14. Rahasia Perlahan Terkuak

458 37 0
                                    

Pagi ini rasanya masih dingin. Meski sudah masuk bulan Januari tapi hawa bulan Desember masih kental terasa. Terlebih Jimin harus berangkat ke Hogwarts tanpa Yoongi. Awalnya, Yoongi berkata bahwa ia harus ikut rombongan Slytherin sedangkan Jimin harus bersama teman asramanya. Itu lebih aman dan baik untuk Jimin meski Jimin tak paham apa maksudnya.

Jimin mengeratkan mantel milik Yoongi yang telah ia hak miliki sejak kedatangannya di mansion keluarga Min. Mantel itu terasa hangat. Dan terdapat aroma Yoongi meski samar karena mantel itu sudah lama tak terpakai.

Langkahnya semakin terasa berat seiring waktu ia menyusuri lorong-lorong dalam gerbong kereta. Ia tak bisa menemukan Taehyung dimanapun. Anak itu seolah menghilang. Terlebih ia tak membalas satupun surat yang Jimin kirimkan. Burung hantu milik Jimin selalu kembali dalam keadaan kosong tanpa surat tiap kembali ke mansion.

Ia cemas tentu saja. Taehyung itu sepepunya yang paling dekat. Mereka terbiasa bersama bahkan sejak masih dalam kandungan. Jimin kebingungan. Tapi juga panik dan cemas. Taehyung tak biasanya seperti ini. Menghilang tanpa kabar juga tanpa jejak.

Langkah Jimin terhenti di kompartemen terakhir. Ia menarik nafas panjang. Menetralkan degup jantungnya sembari merapalkan doa semoga Taehyung berada di dalamnya. Meski kemungkinannya begitu kecil mengingat Taehyung tak suka tempat yang berada di ujung. Untuk apapun itu.

Namun Jimin akhirnya bisa menghela nafas lega tak kala menemukan tubuh Taehyung yang tengah tertidur dengan posisi yang menghabiskan separuh ruang kompartemen untuk dirinya sendiri. Lucu sekali posisinya. Tapi Jimin enggan tertawa. Perasaan lega tengah mendominasi hatinya.

Memilih masuk, Jimin kembali menemukan bahwa Taehyung tak sepenuhnya tidur. Jimin hafal betul bagaimana Taehyung jika tidur. Ditendangnya keras tulang kering Taehyung yang menggantung bebas hingga si empunya menjerit kencang.

Biar saja, Jimin sedang luar biasa kesal.

"Dua minggu lebih kita tak bertemu dan ini salam darimu? Astaga! Kenapa kau jadi begitu bar-bar begini Park Jimin?!"

Jimin hanya menatap datar Taehyung dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Jika tak ingat Taehyung itu masih sepupunya, mungkin anak itu sudah ia buang keluar jendela.

"Oh, masih ingat kalau kita sudah lama tak bertemu? Kupikir kau sudah lupa jika aku ini masih sepupumu."

Taehyung mengusap tengkuknya sembari melemparkan senyum kotaknya. Yang sayangnya terlihat sangat menyebalkan di mata Jimin. Perlahan, ia merubah posisinya jadi duduk berhadapan dengan Jimin. Setelah meregangkan tubuhnya yang terasa kaku tentunya.

"Kau mencariku?" tanya Taehyung. Ia paham dan tau benar, Jimin bukanlah tipikal orang yang mau merepotkan diri untuk berjalan hingga sejauh ini. Terlebih Taehyung tadi sempat melihat bahwa Jimin masuk melalui pintu di gerbong pertama. Artinya, ia sudah berjalan hingga melewati 3 gerbong untuk bisa sampai ketempatnya. Apa artinya jika bukan karena Jimin berniat mencarinya.

"Aku khawatir, bodoh. Kau tiba-tiba menghilang. Dan bahkan kau tak mengirimiku hadiah natal disaat aku sudah bersusah payah mencarikanmu hadiah. Saudara macam apa kau ini."

Taehyung terkekeh geli mendengar gerutuan Jimin. Ini hal langka bagi Taehyung. Dulu sekali Jimin memang suka menggerutu jika ia tak mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun sifat itu perlahan menghilang seiring bertambahnya usia. Jimin tak pernah menggerutu untuk keinginannya sendiri. Ia selalu memilih untuk mendapatkan keinginannya melalui tangannya langsung.

Jimin mungkin pernah beberapa kali menggerutu. Tapi itu tak lebih karena tingkah menyebalkan Taehyung.

Dan kini Jimin menggerutu karena tak mendapat hadiah natal darinya. Hadiah yang bahkan tak pernah Taehyung berikan lagi sejak keduanya masuk ke Hogwarts.

I Call You DestinyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz