Sidney #2

21.4K 3.5K 86
                                    

"Bima nggak bisa nikah sebelum Sidney nikah, Ma. Bima udah janji sama mendiang ayah buat jagain Sidney sampai nanti ada yang gantiin Bima buat jagain dia," ujar suara berat dengan tegas. Bima, kakak tiri Sidney sedang berhadapan dengan ibunya yang tak lain adalah ibu tiri Sidney. Mereka jelas sedang membahas mengenai Bima yang tak kunjung menikahi tunangannya, Larasati. Sidney bisa maklum. Mereka sudah bertunangan hampir dua tahun lamanya. Wajar jika Laras mulai mempertanyakan hubungan mereka. Atau yang lebih ekstrem lagi, orang tua Laras yang akhirnya mengejar Bima untuk segera membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

"Kamu mau bikin Mama malu setiap ketemu orang tua Laras?" Balas Mama Vera kesal. "Lagian, dengan kamu yang nikah sama Laras, bukan berarti kamu lepas tanggung jawab sama Sidney. Nggak ada bedanya, Bima!"

"Ma, kita udah diskusiin hal ini lebih dari seratus kali. Bima tetap dengan pendapat Bima. Bima nggak bisa ngelanggar janji Bima ke Ayah," balas Bima masih berusaha lembut. Yang dia hadapi adalah ibu kandungnya. Seseorang yang telah memberikannya kesempatan untuk hidup di rahimnya selama sembilan bulan. Mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkannya. Menjaganya seperti malaikat tak bersayap setiap waktu.

Tetapi Mamanya juga nggak ingin mengalah sehingga mereka masih berdebat untuk beberapa waktu ke depan. Melelahkan memang. Tetapi Bima harus membuat sang mama paham.

"Dek." Sebuah tepukan lembut bersarang di pundak Sidney. Netra sewarna kulit pohon jati menatapnya dengan teduh. Dia Rian, adik Bima sekaligus kakak tiri Sidney lainnya. "Udah malem. Lo istirahat gih," pesannya. Rian lalu melihat tumbler kosong yang sedang digenggam Sidney. Memunculkan pemahaman bahwa adiknya sedang kehausan dan berniat mengisi tumbler tersebut sebelum mendengar perdebatan Bima dan Mamanya di dapur.

"Nanti gue yang ngisi dan bawa ke kamar lo." Rian mengambil tumbler itu tanpa mendengar jawaban Sidney. Kemudian dia hanya mengacak rambut adiknya dan memintanya segera naik ke lantai dua. Tempat kamarnya berada.

Menuruti pesan Rian, Sidney mengangguk. Masuk ke dalam kamarnya dan menutupnya cepat. Akhirnya dirinya tahu sebab mengapa Bima masih saja menunda pernikahannya dengan Larasati. Dan itu karena dirinya. Oh Tuhan!

Sidney memang bukan anak kandung Mama Vera. Dia lahir dari istri kedua mendiang papanya. Sang Papa menikahi ibu kandungnya ketika beliau dinas di luar negri. Di Australia lebih tepatnya. Hal ini menjelaskan dari mana nama Sidney berasal.

Mama Vera tidak tahu mengenai pernikahan itu. Dia hanya tahu bahwa suaminya memang sedang bekerja dan hanya bisa pulang ke Jakarta selama beberapa hari dalam satu bulan. Lagi pula, dia memiliki dua anak lelaki yang saat itu sedang dalam fase bandel-bandelnya.

Mama kandung Sidney, bisa dibilang pelakor. Membayangkan hal itu masih membuat bulu kuduk Sidney meremang. Jika saat ini kejadiannya, mamanya pasti bakalan viral di acara perlambean. Drama keluarga tiada akhir bakalan menanti di ujung jalan.

Mungkin, karena pernikahan papa dan mama kandungnya tidak berawal dari hal yang baik, maka mereka pun tidak berakhir seperti dongeng disney yang selalu happily ever after. Mama kandung Sidney bertemu dengan pria lain. Memutuskan untuk meninggalkan papanya dan dirinya yang saat itu berusia dua tahun. Papanya lalu membawanya pulang ke Jakarta. Dan sejak saat itu, Sidney hidup dengan diasuh oleh Mama Vera.

"Bumi memanggil Sidney. Bumi memanggil Sidney!" ujaran seseorang membawa Sidney kembali ke realita. Dia melirik layar monitor di depannya. Menyumpah kesal ketika baru sadar bahwa war yang sejak tadi dia perhatikan telah selesai. Meski party yang Sidney ikuti menang, tetapi dirinya belum merasa puas karena tidak mendapat banyak item dalam game kali ini.

"Lo sakit ya Sid? Tumben-tumbenan nggak fokus gitu," teman main DOTA yang sekaligus teman satu divisinya, Yudha bersuara. Sidney langsung menjawab cepat. Tahu bahwa jika dirinya lama menjawab akan memunculkan praduga bahwa ia memang sakit. Bisa-bisa gamenya bakalan di sabotase anak IT lain dan item yang Sidney kumpulkan ludes tak berbekas.

"Nggak. Emang lo pernah lihat gue sakit?" jawabnya jumawa.

"Lah yang saben bulan rutin bolos gara-gara mens, siapa ya?" kilah Yudha yang dibalas delikan oleh Sidney. Frontal banget ya bilang mens sengaja dikerasin kayak gitu?

Sidney sudah bersiap membalasnya sebelum dirinya ingat bahwa sudah saatnya untuk pulang. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Satu jam lagi dan dia sudah masuk batas malam yang diijinkan untuk perawan ibukota itu memasuki rumahnya. Walau Sidney bertaruh meski dirinya telat, dia tetap bisa masuk sih. Namun itu setelah melewati ceramah panjang dari kedua kakaknya yang sangat menjaganya.

"Eh bayi. Lo mau balik?" tanya Yudha lagi yang dibalas cengiran oleh Sidney.

"Udah malem keleus. Nggak baik anak perawan pulang malem-malem," sanggahnya cepat. Dia segera memasukan peralatan tempurnya ke dalam tas ransel. Jangan bayangkan akan menemukan bermacam jenis make up di sana. Yang ada, segala peralatan elektronik yang memenuhi ransel Sidney. Dia lalu mengambil parka sepanjang lututnya. Memakainya cepat sehingga menutupi jeans dan kemeja kedodoran yang Sidney gunakan. Seragam kebesaran Sidney dikala ngantor memang bukan pakaian resmi. Mereka, khususnya anak-anak divisi IT bebas menggunakan baju apapun asal nyaman dan masih tergolong sopan. Lagian mereka kan ketemunya sama perangkat elektronik, jaringan LAN semacam kabel-kabel, atau khusus bagian Sidney dan Bang Nara, bahasa pemrograman yang kayak teka teki silang.

"Jadi beneran lo masih perawan ya Sid?" kekeh Yudha dengan jemari yang memegangi dagunya. Dia denger selentingan kabar tentang si bayi yang pengen dikawinin. Beritanya jadi viral setelah istirahat siang. Sayangnya Yudha nggak lihat secara live. Gagal deh posting di snapgram.

Sidney merasa kesal dengan fakta yang dianggap lucu oleh anak-anak divisinya. Dia lalu melempar bungkus-bungkus snack yang menjadi teman akrab dikala bekerja kepada Yudha. Membuat pria itu malah tergelak geli.

"Nggak usah mulai resek ya!"

Yudha masih terkekeh. "Tungguin bentar. Gue anter-"

"Sid pulang bareng gue."

Entah sejak kapan dan dari mana, sosok anak divisi IT lainnya mendadak muncul di antara mereka. Lagaknya sudah mirip dengan istilah jika ada dua orang berbeda jenis kelamin bersama, maka sosok ketiga bisa dibilang adalah penjelamaan makhluk halus. Iya. Arga memang mirip setan. Tetapi mungkin setan ganteng yang cool. Sebelas dua belas lah dengan Edward Cullen.

Eh tapi... Sejak kapan hubungan mereka menjadi antar mengantar pulang? Rasa-rasanya, sepanjang eksistensi Edward Cullen jadi Arga Cullen, dia nggak pernah tuh yang modus modus duluan ke Sidney. Apalagi modus sampai mau mengantar pulang.

Apa peletnya Bang Nara salah sasaran, ya?

***

SIDNEY [End]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz