Bab 1

1.5K 21 0
                                    

"Aku bebaaasss!" suara nyaring mengudara dengan tawa lepas. Tangannya mengangkat ke atas dengan sorak-sorai riang, persis anak kecil yang baru saja memenangkan permainan game dan mendapatkan jackpot.

Indira berlari kecil masuk ke Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali Selatan, dermaga para kapal pesiar bersandar. Tas ransel yang lumayan penuh berisi barang-barang keperluannya selama kabur, ups... Indira memang kabur dari rumah. Menolak perjodohan. Ia merasa 18 tahun adalah usia menikmati indahnya hidup, bukan terlibat dalam peliknya ikatan rumah tangga.

Indira mengamati orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya, mengamati baju mereka yang lebih formal sedangkan baju yang dikenakannya jauh dari formal, hoodie croped lace up berwarna abu-abu dengan paduan jeans warna belel dengan aksen sobekan di lutut dan atas lututnya. "Bodo amat! Yang penting aku punya tiket nonton konser SNSD! Hahahaha!"

Girlband asal Negara Ginseng yang terkenal di kalangan remaja itu memang mempunyai banyak fans dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Indira juga terjangkit demam girlband dan antusias ingin bertemu penyanyi favoritnya di SNSD, yaitu Sunny, si bibir mungil bersuara unik.

Konser SNSD cukup unik dari biasanya, di sebuah kapal pesiar wisata mewah di perairan Indonesia yang berlayar selama 4 hari. Kapal pesiar itu bernama Krakatau Cruise yang terinspirasi dari nama Gunung Krakatau. Tidak murah untuk mendapatkan tiket konser sekaligus tiket masuk kapal pesiar itu, Indira mengambil semua uang mahar yang diberikan di muka oleh keluarga calon mempelainya. Indira tak peduli, gigih keinginannya untuk nonton konser SNSD di kapal pesiar.

"Apa yang akan terjadi terjadilah, yang penting nonton konser dulu. Asiiikkk, hahahaha."

Iamenari-nari kegirangan di sekitar dermaga, tak peduli dilihatin orang banyak. Sigadis cantik berambut panjang dan berkulit putih itu cuek saja, ia begitusenang dan bebas sambil terus bersenandung lirik lagu SNSD, "Mister Taxi, Taxi, Taxi jiegeum jeukshi, jeukshi,jeukshi. Banjjak banjjak bit naji neodo mollae bbajyeo deureo."

***

Tiga pria bercelana jeans dan kaos santai dengan jaket serta alat ear zoom di telinganya, keluar dari mobil berwarna hitam bersama seorang gadis belia berusia 13 tahun dan adik gadis kecil itu, Andro, berusia 10 tahun.

"Mbak Riva, ingat, ya, kata-kata Om, jangan bilang pada siapa pun tentang siapa orangtua kalian."

Riva mengamatinya, tersenyum lebar seperti meringis, karena akhirnya diperbolehkan oleh Papanya untuk nonton konser SNSD di sebuah kapal pesiar Karakatu Cruise. Setelah merengek, ngambek, dan mogok makan dua hari. Tentunya dengan pengawalan ketat tiga personel Pasukan Pengamanan Presiden yang menyamar. "Yes, Kapten!"

"Ssst, Mbak Riva, jangan panggil aku dengan Kapten lagi. Ingat, kita sedang menyamar."

"Hehehe, trus panggil apa, Om?" Riva mematut-matutkan nama panggilan yang enak dan keren dipanggil, "Om Kapten, kan, namanya Arjuna, panggilannya Juna, hmmm... bagaimana kalo 'Om J' saja?"

"J? Ah, terserah Mbak Riva saja."

"Ok, siiip, Om J!" Riva mengedipkan matanya.

Arjuna geleng-geleng saja, "Dasar, bocah ababil, ABG labil. Untung saja dia jarang muncul di media, jadi publik tak mengenali wajahnya."

Riva dan Andro memang sengaja dijauhkan dan dihindarkan dari media, Ibu Negara sangat tertutup atas apa pun yang menyangkut dengan putra-putrinya hingga media pun tak diperkenankan untuk meliput mereka. Bagi Ibu Negara, urusan negara ya negara, urusan politik ya politik. Tidak ada hubungannya dengan keluarga kecil mereka. Setahu Arjuna, Riva mempunyai seorang kakak yang pertengahan tahun kemarin meninggalkan Indonesia dan kuliah di luar negeri. Cukup jauh jarak antara Riva dan kakak laki-lakinya itu.

Run Away by Bunga Rosania IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang