18.Don't cry

443 40 7
                                    

*kau pria baik. Karena itu, banyak yang ingin merebutmu dariku. Aku selalu berusaha bertahan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa jika pada akhirnya akulah yang harus mengalah*





































Sudah tiga hari ini yoona mengunci dirinya dikamar. Menolak untuk makan. Bahkan jongdae dan junmyeon pun bingung apa yang terjadi dan kehabisan cara membujuk yoona untuk segera keluar kamar. Yoona pernah seperti ini. Dulu, beberapa tahun yang lalu, saat joo hyuk meninggalkannya. Dan belajar dari pengalaman mereka, tentunya akan sangat sulit membuat yoona keluar dari kamarnya.

Dan akhirnya, jongdae yang harus mendobrak pintu kamar yoona dan menemukan yoona tergeletak tak berdaya dilantai dengan beberapa butir obat tidur. Dan berakhir masuk ruang ICU. Setelah diperiksa ternyata yoona meminum obat tidur itu dengan dosis yang sangat tinggi. Beruntung yoona masih bisa diselamatkan, jika tidak? Mungkin mereka berdua akan mencari keberadaan joohyuk lalu menghabisinya.

"Yoona.. Buka pintunya.. Jebal" ucap jongdae dengan nada mengiba.

Junmyeon saat ini sedang menemui jiyeon, untuk membicarakan masalah pernikahan mereka. Tentunya setelah jongdae mengatakan jika ia akan membujuk yoona dan menyuruh junmyeon untuk segera menemui jiyeon.

Tidak ada sahutan.

"Yoong.. Jika kau punya masalah keluarlah, bicarakan baik-baik. Jangan seperti ini."

Berhasil. Pintu terbuka.

Dan yang pertama kali jongdae lihat adalah… Yoona yang Tampak menyedihkan dan.... Kacau.

Matanya sembab, wajahnya pucat. Joongdae mendesah. Yoona sangat kacau, persis seperti beberapa tahun yang lalu, bahkan lebih.

Yoona menatap jongdae datar.

"Apa yang terjadi?" ucap jongdae lembut.

Nihil. Yoona hanya diam. Tidak mengatakan apapun.

"Katakan.." lirih jongdae.

Setetes air mata jatuh dari pelupuk yoona.

"Gwaenchana" suara yoona sangat lirih dan serak.

Jongdae tertegun. Hatinya teriris kala mendengar suara yoona yang penuh luka. Yoona tidak pernah seperti ini, bahkan saat joohyuk meninggalkannya, yoona tidak serapuh ini.

"Yoona.."

"Aku baik-baik saja, oppa" yoona tersenyum. Tapi senyuman itu terasa menyakitkan bagi jongdae. Senyuman itu membuat jantung jongdae berdenyut nyeri.

"Really?"

Yoona mendongkak, menatap manik jongdae dengan sendu. Ia menggeleng. Lalu berhambur kepelukan jongdae.

"Tidak oppa. Aku tidak baik-baik saja" pelukannya semakin erat. Dan suara rintihan mulai terdengar. "Aku sakit. Hatiku sakit oppa"

Yoona sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sakitnya. Begitu perih. Ia tidak menyangka jika rasa cintanya pada chanyeol bisa sepedih ini.

Yoona tidak ingin menangisi chanyeol. Tapi tetap tidak bisa.

Tangis adalah wujud rasa lelah seseorang setelah sekian lama memendam rasa sakit yang teramat dalam.

Dan saat ini yoona merasa sangat lelah. Fikiran juga hatinya.

"Karena chanyeol?" bukan jawaban yang jongdae dapatkan tapi isakan yoona yang semakin menyayat perasaan.

"Yoona,, mungkin kau terlalu erat menggenggam chanyeol, hingga tanpa kau sadari, upaya mu mempertahankan chanyeol justru malah membuatnya terlepas"

You're My Destiny?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang