Haduh! Nangis lagi boleh gak, nih?

"Udah udah berhenti!"

"Hayan byeolbichi pimyeon
Geudae sonjapgo
Kkeuteopshi narayo fly
Noran dalbiche jeojeun
Saebyeoge shigandeureul
Orae gieokhalgeyo"

Gue membanting diri ke samping. Ceritanya ambyar.

Gak juga, sih. Emang sekalian pengen baring. Kepala gue rasanya pusing abis nangis.

"Jangan dilanjut lagi. Nanti aku nangis lagi."

"Cengeng."

"Emang."

"Gak capek nangis mulu?"

"Capek."

"Tidur."

"Takut."

Kak Doyoung senyum, tapi eskpresinya keliatan sedih. "Sorry."

"Kenapa?"

"Gue gak ada di sana."

Gue menggeleng. "Kalo Kakak ke sini, nanti Kak Yuta ngamuk."

"Gue gak takut Yuta."

"Takutnya apa?"

"Lo kenapa-kenapa."

Hng ...

Gue kayaknya bakalan beneran gila deh, Guys.

"Jangan ngomong gitu."

"Kenapa?"

"Aku jadinya mau nyamperin ke sana.

Kak Doyoung ketawa lagi. "Jijik gue."

Oke, harusnya tadi gue ngomong itu duluan. Lain kali ingatin gue biar gak usah sok nge-dilan.

"Kak, mungkin gak sih, cowok sama cewek itu sahabatan tanpa ada yang berharap lebih?" Gue mulai dengan kebiasaan gue kalau gue lagi kacau—ngomong segala hal yang terlintas di kepala. Hanya seputar hal-hal random yang gak saling berhubungan satu sama lain. Dan Kak Doyoung selalu di sana, jadi pendengar setia.

"Mungkin."

"Masa? Kok bisa? Sahabatan loh ya, Kak. Bukan temenan doang. Yang deket gitu. Yang selalu sama-sama ke mana-mana."

"Iya."

"Contohnya?"

"Gue sama Sejeong."

Hmm ...

Kak Sejeong.

Hmm ...

"Yakin?"

"Yakin."

"Buktinya apa?"

"Gue sukanya yang lebih muda, dia sukanya yang lebih tua."

Gue mendecak sebal. "Contoh lain, ah! Jangan dia."

"Cemburu?"

"Iya! Kenapa? Gak boleh? Gak suka?"

"Ngegas?"

Gue cemberut.

"Lo sama Mark."

"Kita gak sedeket itu tau!"

"Yuta sama si Anu."

Ha?

"Anu?"

Gue mengernyit dalam. Butuh waktu sampai akhirnya gue ngeh siapa si Anu ini.

The Grumpy | DoyoungWhere stories live. Discover now