DARI AWAL LAGI

1K 89 28
                                    

"Kemana sih..."

 gerutu Kevin yang sudah 10 menit mencari keberadaan Mila di lapangan parkir yang berada di belakang restoran. Karena penerangan yang minim, susah bagi Kevin menemukan Mila yang mengenakan dress berwarna hitam. Kevin berhenti di depan mobilnya,  napasnya terengah-engah. Bukan hanya karena kelelahan tapi karena jantungnya berdegup sangat kencang. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan Mila, melihat dari caranya berjalan saja sudah tidak benar.

Mila, menahan suara tangisnya dengan membekap mulutnya sendiri. Mabuk membuat dia menjadi sangat sensitif dan emosional. Ia sedang duduk diatas batu dengan telanjang kaki. Sepatu heelsnya tergeletak disampingnya, kakinya menginjak tanah. Matanya terus basah, bahunya berguncang. Tangis yang selama ini hanya dipendam kini tak bisa lagi dibendung. Segala kekecewaan yang Ia rasakan selama 1 tahun lebih terlihat dari tangisnya. Ia masih memegangi mulutnya, malu jika ada yang tau Ia sedang menangis.

"Buat apa nangisin gue?" Suara tersangka penyebab kesedihannya terdengar hanya beberapa langkah dari dirinya berada. Mila membeku, takut memperlihatkan wajahnya yang sudah dirusak air mata. Ia bisa merasakan maskara dan eyeliner sudah melukis pipinya. Suara langkah kaki mendekati dirinya membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Hanya dalam hitungan detik, Kevin sudah berlutut menyeimbangkan posisi mereka. Kevin tepat ada didepannya, hanya menontonnya terisak.

Mila makin terisak sampai sesunggukan, rambutnya lepek karena matanya memproduksi banyak air mata. Anehnya, Kevin hanya diam seakan asyik melihat Mila sengsara. 

"Udah keluar semua keselnya?" Ucap Kevin setelah melihat Mila mulai tenang. Mila masih menunduk mematung.

"Masih tetep cantik, kok." Kevin menarik tangan Mila untuk memintanya berdiri. Mereka lagi ada diruang terbuka dimana hengpong jadul bisa ada dimana-mana. Namun, Mila nampaknya sudah kehabisan tenaga. kakinya pun keram, badannya lemas jadi ketika Kevin berusaha menariknya untuk bangun, Ia malah tergelincir. Kevin dengan sigap membopong tubuh Mila dan dengan cepat membawanya ke dalam mobil. Iya, Kevin membopong tubuh mila seperti di film-film. Inget, di dunia nyata banyak yang seperti itu.

"Se- sep- sepatu aku vin." Kevin kaget mendengar kata 'aku' dari Mila. Semarah apapun, Ia tetap memanggilnya dengan sebutan 'aku' bukan seperti Kevin yang memakai 'gue' untuk terlihat tangguh.

"y-ya? dimana?" 

"ditempat tadi." Mila kini sepenuhnya sadar. Ia sibuk merapikan wajahnya yang diwarnai oleh warna-warna make up yang luntur terkena air matanya. Kevin langsung keluar mobil tanpa mengucap satu katapun begitupun sewaktu Ia kembali membawa sepatu mila.

"terima kasih." Mila dengan bergegas memakai sepatunya lalu membuka pintu mobil kevin. Buru-buru Kevin mengunci pintu mobilnya.

"kamu belum jawab." Mila nampak kebingungan.

"Kenapa nangis?" lembut suara Kevin seperti bisikan cinta ditelinga Mila.

"a- aku" Mila diam untuk beberapa menit tidak melanjutkan kata-katanya. Bukannya Ia tiba-tiba hilang ingatan atau menangis tanpa alasan, tetapi Ia tidak tau harus berkata jujur atau 'play it cool'  terhadap Kevin.

"kamu tanpa aku bahagia kan? how many guys -" 

PLAK! Sebuah tamparan melayang keras dipipi Kevin. Sudah tau kan pasti alasan Mila menamparnya? Ya! Kevin memang bodoh disaat seperti ini. Dia tidak menyadari ketidak sopanan dari kata-katanya. Baru saja berlaku sangat manis dan lembut tapi ketika merasa Mila tidak punya power, Kevin mulai dengan tetek bengek 'playing victim'.

"kamu gak berubah masih aja berpikiran negatif tentang aku. BUKA pintunya!" Kevin hanya menuruti permintaan Mila. Dalam sekejap Mila sudah membanting pintu mobil kevin dengan keras yang menyadarkan dirinya kalau Ia baru saja ditampar Mila.

Kevin kesal tidak mengetahui letak salahnya, Ia mengejar Mila yang sedikit berlari. Dia mendapati tangan Mila yang kini sedang berusaha melepaskan genggaman tangan Kevin.

"Stop Mil, don't make a scene" Mila akhirnya pasrah.

"Aku terima tamparan tadi kalau memang kamu pikir aku salah." Mila tidak percaya dengan apa yang baru Kevin katakan.

"Kamu ngerasa gak salah?" dengan nada tinggi Mila menyerang Kevin yang berusaha membuatnya untuk menurunkan suaranya.

"Balik ke mobil aku, Mil..." Kevin menarik tangan Mila.

"Aku bisa jalan sendiri." sambil melepaskan tangan Kevin yang masih menempel ditangannya.

Kevin mengunci kembali mobilnya, dia tidak akan melepaskan Mila sebelum tau alasan tingkah Mila yang aneh. Kalau bahagia kenapa juga nangis liat dia sama Ghea.

"Sekarang ngomong baik-baik bisa kan?" 

"Lupakan." Ujar Mila dengan nada yang kecil.

"Jadi beban, Mil. Kalau memang berakhir, diakhiri baik-baik."

"Kamu yang ninggalin aku." Akhirnya kata-kata itu terucap dari Mila.

Kevin diam. Meengingat yang lalu-lalu, Mila benar. Dia meninggalkan Mila.

"tapi kamu bahagia kan tanpa aku?" Kevin tidak mau kalah.

"suatu keharusan, Vin." Mila kini berani menatap mata Kevin.

"Buat apa aku mempersulit diriku sendiri? Bahagia tanpa kamu itu suatu keharusan." Kevin mulai sediikit mengerti.

"Setidaknya kamu harus bilang, bukan menghilang. Butuh waktu yang lama untuk aku meyakinkan hatiku kalau kita udahan. Kamu mendapat hati yang baru, tapi hatiku rusak." Mila menangis, lagi.

"Ak- aku minta maaf." Kevin mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. BERJABAT TANGAN?! Lebaran?! Bodoh banget ya Kevin, harusnya meluk lah. Tapi ya namanya juga sama-sama egois, tangan itu dibalas sama Mila dan mereka salaman saling memaafkan.

"Aku egois, Mil. Maaf aku sudah nyakitin kamu. Sekarang kamu tau rasanya aku dulu." Lah?! Baru maafan, Kevin mulai lagi. Mila menggigit bibir bawahnya tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"pendendam." Mila hanya mengucap satu kata dan tersenyum.

"Dijaga baik-baik. Udah kesini loh demi kamu." Mila melanjuti kata-katanya yang membuat Kevin tertegun. kevin sangat ingin menjelaskan kejelasan hubungannya dengan Ghea tapi takut Mila berpikir Kevin mengemis cintanya. Sebenarnya memang iya sih, iya ingin bilang kalau dia sama Ghea gak ada hubungan apa-apa lagi karena dia cuma cintanya sama Mila. Tapi yasudahlah, kevin masih malas untuk drama-drama cinta. Lebih baik diakhiri disini secara baik-baik. 

"No awkwardness, okay?" Sahut Kevin yang diikuti anggukan Mila. 

Sepanjang Malam mereka membahas dua tahun yang hilang tapi dengan batasan apa yang harus teman ketahui. kevin mengantar Mila pulang, mereka sudah mulai cair lagi. 

Sebenarnya yang jadi korban disini siapa ? 

Kevin atau Mila? 

Keduanya menganggap diri mereka korban dari kisah cinta yang tidak jelas, tidak berarah dan ternyata tidak berujung. Keegoisan mereka berdua lah sebenarnya yang membuat semua seperti benang kusut. Kevin menyimpan marah yang ia simpan rapat-rapat sejak era Mischa. Guess what?! Itu belum selesai sewaktu di Bali. Dia masih merasa kalau Mila bersalah telah menyakiti dirinya. Itulah faktor Kevin menyambut Ghea. Ada rasa ingin Mila merasakan hal yang sama Ia rasakan, namun takut Mila akan tersakiti. Jadi Ia pun menghilang karena takut menghadapi Mila. 

Hebat bukan kepribadian laki-laki satu ini? 

Bagaimana dengan Mila? 

Gengsi berperan sangat besar. Karena Kevin menghilang, Ia berusaha membencinya dengan memberi Kevin label sebagai 'douchebag' tanpa meminta penjelasan. jadi cewek jangan mau dingertiin terus lah, usaha juga untuk mengerti. Benar kok apa yang mereka bilang kalau cewek tidak bisa disalahkan. Karena apa? Harga dirilah sebagai wanita. padahal dalam hati masih sepenuhnya berharap ketika Kevin pulang, laki-laki itu kan bertekuk lutut dihadapannya. Ketika tau kenyataannya beda? Ia makin menyalahkan kevin tanpa mau introspeksi diri. Karena bagi Mila, buat apa menyakiti dirinya sendiri dengan menyalahkan dirinya ketika Ia bisa menyalahkan Kevin?


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

2 Years AfterWhere stories live. Discover now