Flashback

1K 263 142
                                    

"Kami akan membunuhmu!!"

Suara itu membangunkanku. Potongan kejadian yang sangat ingin aku lupakan. Kejadian yang membuatku menutup mata batinku, yang membuatku tak ingin berhubungan lagi dengan hal-hal mistis.

Aku akan menceritakan sedikit tentang masa laluku. Agar kalian mengerti.

***

Aku bisa melihat sesuatu yang tidak bisa kalian lihat. Ya, hantu. Dulu, mereka adalah temanku. Teman baikku. Mereka adalah satu-satunya teman yang kumiliki.

Sejak kecil, orang-orang menganggapku aneh. Aku sering berbicara sendiri, tertawa tiba-tiba, atau menanyakan sosok yang tidak bisa manusia biasa lihat. Mereka sering memandangiku dengan tatapan aneh. Setiap aku bermain di taman komplek, orang-orang dewasa selalu melarang anaknya bermain denganku.

Tapi, ayah, ibu, juga kakakku tidak menganggapku aneh. Mereka bilang aku memiliki kemampuan yang spesial, yang tidak semua orang dapat memilikinya.

Semua hantu baik. Mereka ramah sekali padaku. Namun, ada satu hantu aneh yang berada di taman komplek. Tiap kali aku menyapanya dia selalu diam. Dia tak seramah hantu yang lainnya.

Aku menanyakan hal itu kepada teman-teman hantuku. Mereka tidak menjawabnya. Teman-teman hantuku hanya menyuruhku untuk menjauhinya dan jangan melakukan kontak mata lebih dari tiga kali. Aku semakin bingung dibuat mereka. Namun, aku tahu mereka menyuruhku pasti untuk kebaikanku.

Suatu sore, aku bermain di taman komplek bersama ibuku. Dan seperti biasa, ketika aku mengajak teman sebayaku untuk bermain, orang tua mereka selalu mengusirku. Alhasil, aku bermain ayunan sendiri. Tak berapa lama perutku pun berbunyi. Menandakan aku lapar.

Ibuku mengajakku pulang ke rumah. Tapi, aku tak ingin. Aku masih ingin bermain ayunan. Akhirnya, Ibuku pun pergi membelikan es krim untukku di warung dekat taman. Tak mengenyangkan mungkin, tapi cukup untuk mengganjal perut.

Sshhh...

Angin berhembus lembut. Membuat bulu kudukku berdiri. Ya, bukan kesejukan yang kudapat. Aku memandang ke pohon beringin yang berada tepat di tengah taman. Aku melihat sosok itu masih disana. Pandangan mata kami bertemu. Namun, kali ini dia tersenyum padaku.

Aku pun segera menghentikan laju ayunanku. Dan pergi ke pohon beringin tersebut.

"Hai!" sapaku sambil tersenyum manis kepadanya.

Tapi, dia hanya diam dan kembali menatapku tajam, Aku menatap balik matanya, sambil berkata "Kamu bisa melihatku kan? Aku juga bisa melihatmu. Ayo kita berteman!" ucapku sambil mengulurkan tangan.

Namun, dia tetap diam.

"Ayo kita berteman!" ucapku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"ARGHHHHHHH!!!"

Makhluk itu mendorongku, hingga aku terjatuh. Ia juga mencengkram leherku dengan keras. Aku kesulitan untuk bernafas.

"Hidup! Hidup! Hidup!" teriaknya dengan kencang.

"Lalisa!"

Seseorang memanggil namaku. Namun, aku tidak cukup kuat untuk menoleh. Nafasku mulai tersenggal-senggal.

"Hidup!"

Satu persatu makhluk seperti dia yang pernah aku temui berdatangan.

"Bunuh! Hidup!" ucap mereka kompak.

"Kami akan membunuhmu!!"

Setelah itu pandangan mataku mengabur. Dan seketika menggelap pandangannya. Aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu. Sepertinya aku pingsan.

Namun, sejak kejadian itu orang tuaku bersikeras untuk menutup mata batinku. Bisa kulihat raut wajah kekhawatiran saat mereka mengatakan itu kepadaku. Akhirnya aku terpaksa menyetujuinya,  walaupun hatiku berat untuk melakukannya.

Malam sebelum aku menutup mata batinku, aku bertanya kepada teman-teman hantuku yang masih mengusik rasa penasaranku. Aku bertanya kepada mereka tentang apa yang sebenarnya tersembunyikan. Mengapa aku harus menjauhi sosok seperti itu, mengapa aku tidak boleh melakukan kontak mata lebih dari tiga kali. Kutanyakan semua rasa penasaranku kepada mereka.

Awalnya mereka tak mau jawab. Namun, setelah aku bilang, mungkin ini terakhir kalinya aku melihat mereka, mereka pun menjawabnya. Namun, jawaban mereka membuatku takut. Membuatku tak ingin lagi berteman dengan makhluk seperti mereka.

Malam itu aku tidur bersama dengan orang tuaku. Aku berusaha menyingkirkan rasa takut yang menggentayangi pikiranku. Jawaban dari teman hantuku selalu berputar dalam benakku.

Keesokan harinya aku dan orang tuaku pergi ke seorang paranormal. Orang itu mengatakan dia hanya bisa menutup mata batinku. Tetapi, aku masih bisa merasakan kehadiran mereka.

Semenjak mata batinku tertutup, aku mulai bisa hidup normal. Tak berapa lama pun, keluargaku memutuskan untuk pindah ke luar kota, agar aku bisa memulai hidup baru. Dan tentu saja, aku bisa membuka lembaran baru dan menulis kisah baru. Bersama lingkungan baru dan sekolah baru yang menyenangkan. Aku menyukainya, karena  tidak ada satu orang pun yang menganggapku aneh.

Hingga suatu saat, temanku mengajak untuk uji nyali di kebun sekolah yang terkenal angker. Memang tiap kali melewati tempat itu aku merasakan kehadiran sosok dari dunia lain. Awalnya aku menolak ajakan itu. Namun, karena setiap harinya aku dikatakan pengecut. Aku pun menyetujuinya.

Dan sekarang aku sangat menyesal melakukann uji nyali itu. Mata batinku terbuka. Banyak makhluk ghaib mulai berdatangan menghantui hidupku lagi!

***

Ghostie Where stories live. Discover now