9

1.4K 127 10
                                    

Pikiran Naomi berkecambuk penuh tanya.  Apalagi melihat anak kecil yang bersama michele. Tentunya ada rasa penasaran dalam dirinya ingin mengetahui siapa anak kecil itu.  Ditambah lagi sikap Michele yang sangat berbeda jika dibandingkan saat pertama kali bertemu. Kesan jutek,  dingin tak berperikemanusian leyap semua.  Kini tampak sikap michele yang hangat,  santun tentunya terlihat keibuan.

"what? Keibuan? Jangan jangan anak itu anak tuh cewe lagii?" pikir naomi. "oh god,  malang banget nasib sohib gue,  baru jatuh cinta langsung patah hati secara bersamaan."

"amaaa cucuuu amaaa cucu." rengek zara manja.

"bentar zara sayang,  ama lagi ada tamuu..  Tuh liat ada onty ve." michele menggendong zara menenangkannya.

"maaf ya ve,  zara lagi sedikit rewel.  Tadi pagi dia agak demam.  Tapi dia maksa masuk sekolah lagi." terang michele.

"gpp le, nyantai ajaa. Lagian kita lagi ga buru buru juga."

Michele akhirnya meminta izin untuk mengurus zara lebih dulu. Setelah 20 menit michele kembali.

"maaf ya." ucap michele membenarkan kemejanya yang berantakkan.

Naomi memperhatikan kemeja michele. Terutama pada bagian dadanya yang basah.

"basah? Abis menyusui? " pikir naomi.  "what? "

Ve melirik ke arah naomi, dengan maksud agar naomi segera mengungkapkan maksud kedatangannya. Namun naomi masih diam menatap dada michele. Ve menuju arah padang naomi.

"dasar mesum.  Siapapun dipandangi."

Tanpa babibu ve mencubit perut Naomi.

"arghhh.  Sakit." naomi terlonjak bangun. "apaan sih. " protes naomi.

"kamu itu liat apaan?" ve berbicara menggerakkan bibir tanpa suara.

"aku cuman liatin su..... " naomi terhenti ketika menangkap dua pasang mata yang menangkapnya geram.

Naomi kembali duduk.  Bersikap seolah tak terjadi apapun.

"Gue dateng kesini,  mau lo bertanggungjawab atas perbuatan lo sama sahabat gue. Temen gue hampir mati gara gara Lo,  dan sekarang dia ga bisa jalan normal.  Semua itu karna lo. " ucap naomi tegas dan terkesan menantang.

"pertandingan itu ada perjanjiannya.  Dia pasti tau konsekuensinya, jadi aku ga perlu bertanggung jawab dalam bentuk apapun.  Itu isi perjanjiannya." jawab michele santai.

"okey lupakan pertanggungjawaban itu.  Setidaknya gue mau lo minta maaf ke temen gue.  Lo minta maaf dengan kesalahn lo itu."

"kesalahanku? " michele tersenyum menyepelekan.  "jelas itu kesalahnnya masuk kedalam ring tanpa melawanku."jelas michele.

Naomi berdiri menatap michele geram.

"pintu keluar ada sebelah sana.  Kalian bisa keluar sekarang juga.  Anakku sedang sakit,  suaramu itu hanya akan membuat anakku terganggu. " ucap michele pergi begitu saja.

"hehh..  Loo bitch kemarii lo lawan guee. Gue ga takuut sama lo. " naomi berteriak. "gue laporin lo ke polisi. "

Ve segera menarik naomi keluar dan membawa naomi ke rumah ve.

Naomi tak henti berbicara menghardik michel sepanjang perjalanan. Ve memilih diam walaupun telinganya sudah jengah mendengar hardikan itu.

Naomi masuk ke dalam kamar ve terlebih dahulu.  Tidur di ranjang seolah kamarnya.

"tuh cewe nyebelin banget. Arogan." kesal naomi.

"emang situ enggak? " ucap ve dihati.

kitaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang