7

2.3K 218 3
                                    

"Kuy pulang!" ajak Somi.

"Kuy lahh!"

Disaat mereka udah ada di depan pintu, ada seseorang yang manggil.

"Heh!! Itu bersepuluh mau kemana, ha?!" tunjuk dia kepada mereka.

"Pulang," jawab Reya polos.

"Gak gak gakk!! Entaran aja pulangnya!" suruh dia.

"Emang ada apaan, sih?" heran Seonho.

"Gue gak sengaja ngancurin hiasan ruang guru dari yang dari origami, sebagai hukumannya, gue di suruh buat 200 burung dari origami. Huhuhuuu, bantuin gue yaa... itu cuman ada Nancy, Hyungseob, Felix, Sohye, Hyunjin, Minho, sama Jeongin yang bantu, itu pun gue yang maksa, ayolaahhhh bantuin yaaa...." harap dia.

"Sorry, gue sibuk" alibi Muel.

"Wahh!! Maaf nih pak, saya harus pulang cepat," alibi Lami.

"Saya juga, pak" Somi, Herin, Lele, dan Daehwi ikutan juga.

"Sorry, tadi emak gue nelpon katanya minta temenin belanja" Jisung, Seonho, dan Guanlin.

"Maaf nih bapak ketua tersayang, tercinta,,, gue harus balik cepet kata bang Mark, hehehee" alibi Reya sambil cengengesan gaje. Dan mereka langsung lari dari amukan Sanha.

"Jahadd lo semwahh yaaa!!! Yakali emak, tugas, sama abang lo barengan gitu nyuruhnyaa!! Arghh!! gimana gue inii?" teriak Sanha frustasi.

Mereka terus lari sampai di lapangan, mereka tertawa puas, sampai salah satu dari mereka nabrak orang, untungnya gak jatuh, karena dia ditahan oleh orang yang ditabrak//ngomong apa sih? Tapi ngerti kan yaa:v//

Brukk!

"Eh, Reya? Gapapa, kan?" tanya orang itu.

"Gapapa, kak. Makasih udah nahan, hehehee"

"Iya, sama-sama"

"Kak Jihoon mau kemana? Kok buru-buru banget?"

"Mau pulang ini,"

"Abang?"

"Ada di belakang,"

"Oh,"

Ctak!

"Makannya kalau lari liat-liat," ujar Guanlin setelah jitak Reya.

"Apa sih, Lin?" Reya mincingin mata ke Guanlin. "Orang kak Jihoon aja gak masalah ya kan, kak?"

Jihoon gak balas, dia cuman senyum abis itu ngacak-acak lembut rambut Reya. "Kakak duluan yaa. Dah," ucap dia sambil berlalu pergi.

"Dah kak," jawab mereka.

"Reyy!!"

"Abang? Ayo pulang!"

"Ayo. Guys, gue duluan,"

"Oke bang,"

"Okok,"

"Duluan ya semuaa," pamit Reya.

"Sip, Rey."

Mark, dan Reya berlalu dari sana. Mereka jalan ke arah parkiran, lalu masuk ke mobil. Di perjalanan, keadaan di mobil hening, Mark lagi fokus sama nyetirnya, Reya lagi ngelamun. Mark gak tahan karena suasananya hening. Biasanya, Reya selalu cerita sama apa yang dialami di kelas.

Reya POV

"Dek, kenapa?"

"Ha? Gapapa," jawab gue sambil tersenyum tipis.

"Kok ngelamun?"

"Siapa yang ngelamun? Abang sok tau, hih!" Bang Mark malah ngekekeh.

"Reya gak galau gitu? Gak nangis gitu?" tanya dia iseng.

"Ngapain? Rey udah capek nangisin dia, tadi udah nangis lama ditemenin Guanlin,"

"Back ke Rey yang dulu, okay?"

"Can you help me?"

"Sure, dear" jawab dia sambil ngerapiin rambut gue.

"But, I'm afraid"

"Why?"

"Kamu takut gak bisa ngelakuinnya, hm?" lanjut dia.

"Iya," gue nunduk.

"Kan tadi abang bilang, kalau abang bakalan bantu kamu, sayang. Abang yakin, kalau temen-temen Rey pasti juga ikutan bantuin. So, Rey harus berusaha oke! Promise?" dia nyodorin jari kelingkingnya ke depan gue.

Gue noleh ke bang Mark yang lagi sibuk nyetir, dia senyum meyakinkan. "Okay, promise!" gue ketawa sambil ngaitkan jari kelingking gue ke jari kelingking bang Mark.

"Mau jalan?" tawar dia.

"Nggak, Rey lagi capek"

"Oke,"

Gak lama, kita udah nyampek di rumah. "Bang, Rey ke kamar dulu yaa,"

"Oke, jangan nangis sendiri. Ada abang di sini."

"Ihh, iya-iya!"

Gue masuk ke kamar, mandi, ganti baju, terus sholat dzuhur. Abis itu, gue jalan ke arah balkon, gue ngelamun lagi, dan lagi. Mau nangis? Udah capek.

Gue selalu mikir, apa gue udah gak pantes sama kak Jaemin? Apa gue childish banget ke dia? Hah, udah lah! Capek kalau mikirin itu semua.

Gue liat balkon sebrang, itu balkon kamarnya kak Jaemin. Yap, gue sama kak Jaemin itu tetanggaan. Kalau malam, kita suka liat bintang bareng-bareng dari balkon masing-masing.

"Adekk?" Bang Mark manggil.

Gue jalan ke luar kamar, "kenapa, bang?"

"Makan dulu! Abang baru aja delivery,"

Gue ngerasa bersalah sama bang Mark, biasanya kalau gak ada bang Johnny itu ya gue yang masak. Tapi, gue tadi sibuk mikirin hal yang gak penting, gue jadi lupa buat masakin abang gue. "Maaf, bang" ucap gue sambil nunduk.

"Ha? Maaf untuk apa?" dia yang mau masukin sepotong pizza sampai gak jadi gara-gara gue ngomong, padahal udah buka mulut itu.

"Gak masakin abang, kan bang Johnny gak pulang, biasanya yang masak Reya, sekarang malah bang Mark delivery,"

"Ya Allah, Rey. Abang kira kenapa, udah gapapa, abang lagi ngerti kok," jawab dia sambil ketawa.

"Sini abang suapin, aaaaa!!!" Gue nerima suapan dia, sambil ketawa-tawa bareng.

Lumayan lama kita bercanda tadi, biasanya tuh kita suka berantem sampek buat bang Johnny ngomel-ngomel seharian.

"Sholat gih, udah waktu Ashar." suruh dia.

"Oke. Bang Mark gak sholat apa? Rey aduin ke bunda sama ayah, kalau abang gak sholat!" ancem gue.

"Ish! Balik lagi nyebelinnya," cibir dia.

"Udah kamu wudhu dulu sana, abang mau duduk bentar. Abis wudhu, turun ke Musholla kita sholat jama'ah." lanjut dia.

"Abang punya wudhu?"

"Dohhh!! Bawel bangett, ini abang mau wudhu juga." dia kelihatan kesel gitu, karena gue yang banyak tanya. Hihii, bikin dia kesel gapapa kalii:v

"Oh," gue langsung jalan ke kamar, tanpa peduliin ocehannya bang Mark.
Samar-samar sih dia bilang, "untung adek, untung sayang. Salah Mark apa Ya Allah?" dia bilang sambil ngelus dada. Gue ketawa sendiri dengar ocehannya bang Mark.

Huaaa!! Gimana? Udah, pasrah aja dehh😫 vote, comment, dan krisar yaa😂 makasih😊

Rumit - Na Jaemin.Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum