UW 8 : Prilly Sakit

15.7K 857 27
                                    

Typo

○○○

Pagi hari yang sangat cerah membangunkan lelaki tampan nan dingin karena sinar matahari yang mengusik tidurnya.

Ali mengusap wajahnya ketika dia terbangun. Dilihatnya jam dinding yang menunjukan angka 7 pagi, lalu tatapannya teralihkan kepada perempuan disampingnya yang sudah menjadi istrinya, parasnya yang cantik ketika sedang terlelap membuat senyum Ali terbit di bibirnya.

Walau Ali yakini jika dia belum memiliki rasa cinta terhadap Prilly, tapi dia akan tetap mendampingi Prilly disaat suka dan dukanya. Karena bagaimanapun dia tidak mempermainkan sebuah hubungan, apalagi hubungan sakral seperti pernikahan.

"Hei bangunlah." Ali menepuk pipi Prilly dengan pelan.

Namun Ali merasakan hawa yang berbeda dari tubuh Prilly. Ali menempelkan tangannya di dahi Prilly yang terasa agak panas dan nafasnya sedikit memburu. Dia sudah menduga semalam bahwa Prilly pasti akan jatuh sakit.

Secara dari kemarin Ali tidak melihat Prilly memakan sesuatu padahal acara kemarin sangat melelahkan.

Prilly terbangun dengan mata yang berat, dia mendapatkan Ali yang memandanginya datar namun terlihat sangat cemas.

"Eh, udah pagi ya? Maaf ya, aku bangun kesiangan. Duh, dasar ceroboh." Prilly merutuki dirinya sendiri.

Prilly beranjak dari tempat tidurnya, namun tangannya dicekal oleh Ali.

"Mau kemana?"

"Mau nyiapin air hangat buat kamu, terus nyiapin baju kantor kamu juga," ucapnya begitu ringan.

"Apa kamu tidak merasa kamu sedang sakit?"

"Sakit? Aku gak sakit kok, lihat aku baik-baik saja," ujarnya berdusta, padahal Prilly merasakan tubuhnya sangat berat dan menggigil

"Badan kamu panas dan menggigil seperti itu, jadi berbaringlah!" ujar Ali dengan tegas.

"Aku enggak apa--" Sebelum meneruskan ucapannya Ali terlebih dulu menatap tajam ke arah Prilly, membuat Prilly bungkam.

Ali menarik tangan Prilly dengan pelan dan membaringkan tubuh mungil istrinya di atas ranjang. Lalu dengan pelan Ali menyelimuti Prilly sebatas dada.

"Jangan kemana-mana, ini perintah." Prilly tidak menjawab ucapan Ali, dia memilih memejamkan matanya yang mulai mengeluarkan air mata.

Matanya memerah karena suhu badannya yang sangat panas.

Ali turun kebawah mendapati keluarganya yang sedang memulai sarapan. Tanpa dirinya dan Prilly, tentu saja.

"Ali, sini kita sarapan bersama," ajak wanita paru baya yang lebih tua dari ayahnya.

"Oma, kapan Oma datang?" tanya Ali heran.

"Sini sarapan bersama, nanti Oma ceritakan."

"Tunggu, Ali harus melakukan sesuatu."

Ali berjalan menuju dapur membawa wadah berisi air panas. Padahal bisa saja dia meminta maid untuk melakukan semuanya.

"Tolong buatkan satu mangkok bubur!" titah Ali pada salah satu maid.

Unexpected Wedding [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang