Kenapa seram sekali ya?

"Vloryne...!"

Huh, sudah datang saja teman-temanku. Kenapa waktu berjalan cepat sekali.

"Ya, aku keluar."

***

Karena janjiku tadi siang, dan teman-temanku sudah menjemput, akhirnya aku memenuhi keinginan Fey.

Sekarang aku sedang berenang di danau yang terletak di sebelah hutan dekat dengan permukimanku. Bermain bola air dengan Fey-tetanggaku, Yuta teman sekolahku, dan Athan si jahil, sangat menyenangkan.

"Ry, tangkap bolanya." ujar Fey, kemudian melempar bolanya kearahku.

Aku mendongak dengan tangan menengadah bersiap-siap menangkap bola tersebut. "Aku tangkap, aku tangkap." Aku mencoba mengikuti arah terbangnya bola, bukannya tejatuh bola itu semakin melayang dan menjauh.

Aku memberi isyarat agar aku saja yang mengambilnya. Dan mereka mengangguk paham.

Aku menelusuri semak-semak yang berada di pinggir danau, kurasa bolanya tadi jatuh di sini. Aku berenang semakin menjauh dari teman-temanku.

Kurasakan ada air yang menarikku agar masuk kedalamnya, apa ini? Semakin lama dan lama aku terseret.

Kupegang semak-semak itu dengan kencang, hingga tanganku tak kuat lagi untuk mencengkram semak itu. Kakiku sudah tidak bisa dirasakan lagi, tanganku seperti sobek, dan badanku terseret gelombang air kecil ini.

Dan ada seorang pemuda beriris amber tengah menatapku datar, ketika aku sudah berada di dalam air.

Siapa dia?

"Apa yang harus aku lakukan?!" Aku kalang kabut, panik bercampur bingung membuatku terus bertanya hal serupa kepada seorang pemuda yang baru saja kutemukan.

Pemuda beriris amber itu hanya diam memandang datarku dan membuang pandangannya beberapa kali.

"Kau bisa bernapas?" tanyanya yang membuatku terdiam dan berpikir.

Aku menghirup air yang ada di sekelilingku dengan cepat. Tanpa aku tahu, pandanganku menggelap dan tubuhku sudah tidak bisa dirasakan oleh saraf-saraf lagi.

Aku baru menyadari kalau pemuda itu tampan, di lengan kanannya ada gelang emas berhiaskan..., sisik ikan?

Dan aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

***

Author Pov.

Bawah laut sangatlah gelap. Tidak ada cahaya matahari yang tembus hingga kedalaman 800 meter. Tapi anehnya, di sini sangat terang benderang. Seperti ada matahari bawah laut.

Anak gadis itu dipapah sambil berenang oleh seorang pemuda yang ditemui gadis itu.

Pemuda itu membawanya ke suatu tempat, bukan sebuah rumah. Tapi istana. Istana besar yang ada di bawah laut. Berwarna ivory dengan ukiran-ukiran acak di tepi dinding dan tiang besar yang menyanggah istana itu.

Sekeliling orang yang ia lewati menatapnya bingung dan takut. Tapi pemuda itu terus berenang ke tujuan awalnya. Menyelamatkan nyawa gadis itu.

Sampai di gerbang masuk istana, pengawal dan prajurit yang diperintahkan raja memalangkan tombak panjang yang menjadi senjatanya.

"Pangeran. Pangeran tidak diperbolehkan oleh raja memasuki area istana. Karena..." jelas salah satu prajurit itu sambil melirik gadis manusia yang dibawanya. "Pangeran membawa anak manusia."

Pemuda itu menggeram, "Anak ini akan mati jika dibiarkan begitu saja," Sepuluh prajurit itu ketakutan. Membuka jalur masuk untuk ia lewati dengan tangan gemetar.

Sampai di pintu gerbang, pemuda itu menoleh, "Kalau sampai anak ini mati. Kepala kalian yang akan menjadi pengorbanannya." katanya dengan suara lugas.

Semua prajurit itu refleks memegang lehernya. Takut bila yang diucapkan pemuda itu benar-benar terjadi padanya.

Pemuda itu berjalan meninggalkan para prajurit. Setelah pemuda itu menjauh, salah satu prajurit berkomentar, "Bagaimana bila itu terjadi? Aku tidak bisa menikah dengan salah satu penjual roti yang sedang kuincar."

"Kau ini." kata temannya yang berada di seberangnya sambil memukul kepala temannya itu dengan tongkat yang dipegang.

Dan temannya yang lain hanya menertawakan kejadian aneh di depan matanya itu.

***

Sesampainya di teras, raja dan ratu sudah berdiri di sana. Raja dengan raut wajah yang seperti gunung meletus dan ratu dengan wajah gelisah.

Raja membawa sebuah benda berbentuk bola dengan bahan yang terbuat dari kaca, berwarna biru berkilau. "Kenapa kau langgar laranganku?" tanya raja dengan suara tegas.

"Maafkan hamba Yang Mulia. Saya tidak bermaksud membawa anak manusia ini, tapi dia terseret oleh gelombang panggilan Yang Mulia." jelasnya dengan kepala menunduk.

Ratu yang sedari tadi dia menatap putranya, kini mendekat dan melihat anak gadis yang dipapahnya.

Ratu mendekatkan tangannya ke hidung anak itu. "Masih ada napas. Ayo bawa dia keruang pengobatan." titah ratu kepada pemuda itu.

Sebelum pergi mengikuti ratu, pemuda itu menatap raja sejenak dan menunduk sopan.

Pemuda itu dengan cepat berjalan menyusul ratu yang sudah lebih dulu berjalan.

Ditaruhnya anak itu dengan hati-hati oleh pangeran. Perawat istana datang, membawa obat-obatan untuk mengobati luka dalam anak itu.

"Maaf, pangeran. Anda harus keluar sebentar. Karena pengobatan ini..." Belum selesai menyambungkan kalimatnya, Perawat itu tertunduk, takut bila pangeran tidak mau mengikuti perintahnya.

"Baik, saya mengerti." Dengan sigap pangeran berjalan keluar ruangan itu.

Tbc

6 Juli

A.n :

Yuhu...

Updateku telat, wkwkwkw.

Bilang hai pada pangeran. *hai pangeran

Semoga cerita ini tamat dengan part-part yang tidak ada plot hole. Amin.

Apa aku sudah promosi cerita baru di A.N sebelumnya? Kalau belum,

Mampir ke cerita baruku yuk. Cerita kolaborasi dengan kak Amel. //digampar karena promosi dua kali//

Ok, sampai jumpa ~~

Floweryum.

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang