Bagian 24 ( Hari Bahagia )

13K 907 8
                                    

Votee dulu yuk ☆ ^^

Seperti yang dia impikan dulu, Symponi memandang kagum pada pantulan dirinya dicermin. Terlihat sangat panglingi dan luar biasa. Dia tak menyangka jika kekuatan make up ini bisa merubah dirinya menjadi secantik ini. Padahal dirinya hanya meminta make up yang natural untuk resepsinya ini.

"Uugh, cucok banget. You itu udah cantik binggo aslinya jadi pas tersihir oleh tangan dingin eike jadi tambah cantik deh" seru Iwan dengan jemari lentiknya mengoyang goyangkan kuas blush on pada pipi Symponi.

"Ah, Ka Iwan terlalu memuji. Ini sih karena kaka aja yang memang berbakat, makanya bisa bagus banget gini hasilnya" Symponi tersenyum kecil.

"Aduh, kalau begindang ya, eike yakin suami you bisa klepek-klepek deh nanti"

Symponi tersenyum malu ketika mendengar kata 'suami' yang di ucapkan oleh Iwan tadi. Tepat pukul 10 tadi pagi, Diva telah resmi mengucapkan ikrar janji suci di hadapan Allah dan abinya.

"Ihh, muka you merona gitu. Cie...ciee" Iwan memberikan sentuhan terakhir pada wajah Symponi, "dan taraaa... uu lalaa... siapa coba yang bang iful ini?"

"Bang iful?" Ulang Symponi bingung.

"Eh, sorry...sorry... maksud eike itu centong, eh cantik" Iwan tertawa sambil mengibas rambut pendeknya. Symponi mengulum tawanya.

"Udah, ah. Sekarang you udah siap. Kita tinggal tunggu you punya suami buat jemput" Iwan membereskan perlengkapannya dan Symponi sekali lagi memandang wajahnya dicermin. Dia benar-benar puas dengan hasilnya.

"Eh, you mau tips nggak dari eike buat malam pertama yang hot?"ucap Iwan tiba-tiba dengan kerlingan mata nakalnya.

"Heh?" Wajah Symponi mendadak merah padam menahan malu.
.
.
.

"Kamu kenapa kelihatan malu-malu gitu sih, yank?"

Symponi hanya berani melihat Diva dari ekor matanya. Sungguh kata-kata dari Iwan tadi sanggup mengacaukan pikirannya. Apa yang akan terjadi pada malam pertamanya?  Haduh, semakin memikirkannya, semakin membuat jantungku berdebar.

"Mau cerita kenapa?" Tanya Diva lagi.

Symponi tersenyum kecil lalu menggeleng, "aku hanya kecapean ko. Nggak apa-apa"

"Beneran? Kalau ada sesuatu yang mengganjal dipikiran kamu, jangan ragu untuk mengatakannya padaku ya" pinta Diva dan Symponi mengangguk patuh.

Bagaimana tidak terganggu, kata-kata Iwan tadi saja masih terus berputar di kepalanya.

Ayo lupakan Symponi. Ini semua akan berjalan mulus. Kamu bukan akan menjalani eksekusi mati kan. Hanya akan menghabiskan malam dengan laki-laki yang telah sah di mata Allah dan negara.

Symponi menarik nafasnya lalu kembali menghembuskannya perlahan. Ini tips yang jitu saat jatungnya berdetak kencang seperti sekarang.
.
.
.
Hampir tiga jam berlalu dan para tamu pun sudah mulai berkurang. Symponi duduk di singasanya sambil memijit kakinya yang mulai terasa pegal.

"Nanti, setelah kita di kamar, aku akan memijit kaki kamu" ucap Diva sambil mengelus bahu Symponi lembut.

"He'em" jawab Symponi patuh.

Setelah semua acara selesai, Symponi dan Diva menuju kamar mereka dan beristirahat. Seperti janjinya tadi, Diva memijit kaki Symponi hingga sang istri itu tertidur pulas.

Dengan perlahan Diva melepaskan pijitannya pada kaki Symponi lalu ikut tidur di sampingnya dengan wajah yang saling berhadapan. Tampak wajah lelah Symponi yang terlukis dari kerutan-kerutan kecil wajahnya.

Diva tak menyangka jika akhir cintanya akan berakhir dengan sebuah pernikahan. Dulu saat pertama kali dirinya melihat Symponi, dia langsung menyukai wanita dengan pandangan kosong itu. Tak ada harapan bahwa Symponi akan melabuhkan hatinya pada dirinya. Dia tahu bahwa luka hati Symponi saat itu sangat dalam dan harapannya untuk memilikinya sangat tipis. Tapi sekarang, wanita ini berada di sampingnya. Menyambut cintanya dan mau menghabiskan sisa hidup bersamanya.

"Terimakasih, sayang. Kamu sudah memberikanku kesempatan untuk bisa membahagiakan kamu" bisiknya.

Tangan Diva mengelus lembut pipi Symponi yang tertidur nyenyak.

"Kamu cantik banget malam ini. Rasanya aku masih nggak percaya bisa mendapatkan hati kamu"

"Masa sih?" Jawab Symponi tiba-tiba.

Diva tersentak, "loh, kamu ko bangun lagi, yank?"

Symponi tertawa kecil, "tadinya sih tapi pas denger suara suami aku yang ganteng ini muji-muji istrinya jadi kebangun deh. Apalagi ada yang ngelus-ngelus pipi aku"

Diva menggaruk tengkuknya, "jadi, kamu denger semua yang aku ucapin tadi?"

Symponi pun mengangguk cepat.

"Semuanya?"

Symponi mengangguk lagi.

Diva menyapu wajahnya.

"Kamu malu?" Symponi tertawa kencang. "Kamu lucu banget sih, sayang"

Diva menatap Symponi dengan wajah memerah.

"Kalau mau muji istrinya itu jangan diam-diam gitu dong, kasih tau aja langsung" ucap Symponi sambil mengelua rahang Diva.

"Sorry ya. Bukannya nggak mau tapi aku takut kamu pikir aku gombalin kamu"

Symponi mengulum tawanya. Dia bangun dari posisinya lalu masuk ke dalam pelukan Diva yang hangat.

"Kamu bukan laki-laki gombal ko. Kamu sudah buktikan semua kata-kata kamu" Symponi mendongak dan menatap mata Diva yang juga menatapnya. "Kamu benar-benar yang terbaik, sayang" bisik Symponi manja.

Selanjutnya...
.
.
.

Selanjutnya terserah mereka..wkwk

Okeeee.... akhirnya sampai juga pada part ini yaa. Tinggal satu part lagii Symponi akan selesai loh! Siap2 ucapkan selamat tinggal pada pasangan ini ^^

Banjarbaru, 20 Juni 18

Symponi (SELESAI)Where stories live. Discover now