[4] Third person's point of view - Another Comes

Start from the beginning
                                        

"oh, God. Bosan." Gumamnya perlahan. Nobuko menoleh sejenak melihat kearah Ren yang sedang menyentuh keypad Laptopnya satu persatu. Tak lama layar laptop muncul notification email. Ren mengklik tombol read.

From : sho.sakurai25

"Hei! Belajar yang benar jangan memandangi jendela terus seperti kebiasaanmu sewaktu SMA dulu. Hahaha.. Aku ada di Perpustakaan kampusmu. Kalau sudah kesini ya! Aku melihat Aiba-san disini, dia tidak ikut kelasmu? Aku tunggu kesini cepat ya."

Ren menengok ke sekeliling kelas, "Aiba-san tidak masuk kelas? Tumben sekali?" katanya dalam hati.

***

11.20, Senin

Tokyo University

Keheningan sebenarnya tidak bisa sepenuhnya bisa terasa di Kampus ini. Beberapa orang berlalu lalang di sekeliling kampus. Para demonstran pun masih beraksi di depan kampus, mereka tidak menyerah walaupun para petinggi kampus tidak ada yang bereaksi. Lelaki ber-sweater biru yang sebelumnya duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari sana sudah tidak terlihat lagi. Ia terlihat berjalan kearah dalam kampus dan menyapa beberapa orang yang berjalan didepannya.

"Matsu!" kata seorang mahasiswi yang memanggilnya dari arah belakang. "Kau mau kemana? Kau bilang kau mau mengawasi." Lanjutnya. Matsumoto tersenyum menanggapi pertanyaan dari perempuan itu. "Nanti aku kembali lagi. Aku mau ke sekeretariatan dulu sebentar aku mau mengambil handycam" katanya sambil berjalan menjauh dari perempuan itu. "Untuk apa kau mau membawa handycam, J?" tanya perempuan itu, dari panggilannya pada ia terdengar sudah sangat akrab dengan lelaki itu, J untuk Jun dari Matsumoto Jun. "Takan pernah aku meewatkan hal yang akan terjadi selanjutnya." Kata Matsumoto-san sambil berpaling dan berjalan mejauhi perempuan itu.

Matsumoto berjalan cepat dan bergegas kembali ke tempat ia semula duduk. Ia mulai memasang handycam di hadapannya dan mendokumentasikan apa yang ada di hadapannya, keramaian dan mahasiswa yang berdemo menuntut keadian. Dalam benaknya masih sangat yakin cara pengancaman seperti ini akan membuat para petinggi terusik. Ia tidak pernah menyadari kalau para petinggi kampus itu telah sepakat untuk tidak akan bereaksi apa-apa.


11.30, Senin

"DOOORRRRR!!!"

Suara senapan terdengar sangat keras di kampus itu. Teriakan dari beberapa orang terdengar kemudian. Beberapa orang panik berlarian keluar dari gedung kampus. Mahasiswa yang sedang berdemo pun terhenti hingga berjongkok di tepat mereka berdiri mendengar suara senapan yang sangat keras terdengar.

Matsumoto-san memalingkan wajahnya menoleh kearah lain dari seluruk keliling kampus. Ia membawa handycam di tangannya, berlari ke dalam gedung kampus. Berdesakan dengan orang-orang berebut untuk keluar dari dalam gedung, Matsumoto-san tetap menerjang arah lari orang-orang di dalam gedung. Taklama menerjang arah orang-orang, di lorong kampus, ia terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Sesosok raga yang tidak bernyawa tergeletak di atas lantai dibanjiri darah yang mengalir dari kepalanya, Kagara-sensei. Matsumoto-san mencoba menengok ke sekelilingnya mencoba mencari siapa yang melakukan ini. Pasti ada di dekat sini, itu yang ada di benaknya.

***

Ren masih melihat dari jauh seseorang yang tergeletak di depan kelas. Nobuko terlihat sangat panik namun ia terlalu takut untuk berlari bersama orang-orang yang ada didalam kelas keluar gedung. Ren masih sangat tidak percaya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Yoshida-sensei tergeletak tak berdaya di depan kelas setelah terdengar suara letusan senapan yang sangat dekat dan keras di kelasnya. Pupil mata Ren membesar melihat apa yang ada di depannya, namun badannya beku, bahkan ia tak bisa bergerak dari tempatnya berdiri. Beberapa detik setelah ia merasa badannya tak bisa bergerak sama sekali, ia melihat ke arah jendela. Ren menghampiri badan yang sudah tidak bernyawa itu. Ia melihat sebuah sumber darah yang keluar dari kepala Yoshida-sensei, tepat di pelipis kiri kepala Yoshida-sensei. Reflek ia melihat kearah jendela yang tepat di arah luka itu ada. Ia menghampiri sebuah lubang yang ditembus peluru yang juga menembus pelipis Yoshida-sensei. Ia kembali ke Yoshida-sensei yang sudah tergeletak penuh darah, ia memegang nadi di tangannya dan mencoba mencari detak jantung yang masih tersisa di tubuh pria setengah baya itu. Namun, sayangnya tak ada detak nadi sedikitpun yang dapat ia rasakan di badan itu.

RANDOMWhere stories live. Discover now