💊 sembilan

2.6K 346 15
                                    

"hei, hyunjin. sekali lagi maafin aku ya?"

hyunjin menghapus air mata yang keluar dari matanya akibat terlalu banyak terbahak sejak daritadi tertawa bersama seungmin. hyunjin sungguh senang akhirnya ia bisa bersama-sama dengan seungmin lagi, membicarakan hal yang penting sampai yang tidak penting bersama kekasihnya itu. hingga akhirnya gelak tawa yang sama-sama terdengar dari keduanya membuat hyunjin ingin mengabadikan setiap kejadiannya agar bisa ia ulang terus-menerus.

hyunjin kemudian menatap seungmin yang kembali terdiam. tiba-tiba membahas hal yang memang sudah sepakat mereka lupakan tadi. mungkin, seungmin masih merasa terlalu bersalah, pikirnya.

tentu hyunjin bukan hyunjin kalau bukan dengan ide isengnya, entah pikiran darimana ia tiba-tiba ingin mengerjai seungmin.

hyunjin pura-pura memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan dimana seungmin berada, tangannya ia dekapkan di dada. tanda ia kembali marah.

"gak ah." jawabnya singkat sambil mengerucutkan bibirnya.

seungmin sedikit panik, diraihnya lengan hyunjin lalu ia goyang-goyangkan agar ia menoleh ke seungmin.

"lah... tadi katanya udah dimaafin akunya...." ujar seungmin dengan nada sedih. membuat hyunjin tidak tahan untuk kembali tertawa melihat pemandangan di sampingnya.

"gak mau kalo gak dikasih cium." ujar hyunjin cepat.

seungmin memiringkan kepalanya lucu, membuat hyunjin ingin mencubit seungmin saat itu juga. namun, masih bisa ia tahan karena ia ingin mendengar jawaban seungmin dahulu. ingin melihat reaksi seungmin bagaimana.

hingga lima detik kemudian seungmin menyadari perkataan yang hyunjin ucapkan tadi.

"heH, HYUNJIN AKU TUH SERIUSAN YA!!"

hyunjin kembali terbahak untuk yang kesekian kalinya, ia mendapati seungmin yang wajahnya sudah seperti semerah udang yang biasa mamanya masak di dapur.

tentu saja oknum yang sedang terbahak sekarang mengaduh kesakitan gara-gara seungmin melayangkan beberapa sentilan dan cubitan di pinggangnya. seungmin kan sedang serius tahu!

"halah, males aku sama kamu. aku pulang nih!" ancam seungmin.

masih dengan kekehan yang belum berhenti hyunjin menjawab ancaman kekasihnya tersebut, "hih~ udah jam dua belas gini emang ada yang mau nganterin? diculik hantu baru tau rasa kamu."

dipikirnya seungmin anak kecil kali ya.

"biarin, aku telfon sunwoo suruh jemput." dengusnya. kesal melihat hyunjin yang masih cengengesan.

"sunwoo mah udah tidur kali. kasian tau dia capek abis anter jemput kamu selama aku gak ada. iya kaaaan?" kata hyunjin dengan nada meledek.

seungmin kemudian berpikir, benar juga sih. kalau menyuruh sunwoo kasihan, lagipula dia sudah berpesan kepadanya untuk tak perlu menjemput seungmin karena memang dia ingin menginap menemani hyunjin sampai besok. yang ada sunwoo bisa mengamuk kalau seungmin labil begini.

"udah ah tidur, yuk! mikir mulu kaya lagi ngerjain sbm, min."

hyunjin kemudian membujuk seungmin yang masih kesal, ingin sekali hyunjin menguyel-uyel wajah seungmin yang berkali-kali lipat lebih menggemaskan daripada squishy yang dijual para adik kelasnya di sekolah.

seungmin menghela nafasnya seraya badannya bangkit dari kursi di samping hyunjin, ia berjalan ke arah sofa dekat televisi ingin merebahkan dirinya yang di rasa sudah mulai mengantuk.

"yaudah, aku tidur."

hyunjin melongo melihat seungmin yang seenak jidatnya sudah merebahkan diri di sofa. kata siapa seungmin harus tidur disitu?

"min, jangan tidur disituuuuuu!" rajuk hyunjin mengerucutkan bibirnya. membuat seungmin bangun lalu menatapnya dengan galak. tolong ya, ini sudah lewat tengah malam tapi pasien kamar nomor 320 masih saja ribut.

"terus aku tidur dimana, ih? kursi luar?"

hyunjin terkekeh kemudian menggeleng, "ya ngapain. sini lah tidurnya temenin aku."

hyunjin mengajak seungmin dengan isyarat tangannya, menunjuk-nunjuk bagian kasur di sebelah hyunjin yang masih kosong.

seungmin tentu saja terkejut. yang benar saja hwang hyunjin?

"ngaco! mana boleh sih, jin. nanti kalo aku tidur disitu, terus besok pagi ada yang jenguk kamu, gimana?" sungut seungmin. sampai rasanya ingin menampar wajah merajuk hyunjin yang menurutnya menggelikan itu.

"lagian mana muat sih! nanti kamu kesempitan, jin." 

"gapapa udah siniiii, mau nguyel-uyel orang aku tuh."

kemudian hyunjin menambahkan, "kalo gak.... aku marah ajalah sama kamu, min."

seungmin sih sebenarnya juga tidak ingin menolak, ya dia juga ingin sekali berada di dekatnya hyunjin. cuma kan tetap saja, kasur yang hyunjin pakai sekarang hanya diperuntukkan untuk satu orang, satu pasien. hyunjin mengerti tidak, sih. tetapi, daripada membuat kegaduhan di tengah malam, seungmin akhirnya mengalah dan menuruti apa permintaan hyunjin. ia sudah malas berdebat, sudah sangat mengantuk.

dengan langkah gontai seungmin kembali menuju ke kasurnya hyunjin, ia melepas sepatunya lalu perlahan naik ke atas kasur hyunjin. sungguh, seungmin tidak akan menyangka ia akan tidur satu kasur bersama hyunjin untuk pertama kalinya. tanpa sadar, hyunjin melihat merahnya pipi seungmin sesaat ia terduduk di atas kasurnya.

waktu hyunjin menginap di rumah seungmin saja, seungmin menyuruhnya untuk tidur di bawah. padahal kasur seungmin ukurannya cukup untuk berdua.

hyunjin sudah dalam posisi tiduran, ia merentangkan tangannya untuk dijadikan bantalan seungmin.

"jin, beneran ih nanti pagi langsung bangunin aku. kalo ada yang jenguk malu tau-tau aku masih tidur disini." pinta seungmin.

hyunjin mengangguk, "siap kanjeng nyai. untukmu apasih yang nggak."

seungmin terkekeh kemudian menoyor kepalanya hyunjin, berlebihan sekali panggilannya.

seungmin akhirnya ikut menidurkan dirinya juga, ia menggunakan lengan hyunjin sebagai bantalannya. degup jantungnya kembali berdetak dengan cepat. posisinya dengan hyunjin yang menurutnya terlalu intim ini kembali membuat wajah lucu seungmin memerah.

pengen ngumpat tuh boleh gak sih?— batin seungmin yang sedang dilanda keributan di dalamnya.

seungmin sedikit terperanjat ketika hyunjin menarik salah satu tangannya untuk ia pegang. bukannya tidur, hyunjin malah asyik memainkan jari-jari seungmin. membuat yang punya tangan kembali merasakan gemuruh di dadanya.

"jin," gumam seungmin yang masih dapat didengar oleh hyunjin.

"kamu beneran kan maafin akunya?" tanyanya. membuat hyunjin seketika berhenti memainkan tangan seungmin. hyunjin menoleh ke wajah seungmin yang nyatanya sangat dekat itu lalu tersenyum.

"iya, aku gamau kamu pergi-pergi lagi." jawab hyunjin sendu. membawa seungmin ke dalam dekapannya. menyamankan posisinya agar seungmin bisa segera tertidur.

seungmin kemudian mengacungkan kelingking ke arah hyunjin. hyunjin yang mengerti maksudnya apa, juga langsung mengacungkan kelingkingnya menuju kelingking seungmin. kelingking mereka saling mengunci menjadi satu.

"janji?"


"janji!"



to be continued.

side note:
akhirnya ;-;

sakit ✔Where stories live. Discover now