Seokjin hanya mengedikkan bahu mendengarnya. "Terserah kau saja. Aku percaya padamu," bisiknya pelan, lalu menarik kepala Namjoon mendekat agar bibir mereka dapat beradu. Sentuhan pelan lama-lama berubah menjadi permainan lidah begitu Namjoon membalas ciumannya dan mengimbangi deru napasnya.

Untung tadi sebelum pulang Namjoon sempatkan untuk gosok gigi dan makan permen mint, kalau tidak melayang sudah jatahnya nanti.

.
.
.

Park Jimin terbangun dengan erangan berat. Tangan kanannya yang dibebat perban terasa ngilu bukan main, membuatnya meringis setiap kali ia bergerak. Rasanya antara menyesal dan tidak menyesalーtahu begini mending tangan kiri saja tadi yang dipukulkan, setidaknya dia masih bisa beraktifitas, pikirnya miris.

Kedipan lampu pada ponsel tanda notifikasi membuatnya mengernyitkan kening, lalu diraihnya ponsel tersebut dengan susah payah. Ada beberapa pesan pada kotak masuk. Jimin membukanya satu persatu.

Dari Min Yoongi,

-hei, bagaimana keadaanmu?

-kudengar dari Namjoon-ssi kau merokok? Sekali lagi kau bawa rokok ke kantor, kupastikan tangan kirimu juga retak nanti. Jaga kesehatanmu sendiri, bocah tengil

-kau tidur? Kalau ada apa-apa tolong hubungi aku segera.

Sudut bibir Jimin terangkat saat membacanya. Hyungnim-nya tersebut, walaupun sadis namun sungguh perhatian. Membuat hatinya terasa hangat. Seketika Jimin menyesal membuat Yoongi terlibat dalam permasalahannya dengan Taehyung.

Sembari menggumam tidak jelas, ia membuka pesan selanjutnya. Matanya terbuka lebar. Pesan dari Kim Namjoon.

-Park Jimin, kau ada waktu? Maaf aku mengganggumu yang sedang sakit, tapi bisa kau datang ke rumah Seokjin? Taehyung tidak mau makan seharian ini dan kekasihku kelimpungan dibuatnya. Kalau kau merindukannya, datanglah kemari. Tapi kalau masih merasa butuh waktu untuk mendinginkan hatimu tidak apa-apa, kuberi kau satu hari sampai besok.

-itu saja dariku. Tolong pikirkan kembali, ingat kataku tentang menjadi seorang ksatria :)

Dua pesan yang panjang, mampu membuat tangan kiri Jimin tremor mendadak.

Namjoon-ssi, jelaslah kalau aku merindukan Taehyung. Sangat, malah!

Jimin mengacak rambutnya kasar.

Apalagi berbicara pada pemuda itu dengan nada tinggi seperti tadi sungguh membuat Jimin sendiri teriris. Tidak ada dalam pikirannya untuk membentak, menyakiti Taehyungーsekalipun ia sendiri seringkali tersakiti secara tidak sengaja.

Dipandangnya foto manis Taehyung yang tertampil pada layar, membuat Jimin tersenyum tipis.

Ia sadar, ia tidak bisa marah lama-lama pada Taehyung, rasa cintanya kelewat lebih besar daripada kecewanya

Maka setelah itu Jimin memutuskan untuk bangun, menyiapkan tasnya dan memesan taksi onlineーmengingat dirinya tidak bisa memegang stir dalam kondisi sebelah tangan yang remuk.

Jaket jeans ia sampirkan begitu saja pada bahunya, sebelum akhirnya langkah kaki mengantarnya beranjak keluar ruang.

Jimin harus menemukan jawabannya malam ini juga, dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

.
.
.

Ada tiga orang yang sangat Kim Taehyung takuti ketika mereka sedang marahーsang ayah, Seokjin-ssi, dan Park Jimin. Entah kenapa tiga orang yang sangat berarti baginya tersebut memiliki sifat serupa, begitu sabar, begitu tenang dan lembut, namun kalau sudah marah, benar-benar mengerikan.

Watched Over You ✔Where stories live. Discover now