PETRICHOR

196 30 3
                                    

Tittle : Petrichor
Author : LinzyLee
Pairing : WooRong
Genre : Family
Length : Ficlet (684 Words)

*****

..... then wonderful smell in the air after it's been raining .....

Aromanya khas, menyegarkan. Tidak ada indra penciuman yang luput darinya, hanya tergantung apakah kau menikmatinya atau mengabaikannya seperti angin lalu. Aroma itu mengudara, datang setelah hujan tak lagi memandikan bumi, dan berhembus lembut bersama angin dingin di pagi hari yang sedang tak bersahabat. Namun tetap saja masih ada yang menunggu aromanya.

Jarum jam dinding menunjuk angka 5, tak kurang dan tak lebih. Tangan mungilnya tak gentar, disingkapnya dengan cepat hordeng putih panjang yang menutupi rupa dunia luar, serta dibukanya kunci jendela besar yang membatasi pendengarannya dari suara merdu gerimis yang sebentar lagi akan berakhir. Dia tersenyum, bibir mungilnya tertarik tipis, tak peduli dengan udara dingin yang kian menusuk kulit hingga terasa bergeletuk diseluruh persendian tubuh kecilnya, dan Ia menggigil.

"Nami?"

Suara lembut menyapanya dikeheningan subuh. Gadis kecil yang namanya baru saja dipanggil hanya diam. Tangan mungilnya menggenggam erat kusen jendela yang warna putihnya tak luput meski temaram. Wajahnya Ia dongakkan ke atas, kearah sinar bulan dan bintang yang kian redup dilangit biru tua diufuk timur. Mata bulatnya Ia pejamkan seiringan dengan indra penciumannya yang menghirup lembut aroma khas bumi yang menguar setelah hujan turun. Ahhh... Ia mencintai aroma ini, aroma khas yang juga dimiliki oleh seseorang yang sedang dirindukannya.

"Nami..." Kali ini panggilan lembut itu menyapanya bersamaan dengan tangan lembut yang mengusap rambutnya.

"Nami, kenapa membuka jendelanya? Kau akan kedinginan, sayang..."

Gadis kecil yang dipanggil Nami menggeleng lemah, mata kecil bulatnya menerawang ke langit, "Sebentar lagi, eomma. Nami sedang rindu."

Park Chorong mengerti maksud rindu yang anaknya katakan. Ia juga sedang rindu, namun tak ingin lebur bersama tanah yang gembur setelah berjam-jam dijatuhkan air oleh langit. Chorong rindu, tapi tak ingin rindu, Ia sudah cukup dan muak dengan perasaan menyesakkan itu di hari-hari yang lalu.

"Ini dingin Nami, tutup jendelanya!"

"Sebentar eomma, Nami mohon..." Mata bulat kecilnya berkaca-kaca. Chorong tak pernah membiarkan rindunya turut mengudara bersama aroma tanah yang Ia cintai setelah hujan. Wanita muda yang Ia sebut eomma itu terlalu penuh dengan rasa sakit dihatinya, hingga lupa bahwa Nami juga terlalu penuh dengan rasa rindu.

"Biarkan Nami mencium aroma khas tanah setelah hujan..." Nami melihat ke mata Chorong, melihat rindu dan amarah yang menggunung di bola mata hitam eommanya. "Aromanya mirip dengan aroma appa yang menyegarkan..."

Chorong menutup mulutnya, sementara matanya membalas tatapan Nami. Ada tumpukan rindu di bola mata hitam anaknya yang polos.

"Maafkan Nami, hanya lima menit lagi... Nami janji." Air matanya mengalir melewati kedua pipi chubbynya. "Nami sedang rindu appa karena appa jauh, Nami tak bisa melihatnya."

Chorong tak bisa mengatakan apapun, seluruh kata-katanya seakan tersangkut ditenggorokan. Ia merasa begitu jahat, memaksa anaknya berhenti merindukan appanya, Nam Woohyun. Mereka sudah terpisah lebih dari satu bulan. Pertengkaran terakhirnya bersama laki-laki itu sangat besar, Chorong hanya tak sanggup menahan semua emosinya dan memilih lari dari 'rumah' nyaman mereka.

Chorong juga rindu, lebih rindu, tapi belum bisa menurunkan egonya. Laki-laki itu juga tak ada kabar untuk mencarinya. Chorong yakin Woohyun tahu kemana harusnya Ia mencari anak dan istrinya, namun laki-laki itu tak kunjung datang. Chorong hanya menunggu ditengah tumpukan rindu yang Ia sangkal sendiri, ia menunggu untuk dijemput pulang.

"Maafkan eomma, sayang." Chorong membawa Nami ke dalam pelukannya.

"Nami rindu appa..." Tangis Nami pecah di dalam pelukan Chorong. Tubuh mungilnya bergetar hebat membuat Chorong merasa semakin bermasalah.

"Tunggulah sedikit lagi Nami, tunggu appa menjeput kita."

Subuh itu penuh haru, aroma khas tanah setelah hujan menyegarkan, dan langit biru tua semakin pudar. Chorong menemani Nami hingga tangis gadis kecilnya reda dan menemaninya untuk tetap duduk di dekat jendela, memandangi tanah basah dan mencium aroma khas tanah setelah hujan.

Nami benar, aroma khas tanah setelah hujan mengingatkannya pada aroma Nam Woohyun. Chorong jadi ikut larut dalam rindunya. Belum lagi hujan yang kembali turun membuatnya ingat, bagaimana manisnya Cinta Nam Woohyun dan Park Chorong selama ini. Hujan tak pernah gagal dalam membawa kembali kenangan-kenangan manisnya tentang Nam Woohyun. Chorong jadi semakin rindu.

Aku pikir jutaan rinai hujan tak dapat menandingi seberapa banyak aku merindukanmu,
Aku pikir aroma khas tanah setelah hujan tak dapat menandingi seberapa candu aromamu untukku,
Aku merindukanmu,
Kapan kau datang dan menjemputku pulang?
Nam Woohyun....

*** T HE EN D***


Aku lagi mood ngetik yang ini ヽ('▽`)/Maklumin aja jiwa Woorongku lagi berkobar wkwkwkAbis ini mau up yang mana lagi ya? Hm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku lagi mood ngetik yang ini ヽ('▽`)/
Maklumin aja jiwa Woorongku lagi berkobar wkwkwk
Abis ini mau up yang mana lagi ya? Hm....
Yaudah tunggu aja ff selajutnya ヽ('▽`)/

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WORD.Where stories live. Discover now