang pernah berada difoto itu. Kembali kuputar engine ku di komputer ini. Sial! Tak banyak berubah, ini terlalu keras ditelinga pikirku. Bergulat dengan diri takkan ada habisnya.

Tepat 13.00 , perutku mulas. Perasaan hanya kopi dan telur entah rasa apa, tapi memang jam makan siang. Aku memutuskan bernostalgia setelah sekian lama.

KembaliWhere stories live. Discover now