12. Min dan Green

481 46 3
                                    

Salju turun cukup deras pagi ini. Membuat suasana mansion besar milik keluarga Min ini makin terasa dingin. Bahkan Jimin tak bisa melangkah di atas lantai berbahan dasar kayu tanpa alas kaki. Tangan kanannya memegang cangkir berisi coklat hangat sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku piyama panjang berwarna coklat milik Yoongi yang tengah ia kenakan.

Semalam ia kedingingan dan satu-satunya pakaian hangat yang bisa temukan dengan cepat hanya piyama yang sebelumnya dikenakan oleh Yoongi namun akhirnya dilepas karena Yoongi lebih nyaman bertelanjang dada saat tidur.

Jimin melangkah menyusuri koridor panjang berisikan foto-foto Yoongi dan kedua orang tuanya. Ada juga beberapa foto yang Jimin yakini sebagai leluhur Yoongi. Tak seperti potret di dunia sihir pada umumnya yang bisa bergerak bahkan keluar dari bingkainya untuk mengunjungi potret lain, semua gambar itu diam. Layaknya foto di dunia manusia.

Hal yang aneh mengingat keluarga Yoongi merupakan keluarga penyihir murni seperti keluarga Jimin.

Langkah Jimin terhenti ketika ia sampai di ruang tengah yang luasnya mungkin 2 kali lebih luas dibanding ruang rekreasi Gryffindor. Bahkan masih lebih luas dibanding ruang tengah mansion keluarganya.

Memutuskan untuk berkeliling, Jimin menyempatkan diri untuk meletakkan cangkirnya di atas meja bulat yang terletak tak jauh dari perapian yang tengah menyala, membuat ruangan luas itu jadi lebih hangat dibanding koridor yang baru dilaluinya.

Tujuan awal Jimin adalah sebuah rak berisi beberapa keramik antik. Semakin diperhatikan, terlihat bahwa keramik-keramik itu datangnya dari dataran Cina. Jimin tau karena kakak tertua beserta ibunya gemar mengoleksi keramik.

Ia beralih ke sisi kanan, dimana terdapat sebuah rak panjang berisikan buku-buku yang tertata rapi dan sesuai urutan. Tak terlihat debu sedikitpun, menandakan bahwa semua buku didalamnya dirawat dengan baik. Jimin menebak, semua buku di rak ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan buku milik keluarga kekasihnya.

Jimin melanjutkan langkahnya hingga berakhir di depan lukisan yang menarik minatnya sejak kemarin. Posisi lukisan yang lebih tinggi dari tubuhnya membuat Jimin kesulitan untuk memahami dan membaca tulisan di dalamnya.

Inisiatif, Jimin mengambil sebuah kursi kayu tak jauh dari tempatnya berdiri. Naik ke atasnya hingga kini ia bisa memperhatikan semua sudut lukisan dengan jelas.

Telunjuk kanannya terjulur, menelusuri ranting panjang berwarna coklat muda yang menuju ke sebuah daun bertuliskan nama Yoongi. Ranting itu berhenti disana yang menandakan bahwa Yoongi belum memiliki keturunan untuk dituliskan disana.

Sepertinya Holly tak dianggap sebagai anak Yoongi oleh para leluhur Min.

Jimin menepis pikiran konyolnya dan kembali menelusuri garis panjang meliuk berbentuk ranting hingga berhenti di sebuah tempat yang bentuknya seperti buah namun Jimin tak paham buah apa itu. Seperti apel tapi warnanya cemderung lebih gelap dan bentuknya lebih panjang. Tak bulat seperti apel pada umumnya. Di atasnya tercetak nama Min Jiyong yang diukir dengan tinta berwarna emas. Di sebelahnya, dengan latar bunga berwarna ungu dengan gradasi putih yang lagi-lagi Jimin tak tau jenisnya, tertera nama Park Sandara. Ditulis dengan tinta berwarna perak yang terlihat begitu indah, menyatu dengan bunga-bunga disekitarnya hingga sedikit sulit untuk dilihat jika tak diperhatikan dengan seksama.

Jemari Jimin terus menjelajah hingga dia sadar bahwa garis itu nyatanya hanya sebuah garis tunggal tak bercabang. Hanya bentuknya yang meliuk-liuk menjadikannya begitu penuh seolah memiliki cabang banyak padahal itu hanya sebuah garis tunggal.

Satu keanehan lain karena setau Jimin para penyihir dari keluarga murni masih memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain. Bahkan pohon keluarga milik ayahnya yang terpampang jelas di ruang kerja pribadinya memiliki kerumitan tinggi karena ada cukup banyak nama yang tertera di dalamnya.

I Call You DestinyWhere stories live. Discover now