8

33 3 0
                                    

* Casa Houston *

Ray tiba di depan gerbang rumah Rain. Gerbang yang selalu tertutup dan di buka jika orang-orang yang dikenal oleh keluarga Rain saja.

Security rumah Rain berlari untuk membukakan gerbang agar Ray bisa masuk.

"Selamat pagi tuan" sapa pak Agung dengan ramah aka security rumah Rain.
"Pagi juga pak" Ray menyapa balik kepada pak Agung.
"Tuan di tunggu sama non Rain di dalam" ucap pak Agung.
"Ohh iya pak. Kalau begitu, saya langsung masuk yaa pak" balas Ray sambil memarkirkan motornya dan kemudian berjalan masuk ke rumah Rain.

Ray terus melangkahkan kakinya. Saat dia tiba di depan pintu masuk, dia melihat Rain yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Ray melihat mimik wajah Rain yang terlihat seperti orang yang terkejut.

Rain berlari menghampiri Ray yang masih berdiri di ambang pintu masuk.

Saat sudah tepat berhadapan dengan Ray, Rain langsung memeluk Ray. Dan Ray pun membalas pelukan Rain.

Ray tau, jika apa yang dia lakukan kemarin tak seharusnya terjadi. Dia seharusnya mengingat pesan yang selalu Rain ucapkan.

"R... Rain... maaf" ucap Ray penuh penyesalan.

Rain tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Ray tau, pasti sekarang Rain sedang menangis di dalam pelukannya.
Ray masih setia memeluk Rain. Ray mengelus pelan rambut Rain yang panjang yang sedang digerai.
Ray tau, kali ini dia benar-benar salah. Dia sudah mementingkan ego nya sendiri dan mengakibatkan Rain menangis akibat ulahnya.

"Rain... udah jangan nangis. Gw gak mau lu nangis. Gw gak apa-apa ko" ucap Ray dengan suara pelan.
"Gimana lu gak apa-apa? Muka lu itu babak belur. Dan gimana caranya gw gak nangis ngeliat lu kaya gini?" ucap Rain dan kemudian dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Ray yang babak belur ini.
"Udah di obatin? Kenapa kemarin gak kasih tau gw sih? Emang ada masalah apa sih lu sama Bryan? Haahh...?" tanya Rain dengan wajah yang sudah basah akibat dia menangis.

Ray memegang kedua pipi Rain. Dia menghapus air mata yang mengalir di wajah cantik Rain setelah itu Ray tersenyum manis.

"Gw bakal jawab pertanyaan lu. Tapi..., gw mau lu janji satu hal sama gw. Mau gak?" ucap Ray.
"Gila...! Disaat kaya gini, gw harus janji sama lu dulu gitu ?" tanya Rain dengan senyum gak percaya dengan Ray.
"Yaa... itu pun kalau lu mau janji sama gw. Kalau gak mau yaa..." balas Ray dengan masih setia mengusap kedua pipi Rain.
"Iya iya... gw mau! Apaan cepat..!" ucap Rain dengan wajah kesalnya.
"Oke oke...! Pertama, lu harus berhenti nangis. Kedua, lu gak boleh marah-marah sama gw selama gw cerita. Ketiga, lu harus peluk gw selama gw lagi cerita sama lu. Deal..?" jelas Ray kepada Rain sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
"Hmm... harus yaa gw meluk lu pas lu lagi cerita sama gw? Jangan-jangan lu pengen modusin gw?" ucap Rain yang masih meragukan Ray.
"Yaeelahh... gw ngapain modusin lu. Mending langsung aja gw bawa lu ke kamar terus ke ranjang" balas Ray tanpa merasa dosa.
"Be to the Go!!! Yaudahh... gw DEAL...!" balas Rain lalu dia berjalan meninggalkan Ray dan duduk di sofa.

Ray berjalan mengikuti langkah Rain dan kemudian duduk disamping Rain. Dia menatap dari samping wajah cantik Rain. Rain sedang berusaha mengusap air matanya dengan tissue agar wajahnya tidak basah lagi. Ray tersenyum senang melihat Rain yang sedang mengkhawatirkan Ray.

Rain menatap Ray yang sedang tersenyum sambil memandangi wajah Rain.

"Beautiful..." ucap Ray sambil tersenyum.
"Who?" tanya Rain.
"You. You're beautiful" balas Ray lalu dia menggenggam kedua tangan Rain.
"Udah gak nangis lagi kan?" tanya Ray.
"I'm stop. So..., tell me now about this" ucap Rain sambil menunjuk kearah wajah Ray.
"No before you hug me first. Come and hug me" balas Ray dengan suara manja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LoVe YoU In SiLeNtWhere stories live. Discover now