(8) Pengancam

2.1K 87 7
                                    

Lexsa menatap sendu lelaki yyang masih saja nyaman dengan tidurnya itu. bahkan ini sudah 3 jam dia tertidur. Bahkan matahari saja sudah bersiap-siap hendak istirahat. Beberapa kali sejak tadi ken dan yang lainnya bergantian masuk kekamar mereka hanya untuk bertanya. Bagaimana keadaan Alex setelah di hajar oleh Al, dan tentu saja setelah mendapatkan siksaan dari nya.

Miris memang. Dia menyiksa kekasihnya hanya karena emosi. Biasanya dia tidak akan sekasar ini. Apa lagi sampai melukai Alex dengan tangannya sendiri. Dia yang dulu tidak seperti ini. dia yang dulu bahkan tidak akan bisa melihat Alex terluka. Ada apa dengan dirinya sebenarnya.

Lexsa menghapus air matanya yang tiba-tiba saja terjatuh . sesekali lexsa terkekeh lucu. Seolah memang ada yang lucu. Tapi sayangnya itu malah terdengar miris.

"emmh" dengan terburu-buru lexsa menghapus air matanya. Saat melihat Alex mulai membuka matanya.

"sudah bangun' alex mengernyit seolah masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, lexsa mendengus kesal. Alex sangat lola saat dia baru bangun tidur. Dan itu menyebalkan.

"kamu disini" ucap alex setelah kesadarannya terkumpul..lexsa rasanya ingin tertawa saat mellihat Alex yang mengucex matanya agak kasar. .

"kamu kok disini' lexsa melempar bantal kecil ditangannya yang sudah dari tadi dia remas kasar.

"kamu kasar banget yang" Alex terkekeh pelan melihat wajah lexsa yang sudah memerah menahan marah.

"ini apa?" lexsa melemar kasar botol kecil yangberisis obat sakt kepala berdosis tinggi

"obat sakit kepala" Alex menjawab polos. Seolah tidak tahu lexsa sudah siap memakinya.

"itu dosisnya tinggi bodoh, lo mau mati hAh" Alex meringis pelan, teriakan Lexsa sungguh keras.

"hy hy jangan nangis" Alex berucap panik, seharusnya gadisnya tidak sampai menangis, ini kesalahannya. Dan seharusnya lexsa hanya marah saja seperti biasa. Tidak sampai menangis.

'maaf, maaf" Lexsa memeluk erat lelaki nakal yang selalu membuatnya khawatir.

"aku kasar ya, hizt.. kamu benci aku kan hizt"

" hy hy, kamu kenapa em"Alex melepaskan pelukannya menangkup kedua sisi wajah lexa, agar gadis itu melihatnya

"kamu minum obat itu karena marah sama aku kan. Kamu marahkan, kamu marah karena aku enekan lukamu dan menjadikanmu taruhan" Alex mengernyit tak paham. Dia bahkan tidak marah karena gadisnya menekan lukanya. Dia tahu Lexsa mengawatirkannya . tapi apa tadi taruhan.. benar-benar

"taruhan?" Alex mendesis tajam. Ada apa dengan lexsa.

"apa maksudmu menjadikan ku ttaruhan" lexsa kembali menangis, tapi kali ini tidak sekeras tadi.

"jelaskan" Alex melepaskan rangkulannya dan mulai bersanndar di kepala ranjang sambil melipat tangannya didada

Lexsa menunduk sedih, bahkan sekarang Alex memandangnya tajam

"jeju" Alex menunggu , gadis itu melanjutkan kata-katanya.

"kami akan liburan ke jeju minggu depan"

"aku tidak izinkan" ttegas Alex yang semakin membuat Lexsa ciut

"tapi tim yang kallah harus membiayai liburann kami' ucap lexsa mencoba berani

"siapa yang izinkan" tantang Alex

"tapi kami sudah setuju" balas lexsa mulai menatap mata Alex berani

"siapa?" lexsa menatap jengkel. Pertanyaan yang singkat sekali, benar-benar memang

Mine! ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang