Prolog

292 16 0
                                    

Wanita itu tetap diam membisu. Menikmati pekatnya bau obat-obatan yang menyengat hidung.

Di depan jendela salah satu kamar inap rumah sakit wanita itu berdiri. Mencoba mempercayai bahwa yang kini terbaring lemah dihadapannya adalah kedua putrinya.

Air mata kembali mengalir dikedua pipinya saat ia mengingat kembali pembicaraannya dengan dokter.

"Putri bungsu Ibu harus segera dioperasi, jika terlambat akan sangat berbahaya bagi kondisinya."

Wanita itu masih tergugu. "A-apakah tidak ada cara lain, Dok?"

Dokter di depannya kembali menggeleng prihatin. Ini memang pilihan yang sulit. Tapi sebagai dokter, ia harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.

"Pikirkan dengan baik, Bu. Saya permisi dulu."

Dokter itu melenggang pergi, meninggalkan wanita itu yang kini terduduk di lantai. Sungguh ini pilihan yang sulit. Sebagai seorang ibu, bagaimana mungkin ia hanya menyelamatkan satu orang sedang yang satunya tidak?

Allah , batinnya sebelum kembali tergugu.

TBC

Ig: fatmainh.w

Bondowoso, Jawa Timur.
260718

Musyrifatul LailiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang