Happy Reading❤
Oktober, Tahun yang dialami..
Hujan lebat, petir yang setia mengimbangi menjadi pertunjukan sore yang sendu. Gadis itu terdiam kaku melihat rintik yang menyerbu jalan. Entah bagaimana ia bisa pulang kecuali bersatu dengan hujan yang memeluknya dingin. Rupanya langit hari ini tak begitu sehati dengan nya.
Melamun. Adalah kegiatan ternikmat disaat hujan seperti ini. Imajinasi nya menjauh mengikuti angin yang membawanya pergi. Hawa ngantuk pun mulai menyerang.
"Hei, masih belum dijemput?" tanya lelaki itu samar.
"Ehh, emm iya belum" tersentak. "Ujan gede gini, gue temenin yaa"
Gadis itu mengangguk dan lelaki yang hampir basah itu duduk di sebelahnya. Body goals nya terlihat cocok dengan jurusan sosial yang ia dapatkan. Ilmu Pengetahuan Alam juga pantas ditekuni oleh lelaki dengan tubuh tinggi dan rambut yang sedikit ikal. Mereka hanya satu dari sebagian besar orang yang kebetulan saling mengenal.
Sebagai murid baru di tahun pelajaran masa putih abu abu ini, cukup membuat gadis itu lelah karena tugas yang menggunung. Contohnya saja seperti hari ini, ia terpaksa pulang lebih sore karena latihan kelompok yang membosankan. Mungkin juga lelaki itu.
"Pulang sore juga?" Basa basi.
"Iya, tadi abis berbenah kelas. Biasalah wali kelas minta ini itu."
"Ohh. Ehh itu gue udah dijemput, duluan yaa. Makasih udah nemenin" ia tersenyum lalu berlari meninggalkannya.
"Sama-sama"
Dilindungi jas hujan yang besar, gadis cantik itu berpegang erat pada sang ayah yang memacu motornya menembus jutaan air hujan.
•••
Tengg.. Tengg.. Tenggg...
Akhirnya jam istirahat tiba, sedari tadi perutnya berdemo minta diisi. Nasya dan Dinda -teman sebangkunya- mengincar baso tahu di kantin belakang. Setelah lama mengantri, Nasya mengajak Dinda agar cepat kembali ke kelas dan menyantap baso tahu yang sudah melambai lambai.
"Din, gue mau cerita deh. Masa yah kemarin pas gue pulang nunggu dijemput kan ujan tuh, terus jol banget ada si Aldo nemenin gue sampe ayah datang." maaf kalo Nasya ngomongnya muncrat, hehe..
"Aldo? Yang anak X-IPA I itu?", Nasya mengangguk cepat.
"Yang keliatan culun itu?" sambarnya lagi, "Hehh!! Sembarangan nilai orang dari penampilan nya doang. Dia itu bukan culun, tapi rapih nggak kaya cowok kebanyakan yang pake seragam tapi urakan!"
"Cieeeee dibelain, terus terus?", "Ihh, yaudah gitu doang"
"Ga menarik banget deh"
"Menariknya sama riko, hehehe" jawab Nasya sekenanya. "Diihhh.."
"Hehe, tapi ngga juga sih"
Riko. Cowok yang dianggap paling keren di sekolah ini. Sebagai kapten basket yang menawan, dan rayuan mautnya yang membuat sebagian besar cewek di SMA Taruna Bangsa ini klepek klepek. Jadi tidak heran jika banyak cewek yang suka pada lelaki bertubuh atletis itu, termasuk Nasya. So pasti, dia juga banyak ceweknya. Terhitung satu bulan bisa tiga kali seorang Riko bisa ganti cewek, udah kaya ngisi kuota hp.
"Oiya nay". "Hmm?"
"Tau Ilham? Yang anak kelas X-IPA II?"
"Emm kayaknya tau sih, kenapa emang?" jawab gadis cantik itu mengawang.
"Semalem dia nge chat gue minta nomer lo. Yauda gue kasih aja"
"DINDAAA!! Apaan sih maen ngasih ngasih nomer gue tanpa ijin!" kesalnya.
"Yaelah, Frisca Anasya! Lagian kenapa sih? Kan belum tau juga dia mau ngapain minta nomer lo."
"Dan lo ngga nanyain kan?! Justru karena kita ngga tau dia mau ngapain minta nomer gue makanya jangan seenaknya ngasih nomer gue dan lain kali ijin dulu!"
Dinda hanya terkekeh melihat Nasya mengomel, cemberut.
Muka jahat Nasya dan batinnya sudah ingin menyuapi teman menyonteknya itu dengan sambal, atau dengan plastik baso tahu yang isinya telah berpindah ke saluran pencernaan.
•••
Syukurlah hari ini Nasya bisa pulang tepat waktu tanpa harus latihan latihan. Jadwalnya setelah makan malam ini adalah mengerjakan semua PR yang sudah seperti tumpukan skripsi.
Tingg..
"Ishh siapa sih ganggu aja orang lagi khusyu mikir" omelnya saat handphone berbunyi tanda ada pesan masuk.
From +628 : Malam Nasya.
Nomer yang tidak ia kenali, siapa sih?
Nasya : Maaf, siapa ya?
2 menit kemudian, Tingg..
From +628 : Salam kenal Nay. Gue Ilham.
Ia berdecak kesal membacanya. Ternyata dia adalah anak X-IPA II yang meminta nomernya lewat Dinda, hmm.
Nasya : Ohh, iya.
Balasnya acuh.
Tingg..
From Ilham : Udah makan nay?
Cowok yang kurang kerjaan mengganggu kesibukan orang lain malam malam. Ya, kesibukan Nasya.
Nasya : Maaf yaa, tapi gue lagi sibuk banget banyak tugas.
From Ilham : Iya deh. Semangat yaa, jangan kemaleman tidur nya, Nay.
Nasya hanya memutar bola matanya, jengah!
Tingg..
"Elaaahh ribet banget deh nih orang, eerrrggh!"
From +628 : Akhirnya gue punya keberanian buat chat lo, Nasya.
"Ehh, siapa lagi nih nomer yang ngga aku kenal juga?"
•••
Hii!
This is my first story yang aku publish, karena sebelum sebelumnya karyaku yang aku publish lebih ke sajak gitu..
Gimana? Masih b aja ya, hehe^^ karena aku baru pertama mempublish cerita kaya gini jadi aku butuh banget kritik, saran atau masukan, juga dukungan suara dari para readers untuk memperbaiki kesalahan yang ada dan menulis kembali lanjutan cerita ini^^
Terimakasih, ditunggu vote and comment nya❤
YOU ARE READING
In It's Own Way
Teen FictionTak semudah jatuh cinta ketika melihat senyumnya, tak juga semudah menyayangi ketika diberi contekan oleh partner sebangku. Sering berjumpa pada suatu kebetulan yang menguntungkan, membawa hati kedua remaja ini untuk merasakan letupan letupan berbe...
