bab 33

5.2K 301 4
                                    

Tristan POV
Aku pulang dari rumah Vanessa sudah tengah malam yang seharusnya sampai di rumah pukul 9 malam. Aku menahan amarahku saat meliht video tentang Vanessa dan Milla yang didapatkan oleh anak buahku yang aku tugaskan menjaga Vanessa selama aku di Aussie.

Sungguh tak kusangka Milla nekat melakukan itu di depan umum, tapi semua sudah terjadi aku harus mencari solusi. Tapi aku belum mendapatkan solusi apapun, aku harus segera mendapatkan solusinya karena 2 hari lagi aku juga harus pergi Ke Hongkong selama seminggu. Aku tak tega meninggalkan Vanessa dalam keadaan seperti itu. Ku acak rambutku frustasi karena belum ada solusi dalam hubungan kami.

Kucoba memejamkan mataku untuk istirahat karena mataku sudah sangat panas dan berat, butuh tidur.

Pagi pagi aku sudah pamit ke mama untuk meeting penting, padahal aku ingin melihat keadaan Vanessa setelah kejadian semalam. Ku pacu Lamborghini Veneno milikku, mobil ini tak akan pernah aku jual karena ini salah satu mobil bersejarah  bagiku dan Vanessa. Karena berkat mobil ini aku bertemu dengannya. Jam 7 pagi terlalu Pagi memang untuk bertamu di rumah orang tapi harus aku lakukan karena besok aku sudah flight ke Hongkong.

Aku tekan bel pintu dan bibik art yang membuka pintu, ia mengatakan kalau keluarga Vanessa sedang sarapan pagi. Tapi aku tak melihat Vanessa di meja makan hanya om Dzakka, Tante Anaya, Abang Angga dan Ryando disana. Mereka tersenyum padaku saat mereka melihatku sepertinya mereka sudah tahu apa yang terjadi semalam. Tante Anaya berdiri dan mendekatiku, ia memintaku membujuk Vanessa untuk makan karena ia menolak saat Tante Anaya mengajaknya sarapan pagi.

Aku melihat Vanessa sedang duduk di ranjang dengan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang, tangannya memegang ponsel dan memainkannya. Aku masuk dalam kamarnya, ia hanya melihatku sekilas dan kembali fokus pada ponselnya.
"Va........sarapan yuk" ajakku

"Aku nggak lapar Tan, kamu nggak ke kantor?" Tanyanya cuek, dia menghindari kontak mata denganku, aku duduk di tepi ranjang menghadap padanya.

"Nanti kamu sakit kalau nggak makan Va"

Kubelai rambutnya, kulihat wajahnya, matanya masih sembab karena menangis semalam. Aku berdiri dan turun menuju ruang makan rumahnya, kulihat sepi sudah tak ada seorang pun disini. Mungkin mereka sudah berangkat ke tempat aktifitas masing masing. Aku menuju dapur dan Tante Anaya masih ada disana. Melihat kedatanganku ia menghentikan aktifitasnya.

"Gimana Tan, Nessa mau turun?" Tanya beliau
Aku hanya menggeleng pelan, sedangkan Tante Anaya membuang nafasnya kasar

"Biar saya bawa makanannya ke atas Tan" pintaku

"Kamu nggak ke kantor? Ini sudah jam 9 loh Tan" ucap Tante Anaya

"Nggak apa apa Tante, saya sudah telepon Marcelo untuk menghandle dulu kerjaan saya"

Aku membawa nampan berisi nasi, sayur dan lauk pauk juga jus jeruk, untungnya saat aku berangkat tadi aku sudah menelepon Marcelo untuk menangani dulu kerjaan di kantor, untungnya dia memahami keadaan Vanessa yang butuh dukungan dariku. Aku menceritakan semua pada Marcelo Karena ia adalah orang yang paling aku percaya saat ini.

Aku masuk kamar Vanessa dan melihatnya masih dalam posisi saat aku tinggalkan tadi. Aku taruh nampan di meja nakas, ku ambil piring dan ku suapkan sesendok nasi dan lauk ke depan mulutnya tapi ia tak mau membuka mulutnya

"Va.....ayo buka mulutnya" ucapku

"Aku bukan anak anak Tan yang harus disuapi kalau makan" gerutunya

"Ya sudah kamu makan sendiri kalau nggak mau disuapi" kusodorkan piring ditanganku padanya

"Aku belum lapar" jawabnya

LOVE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang