[4] Third person's point of view - Another Comes

Start from the beginning
                                        

Ohno-san diam dan berjalan ke arah lain. Ia berdiri di dekat Sho. "Sakurai-san, kau bukan mahasiswa sini bukan? Ada apa kau pergi ke kampus ini?" tanya Ohno-san. "Saya ke sini menemui sahabat saya yang sedang ada kuliah. Ren." Kata Sho singkat. "Saya memilih pergi ke perpustakaan karena saya tau, di kampus ini adalah koleksi buku tentang hukum terbanyak se-Tokyo. Dan saat itu saya bertemu dengan Aiba-san yang sedang mengobrol bersama Kitagawa-san. Saya sempat menyapa Aiba-san lalu tak lama saya meninggalkan mereka berdua lagi, dan saya mulai berkeliling melihat koleksi buku di perpustakaan." Jelas Sho. Sesekali Sho melirik kearah Aiba-san mencari tau keadaan Aiba-san setelah kejadian yang membuat seisi kampus syok berat.

"Iya, saya bertemu dengan Sakurai-san di perpustakaan. Sakurai-san bertanya pada saya yang sedang bersama Kitawaga-sensei tentang Sawada-san. Ia bertanya apa Sawada-san ada di perpusakaan, karena saya ada di perpustakaan. Saya dan sawada-san teman sekelas di matakuliah Yoshida-sensei." Kata Aiba-san suaranya agak sedikit bergetar katena syoknya. "setelah Sakurai-san pergi dan berkeliling perpustakaan, kejadian itu tiba-tiba teradi begitu saja." Lanjutnya.

Ohno-san masih terdiam, terlihat berfikir dengan keras apa korelasi semua cerita. "Yoshida-sensei tertembak di kepala sewaktu mengajar di kelas. Seketika semua orang panik dan meninggalkan ruangan kelas. Yang tersisa hanya Saya dan Nobuko. Tak lama saya dan Nobuko keluar dari kelas lalu dari belakang kami ada seseorang yang berteriak kalau Rektor Sanju Toru tertembak juga, lalu Nobuko berlari ke ruang rektor, taklama Nobuko pingsan." Jelas Ren sambil melihat ke arah Ohno-san.

Suasana di ruangan masih terasa dingin, terdengar beberapa orang diluar ruangan berteriak histeris karena kejadian ini. "Saya rasa tinggal saya yang belum memberikan keterangan." Kata Takasugi-sensei sambil melihat jam sakunya. "Saya berada di satu ruangan yang sama dengan Murakami Singo-sensei di ruangan Dosen, ia sempat bertanya tentang bukunya yang hilang. Dia tetap mencari buku itu hingga akhirnya suara letusan itu muncul. Murakami-sensei pun sudah terkapar di lantai."

Ohno-san masih dan mencari korelasi atas semua yang terjadi. "Berapa kali letusan senapan yang kalian dengar?" tanya Ohno-san. "Satu kali." Kata Takasugi-sensei. Yang lain hanya menatap Ohno-san dan mengangguk perlahan, seakan berkata –ya, kami hanya mendengar 1 kali letusan senapan. Tak lama setelah keheningan itu terjadi, seseorang mengetuk pintu ruangan dan datang menghampiri Ohno-san. "Ada laporan apa kali ini Ninomiya-san?" kata Ohno-san pada seseorang yang berseragam tim forensik. "Jenazah sudah kami evakuasi dan kami keluarkan peluru yang ada pada mereka. Ini peluru yang kami temukan." Kata Ninomiya-san menunjukan peluru yang sudah di bungkus dengan rapi di pelastik khusus. Ohno-san terlihat sangat terkejut dengan apa yang ia temukan sekarang. Semua peluru memiliki ukiran dan ukiran itu menuliskan nama korban. Ohno-san masih terlihat sangat bingung. Sho-san mencari tahu apa yang ditemukan oleh Ohno-san hingga membuat ia terdiam. Sho menghampiri Ohno-san tepat dibelakang Ohno-san. Sho mengerutkan dahinya ketika melihat apa yang sedang dipegang oleh Ohno-san. "Tidak seharusnya kau ada di belakangku." Kata Ohno-san pada Sho tanpa melihatnya. Sho hanya berbalik dan kembali ketempatnya. "Kau mau tahan kami berapa lama disini? Kami disini hanya saksi bukan?" kata Matsumoto-san dari bangku belakang. Ia menumpangkan kaki kanannya kekaki kirinya. Raut wajahnya menunjukan rasa tidaknyaman berada di ruangan itu.

"Baiklah, terima kasih atas keterangan dari Anda semua. Ketika Anda dimintai keterangan lebih lanjut dimohon untuk berkoordinasi dengan pihak kami dengan baik." Kata Ohno-san sambil mempersilahkan para saksi untuk keluar dari ruangan. Satu persatu semua saksi keluar, terakhir Matsumoto-san. "Saya mohon dengan sangat kepada Bapak Detektif, untuk tidak mengaitkan jabatan kakak saya dengan masalah ini. Saya disini bukan adik dari atasan anda, tapi saya adalah mahasiswa di kampus ini." Kata Matsumoto-san sambil menatap mata Ohno-san.

Tak lama mereka keluar melewati sebuah lorong kosong yang tidak dijaga oleh polisi, Takasugi-sensei sudah tidak terlihat lagi bersama mereka, yang ada hanya Ren, Sho, dan Matsumoto-san. Derap langkah kaki bertempo cepat terdengan sepanjang lorong. Taklama Sho dan Ren berbalik melihat apa yang datang mendekati mereka. "Nobuko!" kata Ren, raut wajah Ren cukup terlihat terkejut melihat Nobuko yang tadinya pingsan sudah memaksakan untuk berlari mengejar mereka. Nobuko berlari melewati Sho dan Ren ia menabrakkan diri ke punggung Matsumoto-san. Matsumoto-san terjatuh, Nobuko menarik kerah baju yang dipakai oleh Matsumoto-san. "Kau yang membunuh Ayahku!!" kata Nobuko dengan nada yang tinggi, ia terlihat sangat marah. Ren berlari menghampiri Nobuko dan Sho melerai mereka berdua. "Kau kan yang menyuruh pembunuh bayaran untuk membunuh Ayahku karena aksi demomu tidak ditanggapi oleh pihak kampus yang dipimpin oleh ayahku!" kata Nobuko. "Apa-apaan ini?" kata Ren. Wajah Matsumoto-san kembali sinis, "Aku sudah memberikan keterangan pada polisi bahwa bukan aku pelakunya. Jelas?" katanya singkat. "Matsumoto-san benar, Nobuko. Dia sudah memberikan keterangannya pada polisi." Kata Ren menjelaskan sambil menahan Nobuko yang tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Dengan satu hentakan tangan Matsumoto-san melepaskan lengan Nobuko yang memegang kerahnya. Ia membenarkan kerah bajunya yang kusut. "Aku tidak punya waktu menanggapi kalian." Gumamnya sambil berbalik menjauh dari Nobuko, Ren dan Sho. Nobuko masih sangat terpukul ia menangis memeluk Ren. "Lebih baik kau beristirahat, nona." Kata Sho pada Nobuko. Sho dan Ren membantu Nobuko, memapahnya ke luar gedung unutuk memberikan udara yang lebih menyegarkan dari pada di dalam gedung yang suasananya tidak mengenakan.

Matsumoto-san berjalan melewati beberapa kerumunan yang ada di sekeliling kampus. Orang-orang melihat Matsumoto-san dengan tatapan dingin seakan menuduh bahwa ia yang ada di belakang kejadian yang terjadi kali ini. Matsumoto-san hanya bergumam menanggapi semua tatapan men-judge yang ditujukan padanya. "Ya, pasti semuanya menuduhku yang melakukannya. Sudah tidak heran." Gumamnya. Seorang perpempuan menghampirinya dengan terburu-buru. "J, ini handycam-mu." Dengan singkat ia hanya memberikan handycam itu lalu bergegas pergi tidak mengatakan apa-apa lagi. Matsumoto-san hanya menanggapi dengan wajahnya yang tetap dingin.

RANDOMWhere stories live. Discover now