6. Different

1.9K 383 76
                                    

"Lo punya pacar, ya?"

Ucapan spontan itu membuat Seokmin hampir saja tersedak minumannya. Matanya lantas menatap Cipa yang tengah membereskan obat-obatan yang ia bawa ke kamar atas. Seokmin menggeleng. Dia menyanggah ucapan sahabatnya itu dengan lantang.

"HAH, DARIMANA, CUY! EMANG ADA YANG MAU SAMA GUE? AHAHAHAHA!"

Cipa menaikkan sebelah alisnya. Kalau dipikir-pikir, benar juga. Siapa yang mau menjadi kekasih orang bodoh seperti Handika Seokmin? Meskipun terbilang tampan, tapi kelakuan laki-laki itu terlampau over dan bahkan mendekati tidak normal. Dia sering melakukan hal-hal bodoh dan memancing orang lain untuk menertawakannya.

Cipa meringis pelan. "Yang bener? Meskipun lo bloon, tapi lo ganteng, Seok."

Dan Seokmin lagi-lagi hampir tersedak minumnya. Ucapan Cipa itu bisa membuatnya melayang seketika. Dia langsung tersenyum amat lebar dan merapihkan penampilannya agar terlihat lebih keren di mata sahabatnya itu.

Cipa mendengus pelan. "Huh, lagi sakit aja kebanyakan gaya! Pantes kalo lagi sehat kayak uler dikasih garem!"

Seokmin terkekeh. "Berarti menurut lo, gue itu keren, ganteng, menawan, dan rupawan?"

"Gue tarik ucapan gue sebelumnya."

Seokmin berkali-kali menggoda Cipa untuk berterus terang tentang penampilannya. Dia terus menerus mendesak Cipa untuk membantunya dalam menarik pasangannya kelak. Seokmin amat antusias dalam hal ini.

"Demam lo belum turun, jadi jangan kebanyakan gaya!" seru Cipa. "Sakit lagi gue tinggalin di rumah lo sendiri, ya! Pintu rumah gue terkunci buat lo!"

"Ih, kok lo gitu sama calon lo sendiri?"

"Calon?"

"Yoi, calon majikan maksudnya."

Cipa menggigit bibirnya kuat-kuat. Dia tidak boleh emosi dengan humor tingkat rendah seperti itu. Selera humor Seokmin memang benar-benar buruk. Awalnya, gadis itu sudah mulai berburuk sangka ketika Seokmin mengatakan kata calon. Memangnya siapa yang ingin dipinang oleh pemuda penuh semangat seperti Seokmin?

Cipa mulai merasakan topik yang mereka bicaran keluar dari jalur. Dia kembali menatap Seokmin dengan intens, berbicara lewat pandangan mata yang bisa membuat Seokmin terdiam seketika.

"Lo serem, Cip. Sumpah!" pekik Seokmin. "Lo kenapa, sih?"

Cipa diam saja ketika Seokmin menaikkan sebelah alisnya menunggu gadis itu membuka suaranya. "Lo punya pacar, kan, Seok? Kenapa lo nggak jujur sama gue, hm?"

Cipa bisa melihat bulir-bulir keringat yanh jatuh di dahi Seokmin. Laki-laki meneguk salivanya kasar, dia bahkan bingung dengan apa yang harus ia jawab nanti. Apa dia harus mengelak? Atau mengatakan yang sejujurnya?

"Ceweknya siapa, hm? Apa salah satu temen gue?" tanya Cipa. "Gue nggak pernah permasalahin lo mau deket sama siapa, Seok. Tapi, kenapa lo nggak cerita sama gue. Gue sahabat lo bukan, sih?"

Seokmin malah menunduk. Dia tampak seperti seorang bocah yang sedang dimarahi oleh ibunya. Tidak mampu menjawab sepatah kata pun, dengan wajah yang tertunduk mengalihkan wajahnya sendiri agar tidak terlihat oleh Cipa.

"Bukannya gue nggak mau cerita, tapi gue belum siap aja kalo lo tau."

"Kenapa? Ceweknya orang yang deket sama gue? Jangan-jangan itu Nida?" Cipa menutup mulutnya. Merasa terkejut dengan apa yang sudah ia dengar sebelumnya. "Inget, heh! Dia udah punya Soonyoung. Soonyoung itu sahabat lo sendiri. Lo mau nikung sahabat lo sendiri apa?"

"Kagaklah, nyet. Siapa sih yang suka sama cewek kayak Nida? Gue nggak suka sama dia."

Cipa kembali penasaran dengan hal ini. Apa yang membuat Seokmin enggan untuk bercerita padanya? Apa dia bukan orang yang tepat untuk diberi tahu?

Ciao Seokmin [✔]Where stories live. Discover now