• 2 : Blush •

1K 149 9
                                    

"In search of silver linings, we discover gold."

•••

Two

Pintu ruangan terbuka lebar, menampakkan Namjoon, Putra Lucifer yang sedang membawa seorang manusia di belakangnya. Ia menyelimuti manusia itu dengan api neraka miliknya, melayang beberapa meter dari tanah tepat di balik punggungnya. Ruangan yang baru saja dimasuki Namjoon adalah Demory, ruangan khusus iblis di Pride Stage, lantai kekuasaan Lucifer di neraka. Ruangan itu merupakan ruangan pribadi yang hanya boleh dimasuki Lucifer, ayahnya, dirinya sendiri, orang lain yang menyimpan darah Lucifer / Namjoon dalam nadinya, atau orang yang diizinkan masuk oleh Lucifer / Namjoon. Hal ini berlaku bagi setiap iblis, mereka mempunyai ruangannya masing-masing.

Tepat di hadapan Namjoon, tiba-tiba Lucifer muncul dengan aura kebanggaan diri yang sangat tebal menyelimutinya, terlihat berlapis-lapis. Pakaiannya serba hitam dengan beberapa sentuhan warna merah kelam di ujung jubah dan kerah jubahnya. Dia jadi lebih mirip makhluk haus darah kalau sayap dan ekornya dilipat.

"Oh, hai, Ayah," Namjoon menyapa santai, mendongak menatap ayahnya yang jelas masih lebih tinggi. Tubuh iblis itu benar-benar jangkung, bahkan kalau kau nekat menyejajarkan Lucifer dengan tiang listrik, ia sudah tiga perempatnya.

"Kau darimana?"

"Berkunjung ke bumi," putra Lucifer itu menguap santai, memilih duduk di sofa merah darah yang ada di pojok ruangan. Api yang menyelimuti Seokjin itu masih mengikuti. "Ah, tolong bawa manusia itu ke kamarku, ya,"

Seperti hewan peliharaan, api yang membawa Seokjin itu menurut dan langsung pergi menuju kamar Namjoon, meletakkan Seokjin di kasur, kemudian padam dengan sendirinya.

"Jadi? Ada alasan tertentu kau mengikatnya denganmu?" Lucifer tersenyum licik.

"Ah, tidak juga. Aku tertarik saja dengannya,"

Lucifer terlihat menaikkan sebelah alisnya sambil masih memasang senyum licik itu di wajahnya, menatap intens pada keturunan satu-satunya itu.

"Oh iya, tadi aku bertemu Death. Sepertinya aku menghinanya berlebihan, jadi kalau Ayah tidak keberatan-"

"Bisa tidak kau sekali saja tidak membuatku repot, Namjoon?" Raja Iblis itu langsung mengerutkan alis, kesal.

"Jangan salahkan aku. Malaikat Kematian bodoh itu mau-mau saja kuhina, haha," Namjoon sedikit tertawa mengejek mengingat kelakuan Death tadi. "Nah, Ayah, aku ingin jalan-jalan lagi. Aku akan membawa beberapa roh dosa untukmu. Daahh ..."

Belum sempat Lucifer menyemburkan omelan untuk Namjoon, putranya itu sudah keburu masuk ke portal yang entah kapan dibuatnya, menuju ke bumi lagi, tempat tinggal para manusia.

Seokjin terbangun dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya, seluruh sel-sel organ tubuhnya. Matanya menyisir sekitar, meneliti sebuah kamar asing yang ditempatinya. Nuansa kamar itu gelap, didominasi oleh sentuhan hitam dan merah, terlihat sangat membosankan sekali. Kamar itu jadi lebih mirip seperti pemakaman dengan nuansa kelamnya, dan secara tidak langsung juga mengingatkan Seokjin tentang masa lalu horrornya.

Seokjin tidak tahu ia ada di mana, di kamar siapa. Seingatnya, Namjoon tadi memangkunya dan mengatakan sesuatu. Apa ya?

Memilih tidak ingin memusingkan hal itu karena tubuhnya masih terasa hancur, Seokjin turun dari kasur dan melihat-lihat seisi ruangan. Sebenarnya, ini terlihat seperti kamar manusia biasa. Ada meja berlaci, lemari baju, bahkan ada sebuah pigura foto yang terletak tepat di pojok kiri meja, yang juga merupakan pertemuan dua dinding.

Sinners [NamJin]Where stories live. Discover now