6

280 27 12
                                    

"Arin... liat aku sayang, hei" lembut suara Reta semakin membuat Arin malu.
"Sayang.. ciyee, masih malu. Malu ya ketahuan lagi mikir mesum tadi dan mesumnya sama aku, sampai merem-merem gitu ya. Desahan kamu sampai ke kamar, bikin aku bangun dari tidur tahu gak" Areta mengusap lembut punggung tangan Arin.
"Reta ihh.. genit" Arin cemberut, menutupi rasa malunya.
"Apa sayang, apah hem? Bibirnya gemesin, pengen aku gigitin" Areta berkata jujur. Bibir Arin menggoda membangkitkan birahinya kembali.

Arin tersenyum malu-malu, mengambil kesempatan lebih dahulu. Menempelkan kembali bibir mungilnya di bibir Areta. Tanpa ada pergerakan, menempel saja. Areta perlahan membuka bibirnya, membiarkan bibir bawah Arin masuk disela bibirnya. Menunggu naluri liar Arin bangkit untuk melahap bibirnya. Areta tersenyum menang daladalam hatinya, bibir lembut itu bergerak. Walaupun masih sangat pelan dan malu-malu. Areta mendesah dalam ciuman, Arin tentu terbuai. Suara desahan yang sangat merdu, panas, menggodanya.

Ketukan pintu sejenak menghentikan kegiatan mereka. Areta mendengus sebal, siapa pula malam begini bertamu, ia hendak bangkit. Namun Arin menahannya, menarik kembali Reta dalam pelukannya. Dengan senyuman manis yang menggoda, Arin membelai pipi Areta. Areta memicing heran, namun ia membalas senyum mesum gadis itu.

'Arin, bisa jadi nakal juga ternyata? Sial, aku bisa lepas kontrol ini ' batin Areta gemas.

"Jangan dibuka Reta. Paling abang sama Aron. Aku mau kamu peluk aku aja, gak boleh kemana-mana"
"Manjanya Arin. Ya udah Reta peluk Arin aja. Kamu suka aku kan?"

Arin gelagapan mendengar pertanyaan Areta. Lalu memasang senyum gaguk.

"Ahh, kamu gak suka aku. Kamu sukaaaaaaaaaa sekali sama aku, iya kan? Hahaha"
"Ihhh Reta mulai jadi orang yang super PeDe. Reta yang suka Arin, kan?"
"Iya. Reta suka Arin" Areta menjawabnya tegas.

Raut wajah Arin, memerah. Malu-malu tapi suka. Areta menatapnya dengan senyuman super manis. Arin dibuatnya melayang oleh senyuman itu. Areta merubah posisinya, memiringkan tubuhnya, menghadap tubuh Arin. Lalu, Areta berpindah kembali, memposisikan tubuhnya tepat di atas Arin. Dengan kedua tangan yang dipakai untuk tumpuannya. Jantung keduanya berdetak cepat, nafas keduanya semakin tak beraturan. Areta tersadar, Arin memang manis. Arin, dengan raut muka teduh yang menggemaskan membuat dirinya selalu merasakan gejolak cinta di dadanya. Sejak pertama melihat gadis itu, ia akui, sejak saat itu ia suka. Sikap teledor dan polos itu membuatnya tersenyum sepanjang waktu, saat dirinya sedang sendiri pun, senyumnya selalu mengembang kala raut wajah Arin saat tertawa lebar menghiasi ingatannya.

Arin menempatkan telapak tangannya di wajah Reta. Pelan, menuruni wajah itu dengan jari-jari yang terasa menggelitik di kulit Reta. Saat salah satu jari itu sampai di bibirnya yang sedikit terbuka, Reta menggigit lembut jari itu. Arin memerah, pandangannya berkabut. Dirasakanya lembut pagutan bibir itu dijarinya. Nafasnya tersengal kali ini, saat Areta mengulumnya. Lembut sekali, bibir, lidah, hangat. Arin kehilangan sadarnya, ini menyesakan dada, namun begitu menggairahkan, dan menggelitik semua anggota tubuhnya.

"Aaaah.. haaah... aaahh" Arin terus mendesah.

Areta menatap lekat wajah itu, merekamnya di memori ingatan. Sensual, Arin benar-benar seksi sekarang ini. Perlahan, Areta mulai bisa mengontrol dirinya, ia menghentikan kulumannya. Arin menarik jarinya, rasa geli masih menyerangnya. Dibawah, luar biasa berkedut. Arin tak tahu, ini apa? Yang ia tahu, ia sangat menginginkan Areta menyentuhnya. Namun Areta masih diam saja, menatap lekat kedalam matanya. Areta tanpa ekspresi, membuat Arin dilanda rasa bingung.

"A-areta. Kenapa?" Tanyanya memastikan.

Areta tersenyum, lalu menggeleng. Memberikan tanda bahwa ini tidak apa-apa.

"Reta"
"Iya sayang"
"Emm.. a aku, aa aaku jelek, ya?"
"Kamu seksi"
"Ta tapi, tapi kamu kenapa diam?"
"Aku, baru mengagumi manusia indah dan paling seksi di dunia. Aku, takut menyakitimu, Arin. Kamu keganggu sama apa yang aku lakuin tadi?"
"Gaak!!! Aku suka Reta, aku suka" Arin menggebu, mengoreksi perkataan Reta.
"Kamu kepana? Hahaha.. Memang Arin mau Reta apain?" Ucap Reta menggodanya.
"Ap-apa aja, asal Reta suka"
"Apa aja? Yang bener?" Reta makin suka menggoda gadis itu.
"Apa aja. Aku mau apa aja, Reta"
"Kamu lucu.. Arin, ayo hidup bareng. Kamu mau? Kita bisa lakukan apapun, seperti katamu. Apapun, tanpa ada waktu yang misahin kita, tanpa ada orang yang mengganggu kita. A-pa-pun"

About You (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang