June 13 2018 (Revisi)

12 0 0
                                    

Setelah lulus dari SMP, gw rencananya mau pindah ke Penabur, eh ternyata gw ga diterima. Akhirnya gw pindah ke sekolah lain yang lumayan jauh dari rumah gw supaya gw bisa tinggal di dormitory.

Malam tiba dan sesampainya di lobi sekolah, gw jalan ke meja administrasi untuk mengambil kunci kamar.

"Selamat malam, saya Ms. Cindy. Silakan tulis nama dan kelasmu disini. sapa guru administrator sambil menyodorkan sebuah daftar dan pena.

Gw ambil pen dan selagi menuliskan nama, gw melihat ada sebauh nama yang sangat familiar diatas nama gw.

Owen  Gavriel Suherman. Gebetan lama gw.

Bodo amat, masa lalu gausah diinget-inget lagi yakan. Gw lanjut menuliskan nama kelas gw.

"Ini kuncinya, jangan sampai hilang ya. Setiap siang kamu harus mengembalikannya di boks itu sebelum pelajaran dimulai." lanjut Ms. Cindy sambil menunjuk ke sebuah boks hitam dengan tulisan 'Kunci Dorm'

"Oke miss." Gw ambil kuncinya dan membaca tag yang dikaitkan di lobang kunci. 404.

Gw cari peta yang menunjukkan letak kamar-kamar.

Setalah sampai di pintu kayu dengan tulisan '404', gw memasukan kunci gw dan memutarkannya. Cklek.

Kehadiran gw disambut dengan Owen dan Caitlyn yang sedang pacaran di ranjang gw. Mantab.

"Eh dugong." sambut Owen dengan senyum yang lebar dan lamabaian tangan.

"Ow, lu ngapain di kamar cewe, kalo ketauan sama guru gimana?" tanya gw dengan nada panik dicampur kesel.

"Ah gapapalah, asal lu ga kasitau siapa-siapa, aman-aman aja kok." jawab Owen dengan santai.

"Yaudah, tapi gw gimana tidurnya ?" tanya gw lagi dengan bingung. Masa gw tidur bertiga sama mereka, kan goblok. Gamau lah third-wheel.

"Oiya, lu sama Cait tukeran aja diem-diem, mau ga? Kan gaada yang tau juga. Khusus malem doang, siangnya lu bisa kesini kok." saran Owen memberi ide yang mustahil.

"Jadi gw tidur sm Bob gitu? Ogah." jawab gw dengan kesel.

"Ayolah, gw bayarin de-"

"Berapa?" gw tanya dengan kecepatan kilat. Kalo udah bahas uang langsung deh reflek gw gini.

"Gw kasih lu 20 ribu tiap minggu." Owen ajukan nilai uang yang lumayan memuaskan.

20rb x 4 = 80rb. Lumayan tuh perbulan. Eh tapi angkanya ga pas. "25 ribu lah."

"Deal." Owen jawab dengan puas dan memberi uang 20 ribu dan 5 ribu dari dompetnya.

Owen kasih gw kunci kamarnya ke gw. Gw terima dengan bangga. Karena gw bakal nginep seminggu di kamarnya Owen, gw juga ambil baju secukupnya untuk tidur.

Gw baca nomor kamarnya. 405. "Yaelah, sebelah kamar gw doang."

Dugdug Dugdug Dugdug...suara hati gw berdebar dengan cemas. Kalo sampai ketauan seseorang, abislah hidup gw.

Gw coba buka pintunya, eh ternyata ga dikunci. Gw masuk aja langsung, ga peduli sama kehadiran manusia itu.

"Lah Grace, ngapain lu disini?!" tanya Bob dengan suara keras yang tadinya tiduran di ranjangnya sambil main hape jadi fokus ke gw. "Kalo ketauan gimana tolol?!"

Gw tutup pintu dibelakang gw cepet-cepet dan duduk di ranjangnya Owen. "Shh...iya tau, tapi gara-gara gw sekamar sama Cait, Owen jadi maksa gw tuker kamar."

"Terus lu mau gitu?" tanya Bob lagi tapi kali ini dia berbisik.

"Ya gw juga dapet untung." jawab gw sambil menunjukkan uang 25 ribu. "Lumayan loh perminggu dapet segini."

"Ah dasar mata duitan lu!" ejek Bob dan kembali berbaring ke ranjangnya dan lanjut main hape.

Gw cuekin ejekan Bob dan langsung merebahkan diri di ranjang. Ahhhhhhhh enak.

1 jam gw istirahat dan tidur gw diganggu dengan suara dia (siapa lagi).

"Ce, lu yakin lu mau tidur pake gitu?" tanya Bob sambil menyiapkan diri untuk tidur.

"Hah, oiya." gw ambil sepasang baju tidur dan pergi ke kamar mandi.

Balik-balik Bob sepertinya udah tidur, tapi gw ga yakin juga.

Gw menutupi seluruh tibuh dengan selimut untuk tidur. Tapi setelah beberapa saat berbaring, gw gabisa tidur.

Tiba-tiba, "Gracee." panggil Bob sambil menarik ujung selimut gw.

"Apaan sih?" gw tanya dengan kesel karena udah ganggu waktu gw lagi.

Bob buka sebagian dari selimut yang menutupi muka gw, "Dorrrrr!!!" teriak Bob mengagetkan gw.

Gubrak.

Gw menendang mukanya Bob akibat reflek. Dia terbentur tembok dan jatuh pingsan.

"Wanjay..." Ni anak blom mati kan? Ah baguslah, lebih sunyi. Gw ambil selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya.

Gw biarkan dia tergeletak di lantai dan lanjut tidur.

Tidak lupa untuk berdoa sebelum tidur:
"Ya Tuhan, semoga tu anak bangun dan melupakan semua yang telah terjadi sebelumnya. Amin."

Kumpulan CerpenWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu