「1」

26 2 1
                                    

"Ter! Jangan melamun terus. Bu Reka memperhatikanmu!"

Sedetik kemudian, Aku pun tersadar dan mengangkat tangan kananku secara tidak sengaja.

"Kamu yang mengangkat tangan, Maju! Kerjakan soal di papan tulis!"

Dengan 1/4 semangat 45' yang masih ada. Aku segera berdiri dan maju kedepan. Setelah kulihat-lihat, soal ini sama sekali tak kumengerti.

"Kenapa diam saja, tulis di situ," Ucap Bu Reka.

"Anu... Bu, saya tidak bisa menjawabnya," Jawabku seraya senyum-senyum nggak jelas.

TING... TING... TING...

Setelah bel sekolah berbunyi, Bu Reka menyuruhku untuk kembali ke tempat dudukku. Melihatnya menatap dengan pandangan ingin menerkam membuatku mati kutu. Aku menggaruk belakang kepala, lalu menunduk dan meminta maaf kepada Bu Reka.

Suara bel sekolah pun menjadi tanda berakhirnya mata pelajaran terakhir. Aku bergegas merapikan buku-buku yang tergeletak tak berdosa di atas meja kebanggaanku ini. Dengan mengambil langkah seribu, aku langsung menyalami Bu Reka. Setelah berdo'a bersama di kelas ku tentunya.

Pelajaran yang membuatku bengong di depan kelas selama 10 menit.

.

Pelajaran yang membutuhkan konsentrasi untuk memahaminya.

.

Pelajaran yang mungkin tidak disukai banyak orang.

"Fisika ya?" Ucap seorang pria dengan topeng di belakangku.

"Ehh..! Astaga!, Anda siapa?! Jangan tiba-tiba mengagetkan saya!" Teriak ku dengan sangat kencang.

"Saya hanya sedang mencari seseorang," Ucap pria bertopeng itu.

"Maaf, tapi saya sedang sibuk. Sampai nanti," Sahutku sambil berjalan mendahuluinya.

"Terima Kasih," Lanjut pria itu.

Ketika aku membalikkan badan, dia sudah tidak ada. Bagai hilang termakan Senja. Sebenarnya dia siapa sih? Pencuri? Penculik? Hih... seram memikirkannya.

"Selamat sore. Kamu melamunkan apa, Ter?" Sapa Rani disampingku.

"Selamat sore juga, Ran. Eh, tidak kok. Tidak ada apa-apa," Sahutku sambil tersenyum tipis.

"Cie... Mikirin siapa nih?" Kata Ano sambil menggodaku.

Aku mengabaikan Ano dan bergegas mengapit lengan kiri Rani, lalu membawanya pergi menjauhi sekolah. Disusul dengan Ano yang berlari tetbirit-birit tentunya.

Gelak tawa pun muncul di antara Aku dan Rani saat tiba di gerbang sekolah. Melihat wajah Ano yang sudah merah padam membuat kami tambah tergelak lagi.

"K-kalo... lari... j-jangan... cepat...- cepat...," Ujarnya dengan napas memburu.

"Lari kalo ga cepat-cepat banget itu namanya 'jogging' Ano," Sahut Rani dengan nada mengajari. Membuatku dan Rani tidak bisa menahan tawa kami. Ano hanya bisa mengerucutkan bibir nya.

Satu lagi hari yang melelahkan sudah terlewat, saatnya istirahat Terik.

TERIKWhere stories live. Discover now