10

1.5K 130 10
                                    

Shani pov

Hai..  Haii aku shanii..  Walaupun tampang ku adem ayem bukan bearti aku ga pernah buat masalah loh. Yaaa walaupun sahabat sahabatku itu melarangku berbuat onar,  tapi rasa tak adil jika tak ikut bagian dari keonaran mereka.  Betul kan? 

Oke jatah ngomongku cuman dikit,  soalnya author gilanya lebih sukaa naomi yg ngomong.  Author pilih kasih. 

Aku membuat janji dengan salah satu sahabat ka ve.  Ya kami cukup dekat apalagi setelah kasus lidya.  Komunikasi kami terjakkn.  Cukup sulit mendekatinya mengingat doi tak banyak bicara tapi aku bisa sedikit menaklukan doi.  Siapa sih yang gakan jatuh kepelukkan seorang shani indira.

"kita kemana lagi? " tanya saat kami berada di sebuah resto. "kamu mau pulang?" aku menggeleng. "terus gimana? " aku mengangkat bahu entah apa yang harus aku lakukan karena selama ini aku lebih sering tinggal di tempat lidya.

"ke apartemantku? " sarannya membuatku mengangguk cepat.

"sekarang yu? " ajakku.  Entah mengapa aku menjadi terburu buru, seakan disana ingin melakukan sesuatu.  Aaahh jangan dibayangin aku kan jadi maluu.

Bergegas kami menuju kediaman pribadinya. Dan secara gamblang viny mengajakku langsung ke ruangan pribadi.

Oh my god? Kamar guyss?  Kita mauuuu...  Aahhh jadi pengeenn...

Tanpa tahu malu aku langsung berbaring di tempat tidurnya.

"kamu cape? " aku mengangguk menampangkan tampang manjaku.  "aku mandi dulu yaa?  Nanti aku temenin.

Sepeninggalannya aku memperhatikan kamarnya.  Melihat langit langit yang entah mengapa merasa teduh sampai kantuk menjalar membuatku tertidur.

"nghh." aku menggeliat merasa terusik.

"aku ganggu y." ucapnya yang sedari tadi memainkan rambutku.

Aku menggeleng.  "jam berapa? " tanyaku parau.

"udah malem.  Jam 10. Aku tadi ga teg bangunin kamu.  Kamu nyenyak banget."

"soalnya nyaman banget disini. " ucapkh memeluk viny.  "udah lama ga bobo nyenyak kaya tadi. "

Vinya hanya tersnyum memainkan rambutku. "mau mandi dulu engga?"

"mau sama kamu aja. "

Cup.  Aku mengecup bbirnya sekilas.

Dia kaget atas perlakuanku.

"maaf." harusnya aku tak secepat itu.  Harusnya aku menahan diri.

"gpp."

Mendengar kata gpp aku merasa ada jalan.  Jalan untuk lebih dari ciuman itu.

Aku kembali menempelkan bibirku dengan bibirnya.  Sekarang bukan sekedar kecupan namun lumanatan.  Dia hanya dia tak membalas perlakuan agresifku.  Aku mengalungkan tanganku di lehernya ubtuk memperdalam ciuman kami.

Akhirnya bibirnya mulai visa beradaptasi.  Mulai bermain indah bersama bibirku. Lidah kamipun saling berdansa menari bertautan penuh kasih.

Viny sepertinya mulai panas tangannya sudah gatal dan tak tinggal diam meraba seluruh bagian tubuhku.

"sshh aarghh. " aku mengetang keyika lututnya menekan organ intimku.

Viny seketika menjauh dariku.  Aku menatapnya kecewa.

"ma.. Maaf aa.. Aku ga bermaksud melakukannya.  A.. Aku ga ingin merusak kaa..kamu." ucapnya gugup dan aku dapat melihat raut penyesalan.

"aku udah ga virgin." ucapku. Dan kini aku dapat membaca raut wajah kecewa.

kitaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang