15♡Break The Code

111 36 25
                                        

Setelah kejadiah jatuhnya lampu kedalam mangkuk tadi, ayah langsung protes kepada pengelola restoran tersebut.

Sedangkan aku hanya duduk manis sembari masih memikirkan penyebab terjadinya peristiwa tadi. Apakah ada hubungannya dengan pesan yang kudapat dari 'unknown' tadi? Atau dari kertas yang berisi simbol-simbol aneh yang kudapat dibotol air tadi? Atau ini murni kecelakaan?

Entahlah. Rasanya kepalaku ingin meledak setelah memikirkan teori-teori yang kubuat sendiri itu.

Mata Taeyong membelalak kaget menatapku. Lalu tak lama setelah itu, dia langsung menghampiriku.

"Kau dapat pesan misterius juga?" tanya Taeyong. Berarti dia juga mengalami hal yang sama sepeertiku.

"Eoh? Iya tapi aku tidak yakin apakah pesan dan peristiwa ini saling berkaitan," ucapku lalu Taeyong mengangguk paham.

"Eoh? Iya tapi aku tidak yakin apakah pesan dan peristiwa ini saling berkaitan," ucapku lalu Taeyong mengangguk paham

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ruangan yang dominan berwarna abu-abu dengan aroma maskulin ini menandakan bahwa ruangan ini milik seorang lelaki.

Kami sedang berada di kamar Jungkook, karena hanya rumahnya yang dekat dengan restoran tadi.

Hanya ada aku, Lisa, Taeyong, Jaehyun, Jae, Taehyung dan tentu saja si pemilik kamar.

Setelah aku dan Taeyong menceritakan bahwa kami mendapat pesan misterius kepada mereka semua *ehm tidak semua juga karena Brian, Wonpil dan Dowoon sudah pulang duluan. Kami sepakat akan mengadakan diskusi dadakan di rumah pria bermarga Jeon itu.

"Hmm jadi siapa yang lebih dulu mendapatkan pesan misterius itu?" tanya Jungkook dengan kacamata bulatnya dan pulpen ditangan kanannya.

Dia sedang berdiri bersandar pada meja yang penuh dengan berkas-berkas yang berantakan.

"Aku yang lebih dulu mendapatkannya. Aku mendapatkannya ketika di halte saat menunggu kedatangan Joy," ucap Taeyong, lalu dengan cepat Jungkook mencatatnya.

"Oh pantas saja saat itu kau terus memandang kearah handphonemu, tidak seperti biasanya," balasku yang sedang duduk diatas karpet bersama dengan Lisa dan Taeyong.

"Lalu isinya apa?" tanya Lisa dengan cemilan ditangannya.

Lalu Taeyong menunjukkan handphonenya.

Unknown:
'Halte itu adalah saksi bisu dimana ada seorang gadis menolak sebuah sepatu dariku.

Sepatunya bernomor 43,5 berwarna coklat kusam.

12 hari aku mengantri untuk mendapatkan sepatu itu.

Tapi tepat saat di halte itu dia mengatakan bahwa aku miskin, padahal aku menggunakan barang-barang mahal.

Jam Rolex-ku padahal sudah cukup menyatakan bahwa aku orang kaya.

Sebanyak 12.30 koleksi jam tanganku dengan merk ternama.

Different But Equal ♡ Joy Where stories live. Discover now