Bagian 18 - Hooked

343 46 4
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA DAN COMMENT SETELAH MEMBACA. DILARANG KERAS MENGCOPY ISI DARI CERITA INI.

BACKSOUND : SCARLET PLEASURE - GOOD TOGETHER

PUBLISH : 15 JUNI 2018

***

Kesadaran Alondra teralihkan ketika merasakan udara semakin lembut menerpa tubuhnya. Berbeda dengan yang dia rasakan beberapa menit yang lalu. Suara khas kincir angin memenuhi gendang pendengarannya dengan aroma bunga tulip tercium kuat. Pendengarannya mampu mendengar mesin yang berderik, kayuhan sepeda dengan manusia yang bernafas dalam jarak 2 km lebih.

Alondra menatap sekelilingnya melongoh. Benarkah ini semuanya? Waktu telah kembali sebagaimana mestinya. Ataukah Alondra sedang berada dalam dunia keduanya? Keadaan dimana dia telah meninggal dan bermimpi panjang tentang apa yang sudah dia harapkan beberapa hari belakangan ini.

"Astaga! Kalian ini memang tidak tau malu yah! Bunga tulip ini akan panen minggu ini dan kalian dengan seenaknya, tidur-tiduran dan menduduki bunga tulipku!!" Teriakan seseorang dari kejauhan membuat Alondra tersentak kaget. Manusia itu tampak garang menatap Alondra yang masih belum sepenuhnya sadar akan kenyataan yang telah terjadi.

Bahkan rasa senang yang luar biasa membuncah dalam dirinya menyadari aroma darah manusia yang begitu segar itu menyergap indra penciumannya. Alondra tersenyum lebar, tidak peduli dengan manusia yang kini datang menghampirinya dengan tatapan marah. Dia menunduk menatap Alex yang bertambah pucat. Dia segera mengguncang tubuh Alex guna menyadarkan pria itu.

"Alex, bangunlah. Sadarlah."

"Kenapa kalian masih tidak pergi juga?!!" Ujar pemilik ladang dengan marah.

"Tuan, teman saya tidak sadarkan diri. Bagaimana saya bisa pergi dari sini?" Alondra menjadi khawatir akan kesadaran Alex. Dia terus mengguncang tubuh pria itu, namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Sang pemilik ladang juga ikut khawatir melihat betapa pucatnya wajah Alex dan dinginnya suhu tubuh Alex setelah menyentuh pergelangan tangan pria itu.

"Astaga, dia dingin sekali, denyut nadinya juga sangat lemah. Bawa saja ke pondokku, setidaknya sampai dia kembali sadar atau bantuan datang dari kota." Alondra menganggukkan kepalanya setuju. Dia dan sang pemilik ladang membopong tubuh Alex ke sebuah pondok yang tidak jauh dari sana, tepat di samping kincir angin kecil di pinggir jalan.

Alondra dengan sigap memangku kepala Alex dan mengelus lembut pencak kepala Alex.

"Aku akan menghubungi medis terdekat dulu." Ujar sang pemilik ladang. Alondra mengangguk pelan dengan pandangan yang masih focus pada Alex.

"Sadarlah... Alex... kamu tidak mau melihat dunia telah kembali ke waktu semula? Ayo bangun..." Alondra sedikit mengguncang tubuh Alex. Alondra mengulurkan tangannya pada dada Alex, memejamkan matanya dan mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk menyadarkan Alex. Kekuatan yang sama saat dia menyelamatkan anak kecil beberapa hari silam. Namun, Alex masih tidak menunjukkan kesadarannya. Membuat Alondra mendesah pasrah dan menunggu bantuan datang, meskipun Alondra sadar, bahwa pengaruh tim medis manusia tidak akan berpengaruh sama sekali pada kesehatan dan keselamatan kaum vampire.

***

Medis terdekat membawa Alex yang tidak sadarkan diri ke rumah Brendan.

Brendan cukup terkejut mengetahui Alondra telah kembali ke Belanda tanpa memberitahunya. Dan lebih terkejut lagi saat membawa pria asing ke dalam rumahnya lalu meminta bantuannya untuk menyembuhkan pria itu dan lebih yang membuatnya terkejut, dia adalah pria vampire pertama yang dibawa Alondra ke tempatnya.

"Dia sepertinya telah mengeluarkan tenaga yang cukup besar hingga membuatnya tidak sadarkan diri." Gumam Brendan yang masih mampu Alondra dengar. Alondra menyentuh tangan Alex, menggenggamnya erat.

"Jadi... apa yang harus kita lakukan paman untuk membuat tenaganya kembali dan membuatnya tersadar?"

"Hmmm... aku punya ramuan yang bisa memulihkan tenaga. Karena dia tidak sadarkan diri, mungkin kita bisa menyuntikkannya pada bagian-bagian tertentu sebagai sumber tenaganya."

"Tolong sembuhkan temanku, paman." Bisik Alondra pelan. Menatap sendu kearah Alex. Brendan menganggukkan kepalanya. Tidak pernah dia melihat Alondra setulus ini pada seorang pria. Brendan yakin, pria ini bukanlah salah satu koleksi dari deretan pria tampan yang selalu dia foto, pria ini pasti sangat special bagi Alondra.

Mungkin, dia akan menanyakan keberadaan Alondra di Belanda setelah teman pria Alondra tersadar dari pingsannya.

***

Tidak lama itu, Alondra mendengar dering ponsel yang berada di atas nakasnya. Dia mengernyit pelan. Karena sadar bahwa ponselnya berada di apartemennya. Dia meraih ponsel itu dan mendesah pelan mengetahui bahwa itu ponsel milik Alex. Dan caller id Carson tampak memenuhi layar itu. Alondra menimbang, apakah dia harus menerima panggilan Carson? Dia tidak tau apa yang harus dia katakan jika dia bertanya keberadaan Alex dan dirinya. Alondra sangat tidak ahli dalam berbohong, bahkan Alex saja sering menangkap basah kebohongan Alondra hanya karena mendengar suaranya.

Alondra memutuskan untuk mensilent setiap panggilan dan pesan masuk dari ponsel Alex. Meskipun dirinya sendiri takut jika keluarga Alex mengkhawatirkannya. Ah, mengapa dia melupakan kedua kakaknya?

Suara pintu terbuka, membuat Alondra mengalihkan pikirannya. Dia melihat Brendan dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat suntikan berisi ramuan, memasuki kamarnya. Dia lupa bahwa sekarang waktunya pemeriksaan pada Alex.

"Kau terlihat gelisah, kenapa?" Tanya Brendan seraya meletakkan nampan itu dan memandang Alondra lembut.

"Aku lupa memberi kabar pada kedua kakakku, paman. Aku takut mereka mengkhawatirkanku. Aku ingin mengabari mereka, tapi ponselku tertinggal."

"Astaga, kukira kau memikirkan apa. Aku yang akan menghubungi kakakmu, dan bilang kepada mereka bahwa kau aman bersamaku."

Alondra tersenyum lega dan langsung memeluk Brendan erat.

"Oh, aku bisa mengandalkanmu, paman." Ujarnya senang.

"Sudahlah, sekarang biarkan aku memeriksa kembali teman mesramu."

Alondra tertawa kecil akan julukan Alex padanya sejak beberapa jam lalu. Brendan segera memeriksa tubuh Alex, menyuntikkan ramuan itu di daerah tubuh Alex yang memang benar-benar membutuhkan penyembuhan.

***

Carson mendecak sebal. Kenapa kakaknya sama sekali tidak bisa dihubungi setelah menunjukkan wujudnya di kalangan manusia?! Jika sampai ada yang tau bahwa Alex telah melanggar aturan para vampire, bisa-bisa Alex dihukum mati di dalam api bara abadi. Beruntung setiap vampire memiliki kekuatan pelupa untuk menutupi segala tindakan yang membongkar identitasnya sebagai kaum vampire di kalangan manusia. Setidaknya, sekarang teman-temannya telah tertidur setelah histeris akan kejadian Alex yang mengeluarkan taringnya dan memukuli Damian hingga hampir sekarat.

Damian bahkan saat ini masih bingung akan kondisinya yang tiba-tiba babak belur seperti itu. Membuat pria itu mengoceh tidak jelas yang membuat Carson harus menyumpal mulutnya dengan marshmello yang belum terbakar.

"Dimana kau, kak? Astaga!" Carson mendesah frustasi, pasti kakaknya pergi dengan Alondra, karena terbukti, sekarang Alondra-pun tidak berada disini. Dan jangan tanyakan bagaimana Damian yang juga sering menanyakan keberadaan Alondra, bukan karena apa, kakaknya yang super possessive itu telah menitipkannya pada Damian, Damian tidak mau mengambil risiko akan meninggal ditempat karena Alondra menghilang.

Carson menyerah menghubungi Alex. Mungkin, nanti dia akan menghubungi Alex lagi.

***

Mohon maaf lahir dan batin. Happy Ied Mubarak.

Salam Hangat, Yustica.

Alondra : The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang