.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Disini mereka sekarang, duduk dimeja makan besar berkapasitas belasan orang namun sekarang hanya dihuni 4 orang dan satu orang balita yang sibuk dengan makanannya.

Si kembar tidak menyantap makannya, mereka hanya memegang sendok dan sumpit disetiap tangan dengan pandangan lurus menatap namja dihadapan mereka memerhatikan setiap pergerakan namja manis itu. Sementara yang ditatap hanya menunduk dalam sambil mencoba menikmati makanannya meski sebetulnya ia sedikit tidak nyaman atas tindakan si kembar.

“berhenti menatap Jaehyun seperti itu” tegur Johnny pada kedua adiknya.

“Jaehyun?” gumam yang lebih tua diantara si kembar.

“ya, berhenti menatapnya dan makan makanan kalian” tegur Johnny lagi.

Sayangnya teguran itu hanya dianggap angin lalu oleh keduanya karena mereka tetap saja menatap Jaehyun yang kini semakin menundukkan kepalanya.

“kau.. eommanya Jeno?” yang lebih kembali membuka mulutnya.

Selama beberapa hari tinggal di mansion Seo, Jeno bermain hampir dengan suluruh penghuni mansion ini termasuk para main dan kedua adik Johnny. dari situ pulalah mereka tau jika Jeno memiliki eomma bernama Jaehyun. Awalnya si kembar mengira eomma Jeno adalah yeoja namun mereka terkejut saat tau namja manis dihadapannya ini adalah eomma Jeno. Itulah mengapa saat masuk tadi keduanya tidak begitu menghiraukan keberadaan Jaehyun.

“n-ne” jawab Jaehyun terbata.

“dimana ap-“

“Lucas, Mark berhentilah bertanya sebelum aku melaporkan surat panggilan kalian pada noonim dan hyungnim” Johnny memotong pertanyaan yang akan dilontarkan adik bungsunya. Ia tau kemana arah pertanyaan itu.

Bukan apa apa, ia tidak mau Jaehyun menceritakan lagi kehidupannya, cerita itu terlalu memilukan. Johnny tidak mau mendengarnya dua kali. Sudah cukup sekali saja ia mendengarnya dan itu sudah cukup membuat hatinya terenyuh sakit.

“andwe hyung, jebal” mohon keduanya. Bisa kacau jika noonim dan hyungnimnya tau masalah surat panggilan itu.

“kalau begitu berhenti bertanya dan makan!” setidaknya ancaman itu berhasil membungkam mulut kedua adiknya.

Makan malam berjalan dengan khidmat setelahnya tanpa ada percakapan lagi setelah ancaman yang dilayangkan Johnny pada adik adiknya. Kini semua penghuni rumah sudah memasuki kamar masing masing.

Jaehyun membawa Jeno ruangan khusus yang disiapkan untuk bocah itu. Sejak masuk kemansion ini sudah terhitung dua kali ia memasuki kamar anaknya tapi tetap saja ia masih kagum dengan ruangan itu. Kata terima kasih yang ia tujukan pada Johnny tak ada henti henti ia lafalkan dalam hati karena sudah memberikan kenyamanan untuk putranya.

Perlahan Jaehyun naik keatas ranjang landai nan nyaman milik anaknya, memposisikan tubuhnya disamping tubuh sang anak guna memberikan usapan usapan lembut disurai hitam anaknya juga alunan lulabi menanangkan pengantar tidur sang buah hati. Jika tidak begitu anaknya tidak akan terlelap dengan nyenyak.

Setelah memastikan anaknya telalap Jaehyun bangkit dan ranjang sang anak tak lupa menyelimutinya dengan selimut tebal berwarna biru yang sudah tersedia untuk Jenonya. Memberikan kecupan hangat pada kening balita itu.

“mimpi indah anakku” ujarnya lalu keluar dari kamar Jeno setelah mematikan lampu kamar itu.

.
.
.
.
.



Tok
Tok
Tok

Jaehyun mengetuk pintu kayu berwarna coklat dihadapannya. Pintu itu adalah pintu kamar Johnny. ia hendak menanyakan dimana ia akan tidur. pasalnya sejak sampai dimansion ini namja tampan itu sama sekali tidak menyinggung mengenai dimana Jaehyun akan mengistirahatkan tubuhnya. Sedikit tidak mungkin jika ia harus tidur bersama Jeno karena ranjang Jeno kecil juga pendek. Tidak bisa menampung tubuhnya.

Jaehyun jadi bingung sendiri dimana ia harus tidur bahkan barang barang yang tadi dibelikan Saraya saja diletakkan dikamar Jeno karena Johnny tidak memberitahu kamar mana yang harus ia tempati. Jaehyun yakin ada banyak kamar dimansion ini tapi ia tidak mau asal masuk.

‘cklek’

Pintu kamar itu terbuka “masuklah Jae”

Dengan ragu Jaehyun melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Johnny.

Lagi lagi Jaehyun terkagum dengan kamar dimansion ini. Kamar Johnny bernuansa putih bersih tanpa wallpaper dengan ranjang coklat ukuran king size. Tidak terlalu banyak barang dikamar ini. Hanya ada ranjang, meja nakas, lemari besar juga sofa berwarna coklat muda disudut ruangan. Jaehyun terus memerhatikan kamar Johnny, meski terkesan sederhana tapi kamar ini tetap menunjukkan kesan elegant.

“ada apa Jae?” Tanya Johnny membuyarkan rasa kagum yang sedang ia pancarkan pada kamar namja bermanik kelam itu.

“maaf hyung, aku mau bertanya dimana aku harus tidur?” bukannya menjawab Jaehyun malah balik bertanya, tapi memang itukan point Jaehyun menemui Johnny?

“ah, semua kamar dimansion ini sudah ada pemiliknya Jae. Meski kosong tapi aku tidak yakin pemiliknya akan setuju jika kamar mereka dipakai” benar adanya, semua kamar dimansion ini sudah ada pemiliknya meski tak berpenghuni yaitu kamar dua tertua keluarga Seo. Jika sedang ada family night kedua orang itu akan kembali memakai ruangnnya.

“ah begitu, baiklah. Aku akan tidur diruang tamu saja hyung”

“tidak Jae, kau tidur bersamaku”

“n-ne?” apa Jaehyun tidak salah dengar? Tidur bersama Johnny dikamar namja itu. Bagaimana jika terjadi hal yang tidak tidak? Walaupun Jaehyun yakin Johnny bukan namja seperti itu tapi tetap saja jika sang penguasa neraka telah berdalih menghasut manusia apa yang bisa diperbuat.

“tidur bersamaku. Aku tidak akan macam macam Jae, percayalah” sekali lagi kenapa Johnny selalu tau yang ada dipikiran Jaehyun? Apa Jaehyun semudah itu untuk ditebak?

“eh? Bukan begitu hyung, tapi… apa tak apa?”

“aku yang mengajakmu tidur bersamaku, diranjangku jadi kau tak perlu bertanya apa tidak apa apa” kata Johnny

Johnny menarik lembut tangan Jaehyun agar duduk disampingnya diatas sofa lembut milik Johnny. dengan pelan Jaehyun menjatuhkan bokong diatas sofa itu masih dengan tangan yang kanannya yang dipegang Johnny bahkan sekarang berganti menjadi sebuah genggaman.

Mereka saling beradapan menatap satu sama lain, menubrukkan manik almont dan manik kelam itu.

Baik Jaehyun maupun Johnny merasakan getaran asing yang menggelitik hatinya, merasakan ribuan kupu kupu berterbangan didalam perut mereka juga debaran jantung yang tidak senormal biasa. Semakin dalam mereka menyelami netra satu sama lain semakin gencar juga rasa rasa aneh itu memeluk tubuh mereka.

Tangan Johnny terangkat membelai helaian lembut surai mau Jaehyun, lengkungan menawan terbentuk diwajahnya. Terlalu sulit untuk diungkapkan tapi Johnny tau akan rasa yang ia rasakan. Ia menyukai sosok manis dihadapannya ini bahkan sejak pertama kali ia melihat betapa indahnya almont cantik yang memancarkan sinar kehangatan itu. Johnny merasa terhipnotis dengan tatapan lembut itu tanpa mau keluar dari zona hipnotis itu sendiri.

Jaehyun yang awalnya mengerjapkan matanya kini memajamkan matanya mulai menikmati sentuhan Johnny, lagi lagi ia merasakan kenyamanan dan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Apa mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta?

Tangan besar Johnny masih terus membelai rambut Jaehyun dengan tatapan yang terfokus pada wajah dihadapannya. Jaehyun sangat cantik. Kira kira begitulah batin Johnny berbunyi.

Johnny mendekatkan wajahnya kearah Jaehyun, mengikis jarak antara keduanya tanpa menghentikan kegiatannya. Ia dapat merasakan hembusan nafas namja dihadapannya yang terasa begitu hangat. Jarak diantara keduanya semakin menipis hingga saat hampir tiba Johnny beralih. Belum saatnya.

Chup...

Jaehyun reflex membuka matanya secara spontan saat merasakan benda kenyal menyetuh kening indahnya secara sangat lembut dan hati hati. Pipinya serasa memanas yang Jaehyun yakin disertai rona merah memalukan jika Johnny melihatnya. Bibirnya terbuka sarat akan ketidak percayaan atas apa yang tengah terjadi.

Kenapa Johnny menciumnya?

Apakah?

Johnny menjauhkan bibirnya dari kening Jaehyun lalu kembali menatap namja dihadapanya “aku belum mau mengatakannya karena ini terlalu cepat”.

Namun yang ditatap malah menundukkan kepalanya dalam dalam menutupi semburat merah dipipinya, ia tidak mau Johnny melihatnya. Sangat memalukan.

“tapi lebih cepat lebih baik bukan?” lanjut Johnny lalu meraih tangan Jaehyun yang belum tergenggam dengan tangannya. Mengenggamnya erat erat seolah si pemilik akan menghilang jika ia tidak mengenggamnya.

Johnny mencoba menyalurkan rasa menyenangkan yang ia rasakan pada Jaehyun yang masih tertunduk dalam.

Johnny menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskannya secara perlahan guna mengurangi gugup yang ia rasakan saat ini, ia memang belum mau mengatakan ini karena baginya ini masih terlalu cepat juga ia takut Jaehyun akan menolaknya mentah mentah dan memilih keluar dari rumah ini. Kemungkinan terburuk yang harus ia hadapi adalah Jaehyun yang merasa jijik padanya karena Johnny seorang namja dengan orientasi sexual yang menyimpang.

Tapi ia harus mengatakannya bukan? Semakin ia tidak mau menanggung rasa sakit karena telalu memendam suatu perasaan menganggu yang nantinya tidak tau akan seperti apa akhirnya. ia tidak mau nantinya menanggung rasa sakit karena ditolak bahkan ditinggal Jaehyun setelah ia mengungkapkan perasaanya sementara ia sudah tinggal cukup lama dengan si manis itu.

ia harus mencoba agar semua rasa gila ini menghilang. Persetan dengan semua asumsinya atas tanggapan Jaehyun. Fvck it!

“jadilah pemilik hatiku Jung Jaehyun” akhirnya kalimat itu keluar dari bibir namja Seo itu.

Jaehyun mengangkat kepalanya menatap Johnny dari cela poninya yang mulai menanjang. Apa yang baru Johnny katakan? Apa ia tidak salah dengar? Oh, Jaehyun merasa ia harus membersihkan telinganya agar ia tidak salah dengar. Juga ia harus mengingatkan dirinya sediri untuk berhenti berkhayal hal yang tidak mungkin terjadi. 

“aku tau ini terlalu cepat tapi… jadilah pemilik hatiku Jae”

Jaehyun merasa jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya saat mendengar perkataan penolongnya, kalimat yang tidak pernah ia duga terlontar dari siapapun untuk dirinya. Jaehyun tidak bodoh untuk bisa mengartikan apa yang Johnny ucapkan padanya. Johnny memintanya untuk menjadi kekasihnya. Hanya saja dengan kalimat yang tidak seperti kebanyakan orang katakan.

Apa yang harus ia katakan? Ia ingin menjawab tapi bibirnya seolah terkunci, ia harus menjawabnya karena saat ini Johnny menatapnya seakan meminta jawaban meski kalimat yang tadi ia katakan tidak seperti kalimat yang butuh jawaban, kalimat itu seperti sebuah perintah mutlak yang harus ia jalani untuk menjadi pemilik hati seorang Johnny Seo.

Sementara Johnny yang menunggu jawaban dari Jaehyun mulai menyiapkan mentalnya kalau kalau Jaehyun menolaknya walau tak dapat dipungkiri dari lubuk hatinya yang paling dalam ia beharap namja itu mengatakan ‘iya’.

Menatap manik kelam Johnny yang terus menuntut jawaban membuat bibirnya semakin terkunci rapat juga jantung berdegup semakin kencang, sekarang ia mulai kesulitan bernafas karena telalu gugup. Degupan jantungnya yang semakin kencang itu menimbulkan rasanya nyeri pada dada kirinya.

“akh..” Jaehyun melepaskan tanganya dari genggaman hangat Johnny guna meremas dada bagian kirinya yang terasa sangat menyiksa. Kenapa penyakitnya sangat sangat tidak mendukung disaat moment seperti ini?

“Jaehyun” pekik Johnny saat melihat Jaehyun yang meremas dada bagian kirinya dengan tubuh sedikit membungkuk seperti menahan rasa sakit. Ia memegangi kedua bahu Jaehyun lalu menegapkan kembali tubuh itu perlahan.

“s-sakit hyu-ngh” rintih Jaehyun.

Bagus John! Kau membuat penyakitnya kambuh karena perkataanmu! Kerja bagus Johnny Seo.

Dengan sigap Johnny berdiri lalu mengangkat tubuh Jaehyun kedalam gendongan ala bridalnya untuk dipindahkan keranjang king size miliknya.

Dengan hati hati Johnny menurunkan Jaehyun diranjang king size miliknya, menyamankan posisi namja cantik yang baru saja ia buat kambuh karena perkataannya. Lalu ia beralih kesisi lain ranjangnya ikut merebahkan (?) tubuhnya disisi Jaehyun menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya, mendekatkan tubuhnya pada Jaehyun yang nampak masih sedikit kesakitan membawa tubuh eomma Jeno itu kedalam dekapan hangatnya menjadikan lengannya sebagai bantal untuk Jaehyun. Memberi usapan usapan menenangkan disepanjang punggu namja dalam dekapannya. Mengeluarkan gumaman gumaman menenangkan dari bibir tebalnya berusaha melawan rintihan rintihan Jaehyun.

Tangan Jaehyun yang tadi meremas dadanya kini beralih meremas kaos putih yang dikenakan Jaehyun. Menyalurkan semua rasa sakitnya pada kaos tak bersalah milik Johnny.

“h-hyu..ngh”

“ssttt… it’s fine. Maafkan aku Jae” Johnny mengeratkan pelukannya seraya menghujani pucuk kepala Jaehyun dengan kecupan kecupan hangat berharap bisa menenangkan Jaehyun.

Jujur Johnny merasa bersalah sudah mengatakan kalimat tadi pada Jaehyun, ia tidak menyangka jika perkataannya bisa membuat Jaehyun kambuh seperti ini.

Hingga beberapa menit kemudian suara rintihan yang mengalun dari bibir Jaehyun sudah tidak terdengar lagi, tangannya yang meremas erat kaos Johnny sudah tidak terasa lagi karena kini tangan itu membalas pelukan hangat Johnny. memendamkan kepalanya didada bidang Johnny.

“aku… mau hyung” cicit Jaehyun.

Merasa mendengar suara dari orang yang tengah ia dekap Johnny melonggarkan pelukannya, menunduk kebawah menatap Jaehyun yang kini balas menatapnya.

“ya?” Tanya Johnny memastikan.

“aku mau… jadi pemilik hatimu”  Jaehyun mengatakannya dengan tatapan sayu setelah melawan rasa sakit yang sempat menderanya meski Johnny masih dapat melihat semburat merah menghiasi pipinya yang chubby menggemaskan.

Johnny menatap almont Jaehyun mencoba mencari keraguan atas kalimat yang baru saja ia katakan, ia takut Jaehyun hanya bergurau atau menerimanya karena namja itu tidak mau membuatnya kecewa namun Johnny tidak menemukan apapun selain keyakinan dimanik itu.

Setelah yakin akan apa yang ia lihat dari manik Jaehyun, Johnny menganggukan kepalanya.

“terima kasih Jae. Aku tidak akan mengecewakanmu” lalu mengecup dalam kening Jaehyun. Kembali membawa tubuh namja yang baru saja menjadi kekasihnya kedalam pelukan hangat.

Pelukan yang Jaehyun bisa rasakan sebagai pelukan pelindung yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, pelukan yang mampu membuatnya tenang, pelukan yang mampu membuat jantungnya berdegup teratur, pelukan yang tidak akan pernah mau ia lepaskan.

“sekarang kau milikku Jeno-eomma”

Jaehyun terkikik geli mendengar ucapan Johnny, pertama kalinya ia mendengar namja tampan itu memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Sangat lucu jika Johnny yang mengatakannya.

Malam ini, biarkan mereka terlelap dengan rasa bahagia yang melingkupi keduanya. Menjadikan heningnya malam sebagai saksi dua insan yang kini menjadi satu meski tanpa ikatan sakral nan suci.

Biarkan kebahagiaan yang belum pernah Jaehyun rasakan terbawa hingga kealam mimpinya memberikan mimpi terindah sepanjang hidupnya. Membawakan perasaan bagaimana indahnya menjadi seorang kekasih dari seorang namja yang kini memberikan kehangatan pada tubuhnya.

Bagi Jaehyun semua ini sulit dipercaya. Bak sebuah mimpi yang menjurus pada dongeng dongeng pengantar tidur. Hampir tidak mungkin terjadi.

Namun jangan pernah meremehkan sesuatu yang sulit dipercaya karena bisa saja hal itu terjadi, membutikan tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, memaksa kita percaya akan apa yang terjadi meski pada akhirnya kita tetap tidak percaya hal itu terjadi. Tapi nyatanya kita akan tetap kalah dengan fakta yang membuktikan bahwa hal itu terjadi.
























Hola, i'm backk 😄😄

Maaf ya kalau agak telat updatenya aku baru selesai UAS dan beberapa hari lalu sempat ada insiden kecil yang buat aku gak bisa nulis :")

Maaf juga kalau part ini tidak memuaskan. Jeongmal mianhae.

And thank you so much untuk yang udah mau baca book ini 😊😊😊.

Don't forget to comment and vote 😘😘

Without you guys i'm nothing.

Love you guys 💙💙




👣👣👣👣👣 Bagi yang baca tolong tinggalkan jejak yaa 👣👣👣👣👣



Heartbeatحيث تعيش القصص. اكتشف الآن