a BAD purpose||2

2.3K 66 0
                                    

Langit mendudukan Letta di bangku taman belakang sekolahnya, mengeluarkan sapu tangan miliknya dari dalam saku celananya lalu memberikannya pada Letta.

Letta menggeleng dan tak ingin menerimanya, tetapi Langit memaksanya mengambil. "Ambil aja, buat bersihin wajah kamu yang basah," katanya, setelah Letta menerima uluran sapu tangan milik pemuda itu.

Lalu Langit mengambil duduk di samping Letta setelahnya, menolehkan kepalanya menatap gadis di sampingnya. "Kamu kenapa diam saja diperlakukan semena-mena oleh mereka." Langit bertanya, merasa tidak habis pikir dengan sikap Letta. Di jaman modern seperti ini masih saja ada gadis seperti Letta. Lugu, cupu dan pendiam. Ditindas tapi diam saja, dicaci maki tapi tak berani membalas. Apa gunanya dia punya mulut.

Sementara Letta tak berani menjawab lebih pertanyaan Langit, selain gelengan yang mampu dia berikan pada pemuda itu, Letta hanya menjawab singkat pertanyaan Langit. "Nggak papa, Ka!" ujarnya tak berani memandang wajah kakak kelas yang disukainya itu, sehingga Letta hanya mengarahkan pandangannya ke sembarang arah. Ke mana saja asal tak melihat Langit, ia sedang gugup dan malu secara bersamaan. Lagi pula pertanyaan Langit itu sangat sulit untuk dijawab. Letta hanya merasa tak mungkin melawan saat mereka membullynya.

Selain tahu diri, Letta sadar kalau kasta dan derajat membawa perbedaan bagi Letta. Memangnya apa yang bisa dia lakukan? Membalas saat dibully? Yang ada dia yang akan terkena masalah. Beryukur saja dia masih bisa sekolah di sini, meski hanya dari beasiswa, setidaknya Letta akan memanfaatkan segala pendidikan yang didapatkannya dengan susah payah itu dengan cara terbaiknya. Menjadi siswi yang baik di sekolah ini dan tak mencari masalah.

"Kalau kamu tidak membalasnya justru mereka akan semakin keterlaluan sama kamu," ujar Langit lagi, ketika dilihatnya Letta hanya menundukan kepalanya. "Mereka akan terus-terusan ngebully kamu, menghina kamu, dan mencaci maki kamu." Langit kesal, dia tak habis pikir dengan Clara. Perempuan yang dia ketahui sebagai adik kelasnya dan satu kelas dengan Letta malah membully teman satu kelasnya sendiri. Apa mereka tak punya pikiran?

Langit tidak senang kalau ada gadis yang tak bisa apa-apa dan terlihat lemah seperti Letta ditindas habis-habisan oleh Clara, maka Langit ingin membuat Letta menjadi lebih berani. Dengan menyuruhnya membalas apa yang meraka lakukan pada Letta.

"Lain kali." Dia memperhatikan wajah Letta untuk sesaat. "Kalau mereka ngebully kamu lagi, kamu harus berani melawan." Langit menambahkan sambil lalu menyampirkan anak rambut yang menutupi wajah Letta.

Langit tidak tahu saja kalau apa yang dilakukannya itu berakibat fatal pada kesehatan jantung Letta. Tak sadar kalau gadis itu kembali dirundung kegugupan yang membuat jantungnya berdetak kencang lebih dari seharusnya. Sehingga Letta tak lagi bisa menjawab kalimat Langit.

Tapi rupanya Langit belum mau menyerah, sehingga pemuda itu mengubah posisi duduknya untuk menghadap Letta. Mulai mencondongkan tubuhnya untuk lebih deket pada Letta. "Kamu ngerti, kan?" katanya, semakin membuat detak jantung Letta berkali-kali lipat detakannya.

"Tapi, kalau kamu nggak berani ngelawan mereka juga, biar aku yang akan ngelawan mereka buat kamu," kata Langit yang terakhir kalinya, sebelum beranjak dari samping Letta dan meninggalkan Letta yang sedang terbengong-bengong karena sikap manisnya.

***

Plakkk . .

Tampara keras itu menghentikan langkah Letta yang baru saja memasuki rumahnya.

"Perempuan nggak berguna, Sialan! Nggak bisa menghasilkan uang."

Pranggg...

Suara teriakan serta merta dibarengi dengan suara benda yang dilemparkan membuat perasaan Letta tidak enak.

a bad purpose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang