03

265 28 5
                                    

Wonwoo kali ini pulang cepat dia tidak ke basecamp. Itu dikarenakan dia merasa khawatir dengan kondisi Yuan yang pasti belum pulih. Pria itu masuk terburu buru menuju kamar Yuan dan menemukan kakaknya masih terkulai lemas diatas kasur. Tepat sekali dugaannya, Wonwoo menghampiri Yuan, gadis itu masih terlelap dengan damai.

“Yuan?”

“hmf?” Yuan membuka matanya, pandangan kakaknya masih sayu seperti sebelumnya. Tidak bergairah seperti biasanya.

“Apa sudah baikan?” Wonwoo menyentuh kening kakaknya dan dapat merasakan panasnya belum turun. “Tidak apa ... besok aku yakin sudah bisa memarahimu” Wonwoo berdecak kesal sementara Yuan tertawa lepas. Rasanya seru menggoda adiknya itu. Bahkan mereka sama-sama lupa tentang pertengkaran yang membuat mereka saling bisa kurang lebih satu bulan.

“Yang penting itu bukan memarahiku, kau harus sehat” Yuan mengangguk lalu tersenyum mengayunkan tangannya mengisyaratkan Wonwoo untuk mendekat.” Aigoo, kenapa Wonwon menggemaskan sekali hari ini~” Yuan mengapit kuat kedua pipi tirus milik Wownoo sukses membuat empunya meringis.

“Dengar Yuan, jangan lagi seperti ini” Yuan menangguk, tangannya mengusap lembut pipi tirus milik Wonwoo. “Berbahagialah terus Won”

....

“Kereta api mau sampai tut.. tut..” Yuan membuka mulutnya lebar-lebar saat Wonwoo ingin memasukan satu sendok makanan kedalam mulut kakaknya. Awalanya Yuan menolak untuk di suapi tetapi Wonwoo memaksa. Yah apa boleh buat tangan Yuan juga masih lemas. Hari ini untungnya akhir pekan jadi Wonwoo tidak pergi ke sekolah dan bisa merawat kakaknya dengan baik. Beruntungnya demam Yuan sudah turun dan tidak terlihat pucat seperti sebelumnya.

Siang ini begitu membosankan, Yuan yang duduk bersila diatas sofa dan Wonwoo duduk dibawahnya sambil bergulingan santai , mereka sama-sama menonton teve tapi acara siang ini tidak membangun mood mereka sama sekali. Wajah kedua saudara Jeon itu benar-benar rata seperti papan triplek.

“Wonwon bosan”  Yuan mengembungkan pipinya seperti anak kecil.

“Telpon saja mantanmu minta balikan” Yuan menjelit pada Wonwoo. Enak saja, memangnya mudah minta balikan? Lagi pula siapa yang mau dengan tukang selingkuh itu. Yuan tidak mau jatuh ke lubang kelinci yang sama cukup sekali saja. “Kenapa tidak kau saja mencari pacar, dasar jomblo abadi” ledek Yuan.

“Kan aku punya Yuan” lemparan balik dari Wonwoo sukses membuat Yuan bersemu merah.

“A-apa? Jadi kau mau melajang seumur hidup? Jadi perjaka abadi?” Wonwoo tertawa lepas, aduh kenapa Yuan lucu sekali saat gugup. Sementara yang ditertawakan mengernyit tidak setuju, “ Kenapa malah tertawa? Hei Jeon aku tidak mau menikahi adikku sendiri” Yuan bersikap sok angkuh dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya dengan dagu yang sengaja diangkat.

Wonwoo menggelengkan kepalanya mengejek,” Siapa bilang aku mau menikahi kau? Jangan harap” siang bolong yang panas ini akan asik sekali kalau memancing emosi seseorang. Disini sudah ada Yuan yang mengalami lonjakan darah tinggi. Tiada ada ampun, secara brutal melempari Wonwoo bantalan sofa lalu menduduki perut adiknya dan mengelitiki Wonwoo  hingga tidak sanggup tertawa lagi.

“Mati kau haha!” rasanya Wonwoo sempat mencium bau malaikat kematian.
Malamnya Yuan tertidur begitu damai, sementara Wonwoo sibuk belajar di kamarnya tetapi bunyi dering ponsel berhasil mengganggu kegiatannya. Pria itu mengangkat telpon.

“Halo”

“Aku sudah sampai”

“Aku segera kesana” setelahnya Wonwoo membereskan buku bukunya lalu memasukkan ponselnya kedalam saku dan berjalan keluar dari kamar. Sebelum benar-benar pergi Wonwoo mengecek keadaan Yuan. Semua berjalan sesuai rencana, Wonwoo segera melesat keluar dari rumah memasukki mobil milik Mingyu.
“Ayo”

AL1 : ALone [Completed]Where stories live. Discover now