BAB 3

14.2K 43 0
                                    

Bab 3

“Xander.... apakah cinta yang kamu rasakan untukku melebihi rasa cintamu untuknya?”

Ada jeda cukup lama sebelum dia menjawab, seolah berpikir apa yang harus dia katakan agar tidak menyakitiku. Tapi aku bisa melihat dengan jelas keraguan itu di matanya, dan aku harap-harap cemas untuk mendengar jawaban apa yang akan dia berikan.

Dan dia menjawab “ emmmm... akuu tidak tahu, yang jelas aku mencintaimu sekarang, sudahlah jangan membahas hal berat seperti itu di malam yang kurasa cukup special untuk kita ini, right?”

Tapi aku melihat, matanya yang bergerak kesana kemari, dia tidak menatap mataku, aku tau dia sedang berbohong, dia tahu jawabannya tapi dia lebih memilih mengalihkan pembicaraan ini. Karena aku juga merasa malam ini cukup special akhirnya aku memutuskan untuk mengiyakan yang dia katakan, walaupun aku masih penasaran sebenarnya.

“iya kamu benar malam ini terlalu special untuk membicarakan masa lalu yang tidak berarti kan?” yaa aku mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa masa lalunya tidak cukup penting untuknya.

“iya kamu benar, ituuu tidak penting.” Agak terbata dia menjawab.

Setelah itu kita mulai memakan hidangan masing-masing karena pesanan kita telah datang.

“Nana apakah kamu meyukai rasa makanannya? Ini adalah salah satu restoran favorit ku di mall ini, makanya aku mengajakmu kesini. Aku harap kamu menyukainya juga.”

“emmm iyaa xander aku menyukainya, ini lezat sesuai seleraku. Kamu pemilih yang baik”

“ah syukurlah kalau kamu menyukainya, aku sempat takut seleramu tidak sama denganku. Aku akan lebih sering mengajakmu kesini kalau begitu.”

“hmmm dengan senang hati tuan xander”

Dia pun tertawa mendengar apa yang aku katakan, tawa itu yaa tawa itu yang membuatku jatuh cinta. Aku tak peduli seberapa besar yang dia rasakan untuk masa lalunya, yang terpenting dia milikku sekarang. Egois untuk kebahagiaan diri sendiri tidak masalah bukan?

Setelah setengah jam berlalu akhirnya kita berhasil menghabiskan makanan kita satu sama lain. Setelah membayar tagihannya dia mengajakku untuk berkeliling di mall ini karena masih ada waktu 1 jam lagi untuk filmnya diputar.

Kami pun berjalan beriringan, tapi dia tidak pernah menggenggam tanganku walaupun kita jalan beriringan. Aku cukup kecewa untuk itu, entahlah apakah dia malu atau gugup atau karena dia terlalu cuek. Tapi itu bukan suatu masalah besar yang harus diributkan. Jadi aku mengabaikannya.

“sayang apakah kamu mau melihat baju-baju disana? Sepertinya ada beberapa baju yang cocok dengan kamu.”

“boleh, tapi kamu bantu pilihkan ya? Kamu gak risih nemenin cewek nyari baju kaya gini? Biasanya lelaki sepertimu lebih memilih menunggu diluar daripada harus menemani wanita memilih baju”

“tidak kenapa aku harus risih, aku menemani wanita yang aku cintai berbelanja apa salahnya. Selama itu membuatmu senang aku akan melakukannya sayang, ayolah”

Entah kenapa aku merasa bahagia dengan ucapannya wanita mana yang tidak tersanjung jika memiliki lelaki yang sepengertian itu.

Akhirnya kami pun memasuki toko tersebut. Aku terpesona dengan beberapa baju-bajunya yaa walaupun kebanyakan disini koleksi baju-baju yang sangat feminim dan tentu saja itu bukan aku. Dan mataku tertuju pada satu swater oversize berwarna putih yang ada gambar wanita menjulurkan lidah didepannya, i think itu sangat aku sekali. Dan tentu saja aku langsung mendekat dan mengambilnya.

“Xander bagaimana dengan sweater ini? Apa bagus?”

“bagus, sangat dirimu. Tapi kenapa kamu tidak mencoba berpenampilan feminim sekali-sekali, aku lihat baju-bajumu selalu kaos dan sweater.”

KesakitankuWhere stories live. Discover now