5. Awan Gelap

1K 189 4
                                    

"Chenle!"

Chenle tetap meneruskan langkahnya walau dia mendengar panggilan itu.

"Chenle!" panggil orang itu lagi, dari suaranya sepertinya jarak orang itu semakin dekat.

"Chenle," panggilan itu disertai dengan sebuah tarikan cukup kuat di lengan Chenle.

"Kau kenapa?"

Keterdiaman Chenle membuat orang itu kembali membuka suara.

"Kau menghindariku akhir-akhir ini," lanjut orang itu.

"Tidak apa-apa," jawab Chenle singkat lalu membuang muka.

"Walau kita baru kenal satu semester, tapi aku tahu dengan jelas kalau kau sedang marah, Chenle,"

"Kau menyebalkan!" teriak Chenle di depan wajah orang itu.

"Kau menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan! Sangat, sangat menyebalkan! Jangan bicara padaku, Park!" Chenle menghempaskan tangan orang itu lalu berlalu dengan kaki dihentak-hentakan.

Orang itu tidak menyerah dan kembali mengejar Chenle. Setelah menyamakan langkah mereka, orang itu kembali bersuara.

"Kau marah karena aku latihan saat jam pelajaran ya?" ujar orang itu hati-hati, tidak mau membuat Chenle marah.

"Kau gila?!" Chenle mendelik kesal. "Kau pikir aku anak kecil yang akan marah hanya karena kau meninggalkanku untuk latihan?!"

Orang itu tertawa melihat respon Chenle.

"Haechan sunbae belakangan ini terlihat buruk, jadi aku tidak berani memprotes saat dia tiba-tiba mengusulkan perubahan jadwal. Maaf ya,"

Melihat ketulusan orang itu, Chenle menjadi luluh juga.

"Kau menyebalkan, Jisung," Chenle berbalik, meninggalkan Jisung setelah mengatakan itu.

Jisung yang menyadari Chenle sudah tidak marah mengikuti Chenle dengan langkah riang.

"Sebagai gantinya, aku akan membuat surat khusus untukmu. Jadi kau bisa melihatku latihan, bagaimana?"

Chenle tampak berpikir sesaat lalu mengangguk dengan semangat.

"Jam matematika saja ya, otakku sudah tidak kuat dengan angka-angka itu,"

♤♤♤

[Hyung! Hyung ingat kalau hyung berhutang padaku kan? Aku menagihnya sekarang, hyung. Hehe.]

"Ish, apa-apaan anak ini? Saat itu dia bilang tidak perlu balas budi," Jaemin menggerutu saat membaca pesan yang dikirimkan tetangganya.

"Apa yang kau lihat?"

Jeno yang tiba-tiba menjulurkan kepalanya , untuk melihat isi handphone Jaemin, membuat Jaemin memekik kecil lalu secara refleks memukul kepala Jeno.

"Jangan membuatku terkejut, bodoh!"

"Kasar sekali," Jeno meringis sambil mengusap kepalanya. "Memangnya ada apa? Wajahmu terlihat kesal," lanjut Jeno, masih disertai sedikit ringisan.

"Itu, tetanggaku tiba-tiba meminta balas budi. Padahal saat itu dia bilang tidak perlu, kan menyebalkan kalau dia meminta di saat-saat seperti ini," Jaemin berbicara dengan bibir mencebik kesal.

"Memangnya kau tahu apa yang dia minta?"

"Tentu saja berhubungan dengan Haechan. Belakangan ini Haechan terlihat sangat buruk. Ugh, aku bahkan takut untuk mengajaknya bicara," Jaemin menghela nafas lesu setelah mengatakan itu.

HOME [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang