11th (Like A Mirror Smashes To Pieces)

3.5K 545 71
                                    

Taehyung mengamati Jennie yang sedari tadi tampak memainkan cangkir di hadapannya dengan gugup. Wanita itu menundukkan wajahnya sembari menggigit bibir bawahnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa canggung dengan kehadiran Taehyung di hadapannya.

"Jennie−ya," panggil Taehyung pada Jennie, menarik atensi wanita di hadapannya, membuatnya mendongak sebelum menundukkan wajahnya kembali.

Taehyung menghela napas. "Choi Jennie, tatap aku," pintanya pada Jennie.

Jennie tidak juga menurut. Wanita itu memang tidak lagi menundukkan wajahnya. Namun, kini ia justru membuang pandangannya seolah enggan membalas tatapan Taehyung.

"Jadi....kamu sudah tahu semua kisah mengenai diriku kan, dokter Kim," ucap Jennie tiba-tiba. Pandangan wanita itu tampak menerawang. Jemarinya mencengkram erat cangkir yang berada dalam genggamannya.

Taehyung mengangguk. "Iya. Aku sudah tahu segalanya tentang kamu, Choi Jennie. Dan aku merasa bahwa itu bukan lah suatu hal yang buruk. Aku merasa bahwa dengan diriku yang mengetahui kisahmu, membuatku mengenal dirimu lebih baik."

Jennie melirik Taehyung sekilas. "Apakah Rubin Oppa mengatakan bahwa aku memang memiliki gangguan mental? Jika dia mengatakan demikian, maka sebaiknya kamu mempercayai kalimat yang dilontarkan oleh Rubin Oppa. Tidak apa-apa jika kamu menganggap bahwa diriku menderita penyakit mental."

Taehyung terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Jennie. "Tidak. dokter Lee tidak memberikan komentar apa pun mengenai dirimu. dokter Lee hanya bercerita kepadaku mengenai hubunganmu dengan Jung Jaewon," bualnya pada Jennie.

"Jung Jaewon...." Jennie menggumamkan nama kekasihnya dengan bibirnya yang bergetar. Sudut matanya mulai basah karena kenangan buruk yang kembali terputar di dalam kumpulan memori di benaknya.

"Jennie...." Taehyung mengulurkan tangannya, meraih jemari Jennie dan membawanya ke dalam genggaman jemarinya.

 "Choi Jennie, apakah kamu masih mencintai kekasihmu? Apakah kamu masih menunggu Jung Jaewon untuk terbangun dari tidur panjangnya?" Taehyung memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Jennie.

Jennie kembali menggigit bibir bawahnya keras-keras hingga sedikit berdarah. Kali ini, bukan karena dirinya yang merasa gugup, melainkan karena ia sedang mati-matian menahan tangisnya. Dadanya terasa sesak. Ulu hatinya terasa perih.

Ia tidak dapat memungkiri bahwa ia merindukan keberadaan kekasihnya. Ia ingin agar kekasihnya dapat bercengkrama dengan putera mereka secara langsung, bukan hanya mengamati si kecil Hyunsuk dalam diam karena terpisah oleh dimensi yang berbeda.

"Apakah kamu tahu bagaimana rasanya menunggu tanpa kepastian? Apakah kamu tahu bagaimana rasanya ketika kamu tidak dapat menyerah meski pun persentasemu untuk meraih bahagia sangat lah kecil? Apakah kamu pernah dihadapkan dengan keputusasaan yang maha dahsyat yang membuat dirimu merasa sendirian dan merasa bahwa keputusan apa pun yang kamu ambil, tidak akan memberikan hasil yang baik untukmu?"

Jennie menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan setelah dirinya mengungkapkan unek-uneknya kepada Taehyung.

Taehyung tersenyum tipis. Pemuda itu membelai lembut jemari Jennie yang berada dalam genggamannya. Entah mengapa, melihat Jennie yang rapuh seperti ini membuat dirinya merasa ingin melindungi wanita tersebut.

Taehyung menyesal, mengapa tidak sedari dulu ia mencoba untuk mengenal Jennie lebih dekat. Taehyung baru menyadari bahwa dibalik setiap sikap anehnya, Choi Jennie merupakan seorang wanita berparas cantik dan berhati lembut. Bahwa sesungguhnya, keberadaan Jennie tidak menjadi beban bagi Taehyung.

"Aku mengerti, Jennie. Meski pun aku tidak mengerti, aku akan tetap mencoba untuk mengerti dengan posisimu. Aku tidak tahu sedahsyat apa rasa sakit yang menghantam ulu hatimu. Akan tetapi, setidaknya kamu dapat membagi rasa sakitmu dengan diriku. Kemudian, kamu boleh menjadikanku sebagai tumpuanmu. Aku akan berusaha untuk tetap berada di sampingmu, menjadi sandaran bagimu ketika kamu merasa kesepian," ucap Taehyung dengan sungguh-sungguh.

Blood, Sweat & Tears (Taennie, Privated) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang