Alvaro

4.2K 194 3
                                    

Welcome to the holiday! Setelah berkutat dengan pelajaran selama enam bulan, ini saatnya untuk melupakan segala beban di sekolah yang menyesakkan. Liburan adalah surganya para siswa. Mereka bisa bebas nggak belajar tanpa harus mendapat omelan dari orang tua.

Hari ini adalah hari penerimaan rapor. Bersyukur karena aku mendapatkan peringkat ke tiga se sekolahan. Aku tak menyangka aku dapat menaikkan posisiku di posisi tiga setelah semester kemarin aku masih menempati posisi empat. Ada satu hal lagi yang dapat ku banggakan adalah aku satu-satunya anak IPS yang masuk dalam peringkat sepuluh besar. Bahkan banyak sekali anak IPA di bawahku. Well, walaupun nilai sejarahku harus turun. Aku tak memperdulikannya.

Saat ini aku sedang berada di BitterSweet. Merindukan minuman di sini yang sudah seminggu tak ku minum karena harus menemani Mama kemanapun Mama pergi. Siang ini BitterSweet sepi pengunjung. Mungkin mereka sedang pergi liburan sehingga menyisakanku yang seorang diri duduk di sini. Seandainya saja ada Stranger, pasti aku nggak bakal kayak orang bego yang Cuma diem aja di sini. Pasti aku sudah bercanda dan terus mengobrol tanpa henti dengannya. Membuang kesan cool yang selalu menempel padaku.

“Mas Varo?” tanya mbak Ratih sambil menaruh milkshake coklat pesananku yang kubalas dengan senyuman.

Mbak Ratih duduk di hadapanku sambil tersenyum

“Udah seminggu kamu nggak ke sini” ujarnya

Aku tersenyum bahagia. Aku sangat tau kalau mbak Ratih penasaran akan kemana perginya aku. Menceritakan tentang hubungan baikku dengan keluargaku membuat binar bahagia tersalurkan juga di mata mbak Ratih. Menceritakan tentang mamaku yang menjadi manja ke aku, kak Dafa yang sering mengajakku ngobrol tentang mobil-mobil berkelas keluaran terbaru, ayah yang lebih sering makan di rumah. Membuat suasana rumah kembali hidup kembali.

“Mbak tau? Ayah bahkan udah pesenin tiket pesawat ke Jepang” ujarku bangga

“Kamu mau liburan ke Jepang? Wow!” jawab mbak Ratih

Beginilah jika BitterSweet sedang sepi pengunjung, mbak Ratih pasti menemaniku. Dia tau kalau aku orang yang tertutup sehingga menawarkan dirinya sebagai teman bagiku. Aku bahkan menganggapnya lebih dari teman. Dia seorang kakak bagiku.

Mbak Ratih kerja part time di café ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia orang yang mampu hanya entahlah dia belum menceritakan alasannya untuk kerja di café ini sebagai pelayan. Mbak Ratih adalah mahasiswi di salah satu Univeristas terbaik kota ini dan mengambil jurusan Ekonomi. Jauh dari keluarga membuatnya harus hidup mandiri.

Kami saling bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing, bahkan aku menceritakan tentang Naira. Kami saling bercerita hingga melupakan waktu dan keadaan. Melupakan fakta bahwa matahari sudah tergantikan oleh bulan. Aku sering merasa ketika kita sedang menikmati waktu, waktu akan berlari seperti menjauhi kita. Membuat kita untuk terus berlari bersama waktu.

Kami masih ingin bercerita. Kami masih ingin membagi tentang pengalaman namun, iPhone-ku berbunyi. Melihat caller ID dan aku tak menyangka bahwa Mama yang sedang menelpon. Menggeser layar ponselku.

“Halo, Ma?” sapaku

“Kamu buruan pulang yaa. Mama udah bikin makan malem ini”

Setelah mendapat telpon dari mama, aku langsung bergegas untuk pulang. Aku tak ingin merusak kebahagiaan yang udah tercipta ini, aku ingin keluargaku selalu seperti ini sepanjang hari di hidupku.

Memasuki rumah yang sudah aku tinggali selama delapan belas tahun ini. Ternyata semua anggota keluargaku sudah berkumpul di ruang makan. Mama sibuk menata makan malam sedangkan kakak dan ayah sibuk membicarakan bisnis. Lagi-lagi bisnis. Sebenarnya sedikit muak juga mendengar pembahasan tentang bisnis, namun kalau aku sudah besar pasti akan membicarakannya. Apalagi aku sudah mempunyai keinginan untuk mempunyai restoran sendiri.

The Same ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang