BAB 4

11.4K 51 10
                                    


Xander POV

Dering ponselku terus berbunyi dari perjalanan selepas dari mall sampai tiba di rumah nana, aku melihat nama yang tertera disana di benda persegi canggih itu, nama yang sudah beberapa tahun terakhir tidak ada kabar beritanya entah kemana, dan tiba-tiba saja beberapa hari ini dia kembali hadir mengusik kehidupanku. Aku coba mengabaikannya, karena aku sudah memantapkan hatiku untuk bersama nana, ya nana wanita yang baik hati dan memiliki senyum terindah yang pernah kulihat selama aku hidup di dunia ini. Tapi seakan tidak menyerah dia terus menhubungiku, sampai nana mendengarnya dan menyuruhku untuk menerima panggilannya.

“terima saja siapa tahu penting.”

“tidak, itu tidak penting” aku berusaha meyakinkannya dan meyakinkan diriku sendiri kalau panggilan itu tidak penting, karena jujur dari lubuk hati terdalam aku mengkhawatirkannya.

Sampai kekhawatiran itu ternyata memang terbukti dia mengirim pesan yang isinya

“Xander,aku mohon tolonglah aku sekali ini saja, aku kecelakaan dan aku tidak tahu harus menghbungi siapa, bisakah kamu datang?”

Aku tak bisa menjelaskan perasaanku bagaimana, antara khawatir, takut, dan merasa bersalah. Aku merasa bersalah untuk nana. Tapi, aku tak bisa mengabaikannya begitu saja. Aku takut terjadi apa-apa dengan dia, karena aku tahu betul disini dia tidak punya sanak saudara atau siapapun untuknya berbagi kecuali aku.

Maka aku menyuruh nana untuk masuk, agar aku bisa cepet menghubungi dia untuk tahu bagaimana keadaannya dan dimana dia. Aku belum mampu untuk mengatakan masalah ini kepada nana, aku belum siap. Aku tidak mau berbohong tapi, aku tidak ingin nana berpikir yang tidak-tidak. Itulah kenapa aku tidak memberi tahunya, karena aku pikir tidak salah kan aku ingin membantu teman lama, ya teman lama aku menganggapnya begitu, walaupun aku masih belum yakin dengan apa yang sebenarnya ku rasakan untuk dia saat ini.

“sayang kamu masuk gih, titip salam yah unutk mamah dan papah kamu, bialngin maaf memulangkanmu terlalu malam. I love u”

“baiklah hati-hati di jalan kabarin kalo udah sampai. Love u too” dan dia pun turun.

Aku tidak ada waktu untuk menunggunya sampai masuk hingga aku langsung melajukan mobilku dengan kecepatan maksimum, aku khawatir takut kecelakaannya parah.

Sambil melajukan mobilnya aku meraih ponselku dan mendial nomor yang tadi berusaha menhubungiku, dalam dering kedua dia langsung mengangkatnya.

“xander, tolong aku... hixs... hixs.. aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi” terbata dia menjawab, dan aku semakin khawatir setelah mendengar suara tangisannya.

“oke tenang aku akan segera kesana, sekarang kirimkan alamatnya padaku oke, kamu tenang jangan menangis oke tunggu aku secepatnya datang” aku berusaha menangkannya walau nyatanya aku sendiri pun tidak bisa tenang.

“baiklah, aku akan mengirimkannya sekarang juga, hixs... hixs... cepatlah datang aku takut”

Aku menutup telponnya dan langsung menuju lokasi yang dia maksud.

Dan untungnya jalanan sedang sepi, hingga aku bisa melajukan mobilku dengan kecepatan maksimum.

*sesampainya disana, ternyata sudah ada beberapa polisi disana dan juga team medis karena sepertinya itu kecelakaan beruntun. Aku langsung mencarinya, dimana zahra? Dan disana dia sedang terduduk dikursi tepian jalan sambil menangis dengan beberapa luka di dahi dan di beberapa bagian tubuh lainnya. Aku langsung berlari mendekatinya.

“ra....” dan tanpa ba bi bu dia langsung memelukku, sambil menangis.

“xander, aku takut. Aku takut aku yang salah dalam kecelakaan ini, aku gak mau di penjara.” Aku benar-benar khawatir tapi aku berusaha untuk menenangkannya.

KesakitankuWhere stories live. Discover now