BAB 1: Austin Tobey

29 3 0
                                    

Suara alarm terdengar jelas dari handphoneku dan itu terdengar seperti peringatan akan akhir dunia di telingaku. Aku merentangkan tanganku, meraba-raba permukaan lemari kecil yang ada di sebelah tempat tidur dan menekan tombol power handphoneku. Seketika alarm berhenti, suasana pun kembali nyaman dan tenang. Aku pejamkan mata dan aku benamkan sebagian wajahku di atas permukaan bantal yang begitu dingin. Aku benar-benar merasa seperti berada di surga, hmph... tetapi tentu saja aku memang selalu berada di surga—dan terus akan seperti itu.

Namaku Austin Tobey dan umurku 25 tahun, dan lagi... selamat datang di kehidupanku. Aku akan menjadi pemandu kalian dalam menjadi saksi besar perjalanan seseorang jutawan termuda dengan wajah tertampan yang pernah ada. Semua orang menjuluki aku sebagai The Real Mr. Grey from fifty shades. Tidak ingin sombong, tapi aku lebih dari itu. Aku tampan, aku kaya, aku mempunyai banyak wanita di setiap tikungan jalan yang aku temui. Jadi aku peringatkan dari sekarang untuk kalian, jagalah pacar kalian dengan ketat, karena mungkin aku bisa merebutnya dengan satu jentikan jariku.

Selain itu, aku juga bisa memasak dan katakan padaku... siapa yang tidak suka lelaki kaya, tampan, dan bisa memasak. Mungkin bisa dibilang bahwa aku juga merupakan tipikal suami yang diinginkan semua orang. Aku berhasil menjadi chef muda dan sukses di umurku sekarang ini berkat hujatan-hujatan serta perlakuan kasar seluruh mentor yang pernah aku temui di setiap restoran di mana aku bekerja sambilan, membanting tulang, tetapi tentu saja tanpa mereka ketahui, aku membangun tangga menuju kesuksesanku sendiri dan lihatlah kini siapa yang mencium sepatu gucci mengkilatku.

Mereka.

Geez... karma memang hal terbaik yang pernah ada di dunia ini.

Aku merasakan sentuhan di atas pipiku. Sentuhan dari tangan yang begitu lembut dan sangat-sangat hangat, tetapi aku tak akan terpengaruh. Aku akan meneruskan tidurku di kasur yang nyaman ini. Tak lama setelah sentuhan itu aku mendengar seseorang perempuan memanggil namaku dan dia beriskeras memanggil namaku hingga membuatuku muak dan kesal karena dia telah menganggu tidurku.

Suara itu hilang. Aku menghembuskan nafas lega, hanya saja air yang begitu dingin menyapaku dengan bersahabat. Aku langaung terbangun, menyeka air yang dingin itu dari wajahku. Aku membuka mataku dengan lebat, melihat seseorang perempuan dengan kulit yang begitu putih, lipstik yang merah pekat seperti tomat, lalu rambut oranye yang begitu terang seperti lampu pada pohon natal.

"Karen, what the fuck?!" Tanyaku dengan nada marah dan tubuh yang menggigil.

"Aku tidak memeriksamu sehari saja dan kau sudah membawa wanita lain huh?" Karen mendelik ke arah wanita kulit hitam yang terburu-buru memakai pakaiannya.

Aku tersenyum sambil menggeleng kepalaku. "Bagaimana lagi Karen, pesta tadi malam sangat-sangat luar biasa. Aku tak bisa menahan jika ada wanita cantik yang tersebar begitu saja di depan mataku."

"Kau sakit!?" Karen kini melihatku dengan salah satu alis matanya yang terangkat. "Berpakaianlah, aku akan menunggumu di luar!"

Karen melihat perempuan yang ku tiduri untuk one night-stand ke... entahlah aku terlalu malas untuk menghitung atau memang seluruh jemari tangangku sudah tak lagi bisa menghitung berapa banyak wanita yang aku tiduri untuk one night stand--atau juga aku pernah meniduri beberapa pria sebelumnya, entahlah... aku terlalu mabuk untuk mengingatnya. Aku memakai bathrobeku, mengikat talinya dengan kencang.

"Hey, kau sungguh luar biasa kemarin malam, Joeclyn." Ucapku dengan senyuman.

"Thank's babe. Jangan sungkan meneleponku lagi untuk bersenang-senang." ucap Joeclyn dan kami berciuman untuk beberapa saat sebelum dia keluar.

In God's HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang