Empat

28 6 0
                                    

JAM-jam seperti ini memang terasa menyebalkan,mengantuk,lapar dan hal-hal lain yang membuat perempuan bernama Rigel Anatasya ingin keluar dari kelas yang membosankan itu.Ia melirik ke arah inggo,teman sebangkunya.Seorang sie kedisiplinan itu ternyata sedang tertidur pulas dengan tangan yang dibuat bantal,padahal dia yang menulis peraturan tidak boleh tidur di dalam kelas.Rigel mengambil nafas panjang,mengamati wajah lemas inggo,barang kali ia bisa tidur juga.Sekitar 3 menit Rigel merasa muak dengan apa yang ia kerjakan,ia sama sekali tidak mengantuk,rasanya perempuan itu ingin berteriak sekencang-kencangnya.Mata bulat perempuan itu memandang ke jendela kelas,huh hanya ada pepohonan.Mata nya tiba-tiba membelalak.Melihat sesuatu yang menurutnya mengagetkan.

untuk apa dia kesini?

Rian melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar,yang melihat mungkin bisa leleh bak es yang mencair.Rian seperti mengatakan sesuatu,tapi tak bisa didengar oleh Rigel.Dia pun mengetikkan pesan untuk Rian.

'Apa?'

Rian tersenyum diluar jendela.

'tak apa,aku hanya memastikan kau baik-baik saja.bagaimana kabarmu?'

'baik tuan,kau tidak masuk kelas?'

'aku tadi kekamar mandi'

'lalu kenapa kesini?'

'kalo belum menemuimu izinku belum selesai'

 Rigel memegang kedua pipinya yang mulai memerah,tak percaya akan semua yang terjadi barusan.Rigel mengatur detak jantung yang dari tadi berdetak sangat cepat.Tangannya yang kecil bergetar saat ingin menulis di buku catatan,ia memandang Antares.Laki-laki itu masih tetap fokus dengan apa yang dilihatnya.Semua yang terjadi tadi sama persis saat Rigel pertama kali jatuh cinta pada Antares.Jantungnya berdetak,pipinya memerah dan tangannya bergetar.

"Rigel..."Panggil Inggo lirih.

"Apa?"

"Tadi Rian menemuimu ya?"

cih,bangun-bangun sudah tanya beginian.Rigel mengangguk.

"Dia mengatakan apa?"

"Tidak ada"Rigel melirik lagi kejendela,Rian sudah menghilang.

"Dia bahkan lebih perhatian dari pada Antares"Inggo kembali ke posisi tidurnya,mungkin ia tertidur lagi,tidak ada suara atau pertanyaan yang inggo keluarkan.

Rigel tersenyum kecut,ia memandangi Antares lagi.Wajah laki-laki itu,cara duduknya yang santai,matanya yang menusuk,semua itu membuat Rigel rindu akan perhatian yang dulu hanya diberikan padanya--sekarang hanya dia yang tak mendapatkan perhatian dari Antares.Lalu susu kotak tadi pagi?ah,itu hanya ucapan maaf mungkin,'maaf tak bisa berteman lagi denganmu.Cih,payah'.ya sudah kalo itu mau Antares,lagian aku berteman dengannya hanya dijadikan babu.Rigel menyangga kepalanya,cemberut.tangan kanannya sibuk menulis-nulis tidak jelas di buku tulis.

Andai saja aku dan Antares tidak perang dingin seperti ini.Ah,tidak baik mengulang masa lalu.

                             ---------------------------------------------------------------------------------

"Nice shoot!"Arash memuji lemparan Antares.Laki-laki itu menghampiri orang yang barusan ia puji dan menepuk-nepuk bahunya."Akhir-akhir ini kamu keren Res".

Antares tersenyum tipis,bahkan tak terlihat seperti orang tersenyum.Ia kembali berlari sambil membawa bola,mencoba mempertahankan benda bulat itu agar tak direbut oleh Revon,Antares berputar,meloncat dan---

ComplicatedWhere stories live. Discover now