2. Nasib Hatiku

5.4K 272 0
                                    

Minggu kemarin, para siswa kelas 3 baru saja menyelesaikan ujian nasional. Tak terasa mereka sudah mau keluar sekolah lagi. Seperti hari kemarin mereka baru saja masuk SMA dan mengisi ruang kelas dengan berbagai kenangan tentang persahabatan, persaudaraan, cinta masa muda, serta kenangan lainnya yang tak akan terlupakan. Hari ini adalah hari penentuan masa depan mereka. Banyak siswa yang berkerumun di depan papan informasi untuk mengetahui para siswa-siswi yang lulus. Viona dan kedua temannya masuk ke dalam kerumunan itu untuk melihat nama mereka di sana.

"Misi, misi!" Viona maju ke depan dengan susah payah dan melihat daftar nama di sana. Ia menelusuri tiap deretan nama yang tertera. Seketika, senyum di bibirnya mengembang melihat namanya tertera di sana.

"Aaaaa...!! Akhirnya kita lulus juga." seru Eka senang. Viona tersenyum. Lumayan juga, ia mendapat peringkat ke-9 dari semua siswa yang lulus. Ia melihat nama yang tertera sebagai peringkat pertama.

Ardio Firman Purnama ....

Si pemuda kutu buku yang menjadi pujaan hati Viona. Ia tersenyum tipis. Lalu, mereka memutuskan untuk keluar dari kerumunan. Viona dan kedua temannya mendesah lega.

"Bebas juga akhirnya kita, girls. Gue udah bosen belajar terus di kelas, jenuh." ucap Netta. Viona dan Eka tertawa.

"Kawin aja Net kalau udah gak mau belajar. Gampang, 'kan?" canda Viona. Netta tertawa.

"Gak, ah. Gue masih pengen maen."

"Emangnya lo gak niat buat lanjutin sekolah?" tanya Eka. Netta menggeleng.

"Gak tahu. Rencananya, gue pengen kerja dulu. Mungkin nanti sambil kuliah." Viona dan Eka mengangguk.

"Eh, kita jalan-jalan, yuk! Kita rayain hari kebebasan kita. Oke!" seru Eka. Viona dan Netta mengangguk antusias.

"Oke."

Ketiga gadis itu berjalan menuju kelas mereka. Viona menangkap sosok si pemuda incarannya sedang tertawa dengan manisnya dengan ketiga temannya. Viona tertegun lagi kala melihat tawa itu. Begitu manis dan berkarisma. Ia terdiam sejenak dan kala si pemuda menolehkan wajahnya ke arah Viona, gadis itu langsung tersadar dan memalingkan wajahnya. Ketahuan sekali kalau ia sedang terpesona dengannya. Viona jadi gelagapan sendiri. Ia baru sadar kalau kedua temannya sudah meninggalkannya. Wajahnya mulai memerah. Ia tak berani melirik pemuda itu lagi. Ia langsung saja berjalan dengan cepat menuju kelasnya. Ah... Kenapa ia semakin tak bisa mengontrol perasaannya setiap harinya ia bertemu dengan pemuda itu? Bagaimana nasib hatinya nanti kalau mereka sudah berpisah dan tidak akan bertemu lagi? Akankah Viona bisa move on dari cinta diam-diamnya itu? Jujur, Viona tak mampu untuk membayangkannya. Tanpa disadarinya, si pemuda sudah menjadi candu yang tak pernah berhenti membayanginya dalam setiap angan dan mimpi-mimpi liarnya.

***

Dio memarkirkan motornya di halaman rumahnya yang sempit. Ia melepas helmnya dan turun dari motornya. Ia mengetuk pintu rumahnya dengan tak sabar. Wajahnya terlihat cerah dan bahagia saat ini.

"Assalamualaikum!" serunya.

"Walaikumsalam." jawab suara dari dalam. Tak lama, terdengar suara engsel pintu dibuka dan menampilkan wanita paruh baya yang berkerudung dengan daster ungunya. Dio menyalami tangan ibunya.

"Gimana hasil kelulusannya, Nak?" tanya wanita itu. Dio tersenyum. Mereka berjalan ke dalam ruangan yang tak besar itu.

"Nanti aku ceritain, Bu. Bapak mana?" tanyanya. Wanita paruh baya itu menunjuk halaman belakang rumahnya.

"Biasa di belakang." Dio berjalan menuju dapur dan melihat pintu belakang yang terbuka. Bapaknya yang terduduk di kursi roda sedang memberi makan ayam mereka dengan melempar beras dari wadah yang dipegangnya.

Red In The SilenceWhere stories live. Discover now